Artikel Populer
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 01 Juli 2022
Dari Human Doing menjadi Human BeingJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo DibandingkeTekad Dan Semangat: Landasan Awal Dari Praktik
Upasaka Pandita Vijaya Rudiyanto Tanwijaya
Jum'at, 29 Juli 2022
MBI
Buddha sendiri adah sosok yang mewakili keduanya, dalam arti memiliki semangat yang sempurna dan juga tekad yang tak tertandingi. Berkalpa kehidupan telah dilalui-Nya dalam berbagai bentuk kelahiran, namun berkat kegigihan dalam menjalankan praktik, maka sampai pada satu titik, Ia berhasil mencapai ke-Buddha-an.
Tokoh besar dalam Agama Buddha tentunya meneladani dedikasi dan perjuangan Buddha Sakyamuni. Mereka, melalui proses Panjang, seringkali sarat dengan penderitaan, konsisten dalam menjalankan praktik latih diri. Bukan hanya sehari, sebulan, bertahun-tahun, bahkan ada yang sepanjang hayatnya menerima begitu banyak terpaan pahit dalam kehidupan yang mereka jalani. Proses inilah yang kemudian mematangkan semua derap langkah perjuangan mereka sehingga kelak namanya dikenang sepanjang masa.
Salah satunya, adalah Maha Upajaya Kuan Ching (1892-1986), yang dikenal sebagai Maha Guru yang memiliki keteladanan dalam hal semangat dan tekad yang luar biasa. Beliau terlahir dalam kehidupan yang memprihatinkan. Ayah ibunya pendek usia sehingga ia menjadi yatim piatu sejak usia kecil, buta huruf dan kondisi fisik yang kurang baik kesehatannya. Pada usia 20 tahun, ia memasuki kehidupan monastik dan menjadi samanera.
Sadar bahwa ia tak memiliki kemampuan hebat, maka beliau mengerjakan hal-hal yang dienggani bahkan ditolak oleh orang lain, misalnya: memasak makanan, membersihkan dapur dan kakus, mengangkat air, membelah kayu, membersihkan altar, membangunkan penghuni wihara untuk puja bakti pagi, dan sebagainya. Deretan aktivitas ini tentunya bukan pekerjaan mudah, apalagi pada masa itu, wihara yang ada semuanya berukuran besar dengan jumlah anggota monastik yang banyak, sampai ratusan. Bisa dibayangkan butuh tenaga yang banyak untuk mengerjakan itu semua. Ditambah lagi harus menerima celaan dari sesama pelatih diri yang masih pemula. Ini sangat tidak mudah.
Komentar (1)
Amin Untario
Sabtu, 30 Juli 2022 19:09
terima kasih Romo Rudiyanto… terus menulis ya
Artikel Terkait
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 01 Juli 2022
Dari Human Doing menjadi Human BeingJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo Dibandingke