Artikel Populer
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 01 Juli 2022
Dari Human Doing menjadi Human BeingJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo DibandingkeTekad Dan Semangat: Landasan Awal Dari Praktik
Upasaka Pandita Vijaya Rudiyanto Tanwijaya
Jum'at, 29 Juli 2022
MBI
Maka ketika Guru Besar mendatangi lokasi pertapaan Biksu Kuan Ching, ia segera mengetahui bahwa Biksu Kuan Ching tidak meninggal tapi dalam pencapaian samadhi tingkat tinggi. Maka dengan menjentikkan jari sebanyak tiga kali, Guru Besar berhasil membuat Biksu Kuan Ching membuka mata. Dan memang benar, beliau dalam kondisi sehat, bahkan tak merasakan bahwa samadhi yang dilakukan sudah menembus waktu yang cukup lama.
Sebagai praktisi, pernah dalam pelatihan dirinya di gua, ia juga pernah didatangi seekor harimau buas. Namun ia tak gentar dan menyatakan jika memang harimau itu lapar, maka ia siap mempersembahkan tubuhnya sebagai santapan. Alih-alih memangsanya, harimau itu menjadi jinak dan terus mendampingi Biksu Kuan Ching selama pertapaannya. Bahkan Biksu Kuan Ching juga menuntun harimau buas tersebut untuk berlindung pada Tri Ratna sambil sesekali memberikan ceramah Dharma kepada binatang penguasa rimba itu.
Ketika Biksu Kuan Ching wafat pada tahun 1986, ia meninggal dalam posisi bermeditasi dan hasil perabuannya menyisakan ribuan relik, yang menandakan pencapaian kesuciannya.
Dari kisah di atas, apakah Biksu Kuan Ching berasal dari keluarga kaya raya? Tidak. Dari kaum terpelajar? Juga tidak. Apakah ia berfisik sehat dan rupawan? Juga tidak.
Namun demikian, Biksu Kuan Ching memiliki semangat dan tekad yang belum tentu dimiliki oleh seorang yang kaya, pintar, tampan dan sehat. Inilah harta yang luar biasa yang dimiliki beliau yang terus dimanfaatkan sebagai modal untuk melatih dirinya.
Ia rela menjalani pelatihan yang amat berat tanpa pernah berkeluh kesah. Ia tak pernah ragu ketika dalam pelatihannya banyak halangan khususnya godaan-godaan fisik seperti kelaparan, kehausan, kedinginan, ataupun kesepian. Biksu Kuan Ching tetap tekun dalam metode praktik yang dilakukannya yaitu bermeditasi sembari merapalkan nama Buddha. Semua itu bisa dilewati berkat adanya kekuatan semangat dan tekad dalam menjalankan praktik latih diri.
Pada akhirnya, jika mau berkembang, asahlah semangat dan tekad dalam diri. Dengan demikian, kemajuan batin akan tercapai. Buktikan saja! (Selesai).
Komentar (1)
Amin Untario
Sabtu, 30 Juli 2022 19:09
terima kasih Romo Rudiyanto… terus menulis ya
Artikel Terkait
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 01 Juli 2022
Dari Human Doing menjadi Human BeingJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo Dibandingke