Artikel Populer
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo DibandingkeJum'at, 08 Juli 2022
Nasihat Nagarjuna Kepada RajaDari Human Doing menjadi Human Being
Upa. Satyamita Kurniady Halim
Jum'at, 01 Juli 2022
MBI
Sebagai contoh, kita kerap “Doing”, merasa butuh untuk melakukan sesuatu. Kita perlu untuk melakukan pekerjaan, membeli rumah, membeli mobil, menyekolahkan anak, melakukan sesuatu sampai mencapai idealisme sukses menurut kita sendiri.
Bahkan ketika berlatih untuk diam dan hening sekalipun, disaat tubuh kita diam dan bermeditasi sekalipun, pikiran kita masih tendensius melakukan aktivitas “doing” dengan berpikir “ini kapan selesai ya?”, “Terus setelah meditasi ini saya bisa dapat apa?”, “Bisa sampai Jhana gak?”, “Ngapain duduk lama kalau begitu?”. Pemikiran untuk mencapai kesuksean, kemenangan atau bahkan kegagalan di masa lalu akan cenderung menarik Kita kembali ke “Doing Mode”.
Kebiasaan kita yang terus doing ini kadang membuat kita menjadi lelah, karena tendensi kebiasaan ini malah menekan diri kita sendiri dengan ekspektasi hidup yang tiada akhir.Sekarang saatnya adalah bagi kita untuk kembali menjadi Being. Apa yang dimaksud dengan Being?
Ya “Sekedar Berada”. Sekedar berada dengan apa? Sekedar berada dengan apa pun yang ada saat ini. Sekedar berada dan merasakan tubuh saya. Sekedar berada dan mengenali perasaan saya, apapun perasaan itu, baik perasaan kesal, Bahagia. Sekedar mengenali perasaan tersebut tanpa terlarut di dalamnya. Sekedar berada dengan pikiran saya, apapun yang saya pikirkan, sekedar mengenali dan merangkulnya, tanpa perlu terlarut dengan cerita atau story telling pikiran kita.
Sekedar berada dengan suara di sekitar kita, apapun suaranya. Sekedar berada dengan orang di sekitar kita, apakah mereka menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Dan yang paling penting adalah sekedar berada dengan hidup kita sendiri, bagaimana pun hidup kita saat ini. Apakah penuh up … atau down….. Sekedar berada disana dan merangkul hidup kita sendiri.
Jadi ketika kita letih dengan kebiasaan Human Doing, luangkan waktu lima menit untuk kembali sekedar berada dengan apa pun saat ini: Berhentilah sebentar dan duduk diam.Tutup mata Anda, bernapas perlahan, dan rasakan udara bergerak mungkin di ujung hidung atau perut Anda yang naik dan turun. Sekedar berada dengan situasi saat ini, perhatikan suara dan bau di sekitar Anda. Sekedar berada dengan sensasi tubuh Anda dari kepala hingga ujung kaki.
Sekedar berada dengan hembusan angin di rambut Anda, tegangan di punggung dan tekanan di pantat dan sentuhan kaki Anda di lantai. Sekedar berada dan mengenali apa perasaan Anda saat ini dan bagaimana rasanya di tubuh Anda.
Ini adalah latihan yang sederhana, tetapi bisakah Anda melakukannnya selama lima menit? Mungkin iya mungkin tidak. Karena kita terbiasa dengan gaya Doing daripada Being. Sharon Salzberg, pengajar meditasi sejak 1974 di Insight Meditation Society mengatakan “Kita tidak bisa mengatur pikiran dan perasaan apa yang muncul dalam diri. Tapi kita dapat sekedar mengenalinya apa adanya. Terkadang memang dapat membuat frustrasi, terkadang penuh fantasi, terkadang menyakitkan, dan ini selalu berubah. Dengan mengizinkan diri kita mendapatkan mengakui (tanpa merubahnya), kita mulai menerima bahwa kita tidak akan pernah bisa mengendalikan pengalaman kita, tetapi kita dapat mengubah hubungan kita dengan pengalaman itu. Dan ini mengubah segalanya.” Nah ketika apapun yang terjadi, ingat untuk sekedar bernapas dan luangkan waktu beberapa menit kembali berasa di saat ini.
“Many people are alive but don’t touch the miracle of being alive.”
"Banyak orang yang hidup tetapi tidak menyentuh keajaiban hidup."
~ HH. Thich Nhat Hạnh
Hiduplah sebagai manusia utuh. Jadilah sekedar berada dengan apa pun yang ada saat ini.
Be a Human Being.
Referensi :
Jon Kabat Zinn, Mindfulness Based Stress Reduction
RAIN, Sharon Salzberg
Hendrick Tanuwidjaja (2021), Mindful is Mind-Less
Komentar (0)
Artikel Terkait
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo DibandingkeJum'at, 08 Juli 2022
Nasihat Nagarjuna Kepada Raja