Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel
  • Home
  • /
  • Artikel
  • /
  • Tekad Dan Semangat: Landasan Awal Dari Praktik

Cari

Tampilkan Artikel

Artikel Populer

Jum'at, 26 Agustus 2022

Ojo Dibandingke

Tekad Dan Semangat: Landasan Awal Dari Praktik

Upasaka Pandita Vijaya Rudiyanto Tanwijaya

Jum'at, 29 Juli 2022

MBI

Dalam menjalankan praktik Dharma, bukan hanya membutuhkan kemauan saja, tetapi harus dibarengi dengan semangat dan tekad. Semangat membuat kita akan bergerak maju, bukan mundur. Tekad akan membuat kita kuat, meski halangan pasti datang bertubi-tubi. Ada kalimat bijak mengatakan bahwa satu tekad akan membuka seribu jalan. Itu benar!


Dalam banyak kejadian, dalam kondisi perut keroncongan,  Biksu Kuan Ching yang masih berusia muda, harus menunggu penghuni wihara selesai makan dulu, baru ia menyantap makanannya. Seringkali makanan sudah habis, sehingga Biksu Kuan Ching memakan sisa makanan orang lain, yang tercecer di piring atau lantai. Tak ada rasa penyesalan dalam dirinya.

 

Beliau juga berlatih mengurangi tidurnya dan menghabiskan sisa waktunya dengan bermeditasi dengan tanpa berbaring agar jangan sampai ketiduran sehingga pekerjaan yang diembannya menjadi terbengkalai. Pekerjaan berat ini beliau lakukan demi mengurangi karma buruk yang pernah dilakukannya sekaligus juga memupuk pahala kebajikan dalam kehidupan ini.

 

Biksu Kuan Ching juga termasuk sangat lama ditahbiskan menjadi biksu, yaitu menjalani samanera sampai 22 tahun! Mungkin kalau saat ini ada orang yang harus menjalani samanera sampai sebegitu lamanya, ia akan merasa rendah diri atau mungkin putus asa. Tapi tidak demikian dengan Biksu Kuan Ching.

 

Hal itu dikarenakan beliau tak mau main-main untuk menjadi seorang anggota sangha. Dalam biografi beliau, dituliskan  perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin agar kelak menjadi biksu yang jujur, baik pada diri sendiri dan juga  kepada orang lain. 

Karena Pendidikan yang kurang, beliau lebih memfokuskan diri pada pelatihan diri yaitu meditasi dan perapalan nama Buddha. Biksu Kuan Ching termasuk tidak memberikan ceramah berdasarkan sutra-sutra Buddhis. Semua ini beliau tekuni selama berpuluh tahun, bukan dibalik dinding wihara yang nyaman, namun di gua-gua di pegunungan yang masih banyak dihuni binatang buas dan terkenal angker.

 

Bahkan dalam perjalanan hidup beliau, pernah satu ketika, beliau berada dalam samadhi selama sekitar satu bulan, tanpa makan dan minum, sehingga sekelompok umat Buddha yang kebetulan melintas di gua, tempat beliau berlatih diri, mengira biksu ini sudah meninggal dunia, karena gerakan nafasnya pun tidak ada lagi. Atas berita yang menggemparkan ini, upacara kremasi pun sudah pula disiapkan.

 

Untung saja, seorang Guru Besar yang mendengar kabar ini meminta agar kremasi jangan dilakukan dulu. Perlu pengecekan terhadap kondisi Biksu Kuan Ching yang tetap juga dalam keadaan bersila.

Share:

Komentar (1)

Amin Untario

Sabtu, 30 Juli 2022 19:09

terima kasih Romo Rudiyanto… terus menulis ya

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS