Artikel Populer
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 01 Juli 2022
Dari Human Doing menjadi Human BeingJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo DibandingkeTekad Dan Semangat: Landasan Awal Dari Praktik
Upasaka Pandita Vijaya Rudiyanto Tanwijaya
Jum'at, 29 Juli 2022
MBI
Dalam banyak kejadian, dalam kondisi perut keroncongan, Biksu Kuan Ching yang masih berusia muda, harus menunggu penghuni wihara selesai makan dulu, baru ia menyantap makanannya. Seringkali makanan sudah habis, sehingga Biksu Kuan Ching memakan sisa makanan orang lain, yang tercecer di piring atau lantai. Tak ada rasa penyesalan dalam dirinya.
Beliau juga berlatih mengurangi tidurnya dan menghabiskan sisa waktunya dengan bermeditasi dengan tanpa berbaring agar jangan sampai ketiduran sehingga pekerjaan yang diembannya menjadi terbengkalai. Pekerjaan berat ini beliau lakukan demi mengurangi karma buruk yang pernah dilakukannya sekaligus juga memupuk pahala kebajikan dalam kehidupan ini.
Biksu Kuan Ching juga termasuk sangat lama ditahbiskan menjadi biksu, yaitu menjalani samanera sampai 22 tahun! Mungkin kalau saat ini ada orang yang harus menjalani samanera sampai sebegitu lamanya, ia akan merasa rendah diri atau mungkin putus asa. Tapi tidak demikian dengan Biksu Kuan Ching.
Karena Pendidikan yang kurang, beliau lebih memfokuskan diri pada pelatihan diri yaitu meditasi dan perapalan nama Buddha. Biksu Kuan Ching termasuk tidak memberikan ceramah berdasarkan sutra-sutra Buddhis. Semua ini beliau tekuni selama berpuluh tahun, bukan dibalik dinding wihara yang nyaman, namun di gua-gua di pegunungan yang masih banyak dihuni binatang buas dan terkenal angker.
Bahkan dalam perjalanan hidup beliau, pernah satu ketika, beliau berada dalam samadhi selama sekitar satu bulan, tanpa makan dan minum, sehingga sekelompok umat Buddha yang kebetulan melintas di gua, tempat beliau berlatih diri, mengira biksu ini sudah meninggal dunia, karena gerakan nafasnya pun tidak ada lagi. Atas berita yang menggemparkan ini, upacara kremasi pun sudah pula disiapkan.
Untung saja, seorang Guru Besar yang mendengar kabar ini meminta agar kremasi jangan dilakukan dulu. Perlu pengecekan terhadap kondisi Biksu Kuan Ching yang tetap juga dalam keadaan bersila.
Komentar (1)
Amin Untario
Sabtu, 30 Juli 2022 19:09
terima kasih Romo Rudiyanto… terus menulis ya
Artikel Terkait
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 01 Juli 2022
Dari Human Doing menjadi Human BeingJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo Dibandingke