Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Organisasi

Detail Organisasi


SANGHA AGUNG INDONESIA (SAGIN)


Sangha Agung Indonesia (Sagin), adalah wadah tunggal bernaungnya komunitas biksu dan biksuni yang berasal dari tradisi Theravada, Mahayana, Vajrayana dan memiliki pandangan nilai-nilai dasar Buddhayana.


Sagin didirikan pada tanggal 14 Januari 1974 di Jakarta sebagai kelanjutan dari Sangha Suci Indonesia (1959) dan Maha Sangha Indonesia (1963), untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.


Misi Sangha Agung Indonesia adalah mengamalkan dan berbagi mengenai esensi Ajaran Buddha secara kontekstual melalui trasformasi diri dan transformasi sosial dengan berpegang teguh pada nilai-nilai non-sektarian, inklusivisme, pluralisme, universalisme dan berkeyakinan kepada Dharmakaya (Sanghyang Adi Buddha/Ketuhanan Yang Maha Esa).
Maksud dan tujuan Sangha Agung Indonesia adalah bergerak di bidang keagamaan dan bidang sosial. Adapun bentuk kegiatannya meliputi:


a. Bidang Keagamaan
1. Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada komunitas biksu, biksuni, calon biksu, dan calon biksuni di seluruh Indonesia.
2. Memberikan pentahbisan penuh kepada calon biksu dan biksuni di seluruh Indonesia.
3. Memberikan pendidikan, dan pelatihan kepada umat Buddha melalui program latih diri berjenjang.
4. Memberikan pendidikan, dan bimbingan kepada umat perumah tangga di seluruh Indonesia.
5. Melakukan bimbingan seremoni menjadi umat Buddha perumah tangga di seluruh Indonesia.
6. Melakukan pemberkatan balita di seluruh Indonesia.
7. Semua kegiatan dalam pembelajaran dan pendidikan berdasarkan Dharma dan Vinaya baik  bahasa Pali, Sanskerta, Mandarin, Tibet, dan Kawi secara teks dan kontekstual berpegang teguh pada nilai-nilai dasar Buddhayana.


b. Bidang Sosial
1. Mendirikan, menyediakan, dan menyelenggarakan pendidikan umum dan keagamaan Buddha  pada jenjang anak usia dini, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Atas, Perguruan Tinggi, Kursus, dan Pelatihan.
2. Mendirikan, menyediakan, menyelenggarakan Klinik, Poliklinik, Rumah Sakit, rumah duka, krematorium, rumah abu.
3. Mendirikan, menyediakan, dan menyelenggarakan Panti Asuhan dan Panti Jompo.
4. Mendirikan, menyediakan, dan menyelenggarakan lembaga pengumpulan dana sosial.


SEJARAH KEPEMIMPINAN SAGIN

Sagin pada tahun 1974 mula-mula dipimpin oleh Y.A. M.N.S. Ashin Jinarakkhita sebagai Nayaka didampingi tiga orang Anu Nayaka, yaitu Y.M. Jinapiya, Thera, Y.M. Girirakkhito, dan Y.M. Uggadhammo. Kepengurusan selanjutnya sebagai hasil Sangha Samaya V tahun 1978 terdiri dari Pimpinan Pusat dan Perwakilan Rayon. Sebagai Pimpinan Pusat terpilih:


Maha Nayaka                    : Y.A. M.N.S. Ashin Jinarakkhita.


Maha Lekhanadikari           : Y.M. Aryasasano.


Maha Upakaraka               : Y.M. Dewadharmaputra.



Y.M. Aryasasano dalam mendampingi Y.A. M.N.S. Ashin Jinarakkhita berjasa besar antara lain dalam mempertahankan eksistensi Agama Buddha Indonesia sebagai gerakan non-sektarian, walaupun setelah terbentuknya federasi Walubi (Perwalian Umat Buddha Indonesia; bukan Walubi dengan kepanjangan Perwakilan Umat Buddha Indonesia yang baru didirikan tahun 1998) sebagai wadah tunggal, Buddhayana oleh pihak lain dianggap sama dengan yang lain yaitu sebagai sekte.

Y.M. Aryasasano juga berjasa merintis Tantrayana yang non-sektarian untuk memperkaya Agama Buddha Indonesia. Beliau juga membina kader-kader generasi muda melalui wadah nasional Sekber PMVBI yang saat itu memang berada di bawah tanggung jawab Maha Lekhanadikari.

Y.M. Dewadharmaputra berjasa besar membantu Y.A. M.N.S. Ashin Jinarakkhita khususnya dalam pembinaan umat Buddha yang berada di desa-desa Jawa Tengah dan Lampung.

Pada akhir tahun 1987 diadakan Sangha Samaya VI, yang menetapkan Pimpinan Pusat :

Maha Nayaka                                 : Y.A. Ashin Jinarakkhita, Mahathera
Maha Lekhanadikari                       : Y.M. Aryamaitri, Sthavira.
Anu Maha Lekhanadikari                : Y.M. Dharmasurya Bhumi, Thera.
Maha Adhikari                                 : Y.M. Dewadharmaputra, Sthavira.

Pada masa ini Sekretariat Sagin dipindahkan dari Wihara Sakyawanaram Pacet ke Wihara Vimaladharma Bandung. Y.M. Aryamaitri berhasil melakukan pendataan wihara-wihara yang bernaung di bawah Sagin dan menjalin komunikasi yang baik dengan daerah-daerah. Dengan dukungan Pemuda Vihara Vimaladharma, pada akhir tahun 1993 beliau juga berjasa besar dalam menghidupkan kembali Sekber PMVBI yang sempat vakum.


Sebagai orang kedua setelah Y.A. M.N.S. Ashin Jinarakkhita, Y.M. Aryamaitri, Sthavira berada di garis depan saat Sagin dan MBI dengan teguh mempertahankan prinsip membela kebenaran, yang berakibat Sagin dan MBI dikeluarkan dari Walubi pada tahun 1995. Ternyata, lebih jauh dari itu, ada pihak yang ingin Sagin dan MBI dibubarkan, agar semangat Buddhayana yang non-sektarian tidak ada lagi. Namun pada era reformasi, malah Walubi yang membubarkan diri pada Desember 1998 (dan kemudian terbentuklah Walubi baru), tetapi tiga hari sebelum itu Walubi telah menerima kembali Sagin dan MBI sebagai anggota Walubi serta memulihkan nama baik Sagin dan MBI.


Sangha Samaya VII yang berlangsung pada awal tahun 2002 semula berencana memilih Y.M. Aryamaitri, Sthavira sebagai Anu Maha Nayaka. Namun sebagai biksu Mahayana yang menghargai keberadaan para biksu Theravada dan Vajrayana, beliau minta agar Y.M. Jinadhammo, Mahathera dan Y.M. Vajrasagara juga dijadikan Anu Maha Nayaka. Pimpinan Pusat menjadi terdiri dari:

Maha Nayaka                                              :  Y.A. M.N.S. Ashin Jinarakkhita
Anu Maha Nayaka                                       : 1. Y.M. Jinadhammo, Mahathera
                                                                       2. Y.M. Aryamaitri, Sthavira.
                                                                       3. Y.M. Vajrasagara, Sthavira.
Maha Lekhanadikari                                     : Y.M. Dharmavimala, Sthavira.
Ketua Badan Pengurus Harian                     : Y.M. Nyanasuryanadi, Thera.

Y.A. M.N.S. Ashin Jinarakkhita wafat pada tanggal 18 April 2002, sehingga dalam periode ini para Anu Maha Nayaka secara bersama-sama menggantikan fungsi Maha Nayaka. Dalam Sangha Samaya VIII pada awal tahun 2007 terjadi alih generasi dalam kepemimpinan Sagin. Sembilan biksu senior duduk sebagai Presidium, namun kepengurusan diserahkan kepada Maha Nayaka untuk urusan bina monastik, Ketua Umum untuk urusan bina umat, dan Maha Adhikari untuk urusan bina sarana. Tiga pimpinan itu adalah:

Maha Nayaka                  : Y.M. Dharmavimala, Sthavira.
Ketua Umum                   : Y.M. Nyanasuryanadi, Mahathera.
Maha Adhikari                 : Y.M. Nyanamaitri, Mahasthavira.

Sangha Samaya IX yang berlangsung awal tahun 2012 mengubah Presidium menjadi Dewan Upajjhaya dan Acariya yang beranggotakan para biksu yang telah berstatus sebagai guru dari biksu lainnya. Y.M. Nyanasuryanadi, Mahathera dan Y.M. Nyanamaitri, Mahasthavira ditetapkan kembali menjadi Ketua Umum dan Maha Adhikari. Adapun Maha Nayaka berganti dan kini dipegang oleh Y.M. Saddhanyano, Mahathera karena Y.M. Dharmavimala, Mahasthavira memilih untuk menjadi Sekretaris Jenderal. Dengan demikian tiga pimpinan pusat untuk periode 2012-2017, adalah :

Maha Nayaka                  : Y.M. Saddhanyano, Mahathera
Ketua Umum                   : Y.M. Nyanasuryanadi, Mahathera
Maha Adhikari                 : Y.M. Nyanamaitri, Mahasthavira


Sangha Samaya X berlangsung pada 19 April 2017 di Wihara Sakyawanaram, Pacet, Cipanas Jawa Barat, yang merupakan tempat tinggal dari Mendiang Y.A. M.N.S. Ashin Jinarakkhita. Dalam Sangha Samaya ini Y.M. Jinadhammo, Mahathera terpilih sebagai Mahanayaka dan dibantu oleh empat Nayaka, Y.M. Nyanasuranadi, Mahathera sebagai Nayaka Theravada, Y.M. Nyanamaitri, Mahasthavira sebagai Nayaka Mahayana, Y.M. Lobsang Gyatso, Sthavira sebagai Nayaka Vajrayana, Y.M. Bhadrasudhiyanti, Sthavira Nayika Sangha Biksuni.


Dalam kepengurusan priode ini Dewan Pimpinan Pusat di pimpin oleh lima biksu, Y.M. Khemacaro, Mahathera sebagai Ketua Umum, Y.M. Thanavaro, Thera sebagai Ketua I, Y.M. Girivirya, Sthavira sebagai Ketua II, Y.M. Nyanasila, Thera sebagai Sekretaris Jenderal, Y.M. Nyanagupta sebagai Bendahara Umum. Sejak Sangha Samaya X Sekretariat Pusat Sangha Agung Indonesia sepenuhnya bertempat di Prasadha Jinarakkhita, Jakarta. Dengan demikian Mahanayaka dan lima pimpinan pusat periode 2017-2022, adalah:

Maha Nakaya                  : Y.M. Jinadhammo, Mahathera.
Ketua Umum                   : Y.M. Khemacaro, Mahathera.
Ketua I                             : Y.M. Thanavaro, Thera.
Ketua II                            : Y.M. Girivirya, Sthavira.
Sekretaris Jenderal         : Y.M. Nyanasila, Thera.
Bendahara Umum           : Y.M. Nyanagupta


Sangha Samaya XI Sangha Agung Indonesia telah dilaksanakan dari 21 - 23 Januari 2022 di di Hotel Amanda Hills, Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.


Pada Sangha Samaya XI yang dihadiri 136 biksu dan biksuni Sangha Agung Indonesia telah diambil beberapa keputusan penting diantaranya dengan menyempurnakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kebijakan Jangka Panjang Sagin (KJPS) untuk Keluarga Buddhayana Indonesia, serta menetapkan Dewan Upajjhaya & Acariya/Pengawas yang diketuai oleh Y.M. Nyanasuryanadi Mahathera sebagai Maha Nayaka, dan Y.M. Khemacaro Mahathera sebagai Ketua Umum Pengurus Sangha Agung Indonesia masa bakti 2022-2027.


Sebagai puncak kegiatan Sangha Samaya dilakukan Syukuran Hari Sangha Agung Indonesia ke-63, yang juga dihadiri oleh seluruh unsur organisasi Keluarga Buddhayana Indonesia baik secara daring maupun hadir dilokasi peringatan, yang tampak Ketua Umum PP Majelis Buddhayana Indonesia, Bapak Amin Untario, dan Ketua Umum Sekber Yabudhi, Bapak Toni Sasana Surya, beserta jajaran pengurus daerah di Jawa Tengah. Semoga empat komunitas (biksu, biksuni, upasaka, upasika) umat Buddha dalam Keluarga Buddhayana Indonesia dapat terus bersinergi mengembangkan Buddhadharma di bumi Nusantara ini, melanjutkan yang telah ditabur oleh sang pelopor Y.A. Maha Nayaka Sthavira Ashin Jinarakkhita.


 


Adapun susunan organisasi Sangha Agung Indonesia masa bakti 2022-2027 adalah sebagai berikut:


Dewan Upajjhaya dan Acariya


Maha Nayaka                         : YM. Nyanasuryanadi, Mahathera


Anu Maha Nayaka                 : 1. YM. Nyanaprathama, Mahasthavira


                                                 2. YM. Bhadraruci Lobsang Oser, Mahasthavira


                                                 3. YM. Nyanasila, Thera


                                                 4. YM. Bhadramanju, Sthavira


Nayaka Theravada                 : YM. Nyanakaruno, Mahathera


Nayaka Mahayana                 : YM. Nyanamaitri, Mahasthavira


Nayaka Vajrayana                  : YM. Lobsang Gyatso, Sthavira


Nayika Sangha Biksuni          : YM. Bhadrasuddhiyanti, Sthavira


Anggota                                 : 1. YM. Jinadhammo, Mahathera


                                                 2. YM. Aryamaitri, Mahasthavira


                                                 3. YM. Viriyanadi, Mahathera


                                                 4. YM. Dharmavimala, Mahasthavira


                                                 5. YM. Aryakusalo, Mahathera


                                                 6. YM. Nyanaprabhasa, Mahasthavira


                                                 7. YM. Nyanapundarika, Mahatheri


                                                 8. YM. Bhadramulani, Sthavira


Dewan Pengurus Pusat


Ketua Umum                          : YM. Khemacaro Mahathera


Wakil Ketua Umum                : YM. Thanavaro Mahathera


                                                 YM. Tenzin Tringyal Sthavira


Sekretaris Jenderal                : YM. Nyanagupta Sthavira


Wakil Sekretaris Jenderal      : YM. Bhadranatha


Bendahara Umum                  : YM. Bhadrasatyani Sthavira


Wakil Bendahara Umum        : YM. Samodana Theri


 


Sangha Samaya XI Sangha Agung Indonesia juga menghasilkan sebuah komitmen bersama, yaitu:


1. Menjadikan praktik dharma dan latih diri sebagai komitmen tertinggi. Berpedoman pada Dharma dan vinaya, senantiasa menempuh jalan menuju pembebasan nibbana tertinggi melalui pelepasan keduniawian.


2. Untuk senantiasa berpraktik dan berlatih bagi diri pribadi dan juga mendorong orang lain untuk turut melakukannya, baik dalam peran kami sebagai murid maupun guru.


3. Untuk senantiasa berpraktik dan berlatih baik dalam organisasi Sagin maupun lainnya.


4. Untuk senantiasa berpraktik dan berlatih dalam hubungan kami dengan anggota sangha dan juga perumahtangga dengan menjunjung keharmonisan dan persatuan.


Berbeda dengan masa awal ketika Y.A. M.N.S. Ashin Jinarakkhita bekerja seorang diri, saat ini Sagin dalam menjalankan pengabdiannya telah memiliki sejumlah perangkat pendukung seperti ratusan wihara, cetiya, beberapa pusat pelatihan meditasi, beberapa lembaga pendidikan, beberapa lembaga penerbitan, dan beberapa organisasi umat awam. Terima kasih Y.A. M.N.S. Ashin Jinarakkhita, Sang Pelopor, kami akan melanjutkan perjuanganmu. Informasi lengkap, silakan klik website berikuthttps://sagin.id/


Contact

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS