Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel
  • Home
  • /
  • Artikel
  • /
  • Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam Keseharian

Cari

Tampilkan Artikel

Artikel Populer

Jum'at, 26 Agustus 2022

Ojo Dibandingke

Jum'at, 08 Juli 2022

Nasihat Nagarjuna Kepada Raja

Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam Keseharian

UP. Vijjadhara Adi Putera Widjaja

Jum'at, 15 Juli 2022

MBI

Pernahkan Anda menanyakan ulang terhadap sebuah instruksi yang diberikan kepada Anda? Atau Anda dengan keyakinan penuh langsung melaksanakan perintah tersebut?


Salah satu sikap dari Guru Buddha yang mengajarkan ehipassiko dan memberikan kebebasan berpikir dalam menerima suatu ajaran terdapat dalam perbincangan antara Guru Buddha dengan suku Kalama berikut ini:

"Wahai, suku Kalama. Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, `Petapa itu adalah guru kami. `Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, `Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan`, maka sudah selayaknya kalian menerimanya.” (Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65)

Mempraktekkan Ehipassiko Leadership

Sikap seperti di atas sebetulnya dapat dipraktekkan bukan saja menyangkut sebuah ajaran. Melainkan juga dalam kehidupan sehari-hari. Coba bayangkan berapa banyak kerugian yang dapat ditimbulkan akibat salah menerjemahan sebuah instruksi dalam sebuah organisasi; karena mengabaikan prinsip ehipassiko?

Dalam konteks keluarga, pasangan suami istri dapat ribut besar hanya karena lupa mempraktekkan “ehipassiko”. Ini akibat persepsi masyarakat umum bahwa bila sudah menjadi suami istri harusnya sudah saling mengerti, yang terjadi malah saling maki karena sibuk mempertahankan persepsi masing-masing.

Ehipassiko sangat membantu dalam membedakan antara fakta dan persepsi. Tanpa kita sadari sering kali sebuah persepsi membunuh banyak fakta.

Contoh sederhana, bila seseorang meminta anda untuk membelikan mie instan. Pernahkan kita menanyakan kembali permintaannya untuk mencegah salah beli. Atau kita langsung berasumsi bahwa mie instan yang dimaksudkan adalah X bukan Y. Kita tidak sadar bahwa X adalah persepsi kita yang dianggap sebagai fakta.

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS