Artikel Populer
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 01 Juli 2022
Dari Human Doing menjadi Human BeingJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo DibandingkeNasihat Nagarjuna Kepada Raja
Y.M. Bhadraruci Mahasthavira
Jum'at, 08 Juli 2022
MBI
Anjuran Arya Nagarjuna kepada para pemimpin
Alkisah, seorang kanak bernama Jetaka diramal kelak akan menjadi seorang raja oleh Arya Nagarjuna, seorang Mahapandita, kepala biara Universitas Monastik Nalanda. Ramalan pun menjadi nyata; yang dulunya Jetaka kemudian dikenal sebagai Raja Udayibhadra, yang berkuasa di sebuah kerajaan besar di selatan India. Singkat cerita, Sang Raja diasuh batinnya oleh Yang Arya Nagarjuna, agar tindak-tanduk tiga pintu tubuh-ucapan-batinnya seyogyanya seorang pemimpin dharma. Oleh karnanya, lewat sebuah karya berjudul Ratnavali, Guru Nagarjuna merangkai untaian lima ratus bait petuah untuk dipraktekkan Raja Udayibhadra ke dalam batinnya.
Seorang pemimpin juga dianjurkan untuk berpandangan luas, melihat dari segala sudut pandang secara menyeluruh dan inklusif. Dengan kata lain, alih-alih berpegang guguh pada pandangan sendiri, Nagarjuna menasehati pemimpin untuk menempatkan diri pada posisi mereka yang dipimpin, yang disebutnya para agen-agen. Lebih lanjut, dengan dharma senantiasa sebagai pijakan utama, pemimpin tak boleh berdiam, membiarkan, acuh tak acuh pun lamban begitu melihat adanya penyimpangan dari ajaran dharma. Dengan ingatan dan kewaspadaan menegakkan dharma dalam ranah yang dipimpinnya.
Arya Nagarjuna juga menjelaskan bagaimana seharusnya pemimpin bertindak dalam situasi yang tidak kondusif bagi ajaran. Ratnavali bait 400 mengatakan:
Akan tetapi jika dikarnakan ketidakbajikan duniawi
Membuat mustahil untuk memerintah berdasarkan dharma
Maka paling tepat untuk anda untuk menjadi anggota monastik
Demi kepentingan praktek dan keagungan ajaran
Phabongka Rinpoche mengatakan duniawi dan dharma sepenuhnya bertolak belakang; dari sinilah kita bisa pahami mengapa menurut Arya Nagarjuna, begitu kondisi duniawi kita tak dapat ditawar oleh dharma, tak ada kesempatan menegakkan dharma, tak perlu lagi kompromi! Undurkan diri dari dunia demikian! Dan rengkuhlah kehidupan sebagai anggota sangha. Ketegasan demikian adalah niscaya daripada mengambil resiko praktek kita tercemar kepentingan duniawi, yang pada akhirnya turut mengerus ajaran.
Takut membuat orang salah jalan, saya merujuk pada nasehat Arya Nagarjuna dalam Ratnavali. Karena nasehat Yang Mulia pada Raja Udayibhadra adalah juga untuk semua makhluk, untuk masing-masing dari kita agar dapat mencapai pencerahan sempurna. Maka sekarang kita perlu berkaca dari nasehat Nagarjuna, sudahkah kita menjadi pemimpin dharma, sudahkah kepemimpinan kita bermakna? Semakin dekatkah kita memimpin diri sendiri pun orang lain ke arah bahagia, atau malah sebaliknya ke alam rendah? Saatnya berkaca dan segera berubah.
Komentar (0)
Artikel Terkait
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 01 Juli 2022
Dari Human Doing menjadi Human BeingJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo Dibandingke