Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Artikel Populer

Jum'at, 26 Agustus 2022

Ojo Dibandingke

Panah Kehidupan

Oleh: Satyamita Kurniady Halim

Jum'at, 19 Mei 2023

MBI

Buddha pernah memberikan perumpamaan tentang seseorang yang terluka oleh anak panah beracun dan dibawa ke ahli bedah. Orang itu menolak mencabut panahnya sebelum ia mengetahui siapa yang menyerangnya, tinggi orang yang menyerangnya, warna kulit penyerangnya, jenis busur penyerangnya, jenis bulu panahnya, dan berbagai detail lainnya. Orang itu akan mati sebelum mengetahui semua itu. Mungkin Anda pernah membaca cerita ini?


Cerita ini sangat relevan dengan kehidupan kita saat ini. Kadang-kadang kita cenderung memikirkan detail yang tidak penting dan mengabaikan hal yang lebih penting, seperti mencari solusi untuk masalah yang kita hadapi. Hal ini dapat memunculkan penderitaan berulang dalam pikiran kita. Ketika kita mengalami suatu masalah, kita sering kali mengulanginya di kepala kita, sehingga memperburuk keadaan dan menyebabkan penderitaan mental yang berulang.

Kesengsaraan Berulang di Pikiran
“Ketika murid yang sudah terlatih mengalami sensasi yang menyakitkan, ia tidak resah, bersusah hati maupun bersedih, tidak memukul dada dan menangisserta  tidak menderita. Yang ia alami hanyalah satu jenis sensasi, yakni sensasi fisik, tanpa sensasi mental; ia bagaikan orang yang terkena anak panah, namun setelah itu ia tidak terkena anak panah kedua.” Sallatha Sutta

Seperti yang dikatakan Buddha dalam sutra ini, ketika merasakan rasa sakit, orang biasa akan merasakan kesedihan maupun duka yang lebih berulang karena pikirannya tidak mampu untuk tenang.  Sakitnya terjadi sekali, tapi penderitannya berulang menjadi beberapa kali ketika dipikirkan berulang, terutama dengan pikiran yang tidak tenang.

Kita semua pernah mengalami penderitaan berulang ketika kita sudah mengalami penderitaan fisik yang kemudian diulang dengan penderitaan dalam pikiran kita. Mungkin kita sudah mengalami panah pertama, seperti ketika kita dimarahi oleh pimpinan, kemudian kita menembak diri kita dengan panah kedua, dengan mengulang-ulang pikiran negatif tentang diri kita sendiri.  Dan itu sering terjadi dimana penderitaan kita lebih banyak di pikiran kita daripada di kenyataannya.  Kita perlu belajar untuk menghindari penderitaan berulang dengan mencari solusi untuk menyembuhkan luka, bukan mengulang-ulang masalah tersebut di pikiran kita.

Sumber Dukkha: Ketidakpuasan
Kita sering merasa stres, frustrasi, dan marah bukan karena masalah di luar diri kita, tetapi karena ketidakpuasan dalam hidup. Kita terlalu fokus pada mencari kesenangan dan kenyamanan, sehingga sulit bagi kita menerima kenyataan bahwa hidup juga membawa ketidakpuasan. 

Kita tidak sendirian dalam masalah ini. Banyak orang di sekitar kita juga terus mencari kesenangan yang belum tentu membawa kebahagiaan dan merasa tidak puas. Namun, mencari kesenangan terus-menerus dapat menghalangi kita untuk menjadi lebih baik. Untuk mengatasi masalah ini, kita perlu belajar menerima bahwa ketidakpuasan dan ketidakpastian adalah bagian dari hidup. Kita bisa memulainya dengan membatasi keinginan kita untuk membuat ekspektasi terhadap kenikmatan maupun kepastian. Dengan begitu, kita bisa lebih fokus pada hal-hal yang lebih penting dan membangun untuk diri kita sendiri.

Menghindari Penderitaan Berulang
Bagaimana cara menghindari penderitaan berulang di dalam pikiran kita?  Pertama, kita harus menyadari ketika mengalami panah pertama. Panah pertama ini tidak dapat dihindari dalam hidup kita. Ketika bekerja, hidup dalam keluarga, atau berteman, kita pasti menghadapi kenyataan yang terkadang kurang menyenangkan. Terima saja itu sebagai bagian dari hidup.

Selanjutnya, kita perlu menyadari reaksi emosional kita. Mungkin kita ingin marah atau mengeluh pada seseorang. Mungkin kita merasa marah pada diri sendiri dan memendam emosi, merasa tidak cukup baik atau ada yang salah pada diri kita. Inilah panah kedua, yaitu menambahkan rasa sakit dan penderitaan pada diri kita sendiri. Kita harus menyadari hal ini dan menghindari kesengsaraan berulang. Kita belajar merespons secara berbeda dan menghemat energi untuk menghadapi situasi yang bisa kita kendalikan. Ingatlah bahwa meskipun kita tidak dapat mengendalikan apa yang terjadi pada kita, kita selalu dapat menyesuaikan reaksi kita.

Kita mungkin menemukan diri kita berurusan dengan kesengsaraan berulang sepanjang hari. Namun, hal ini tidak berarti kita menyangkal reaksi awal kita. Seiring berjalannya waktu, menyadari pilihan yang kita miliki dan menghindari kesengsaraan berulang yang kita berikan pada diri sendiri dapat membantu kita membebaskan diri dari penderitaan yang tidak perlu.

Jadi penderitaan Anda hari ini apakah akibat panah pertama atau panah kedua? Panah pertama adalah tidak terhindarkan. Tapi panah kedua adalah pilihan Anda. 

Daftar Pustaka:  Sallatha Sutta - Samyutta Nikaya 36.6

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS