Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Artikel Populer

Jum'at, 26 Agustus 2022

Ojo Dibandingke

Tantangan Berkeluarga di Zaman NOW

U.P. Bodhinanda Amin Untario

Jum'at, 05 Mei 2023

MBI

Apakah berbeda membangun sebuah keluarga di zaman dulu dengan zaman NOW ?  Banyak orang tidak menyadari bahwa perkembangan dunia digital telah merubah semua sendi kehidupan termasuk dalam membangun sebuah keluarga yang sehat dan harmonis.  Sangat beruntung penulis yang lahir di tahun antara 1960-1980 dapat mengalami hidup di dua era yang sangat berbeda, yakni era sebelum ada internet dan era setelah ada internet.


Pada era sebelum ada internet, kita bisa mengetahui bagaimana hidup menjadi lebih tidak terikat dan bisa lepas, tidak terganggu dengan yang namanya dawai /gadget ini. Apakah itu handphone, komputer, Ipad, Smart TV, dan lainnya.  Sebaliknya kita juga mengetahui bahwa dengan adanya teknologi digital, banyak hal yang sulit atau mustahil bisa dilakukan di era sebelum ada internet sekarang dapat dilakukan dengan mudah sekali. Contohnya walaupun terpisahkan oleh jarak ribuan kilo, orang tua bisa menatap wajah anaknya setiap saat tanpa harus bayar biaya telpon alias free asalkan terhubung dengan jaringan internet.


Nah, menurut para pembaca, mana yang lebih sulit membangun keluarga di zaman dulu dengan zaman now ini? Mohon maaf mungkin para pembaca yang merupakan kalangan milenial ataupun generasi di bawahnya, kesulitan menjawabnya karena tidak ada pengalaman hidup di zaman sebelum internet ada.

Mudah-mudahan tulisan ini bisa dijadikan renungan walaupun kebenaran tulisan ini sangat subyektif sekali.  Menurut pendapat penulis, tantangan berkeluarga di zaman now jauh LEBIH SULIT dari dulu, walaupun penulis sangat tahu kemajuan teknologi telah sangat banyak membantu kehidupan manusia termasuk dalam menghadapi permasalahan kehidupan berkeluarga.

Apa penyebabnya? Ada beberapa faktor yang dapat disebutkan berdasarkan pengalaman penulis selama ini, yakni :
1. Kemampuan bersosialiasi secara fisik yang kurang baik
2. Mental mau serba instan
3. Generasi Strawberry
4. Kemelekatan terhadap teknologi
5. Lapangan pekerjaan ataupun kesempatan untuk berwiraswasta semakin terbatas
6. Aktivitas fisik yang kurang 

Kemampuan Bersosialisasi secara fisik yang kurang baik
Pernahkah kita memperhatikan seberapa lama “Screen Time” setiap hari dari gadget kita. Kalau belum tahu, silahkan dicek supaya kita mengetahui seberapa lama kita mempelototi handphone kita setiap hari.  Sebagai akibat dari seringnya kita hanya “berteman” dengan gadget kita, apakah kita punya waktu untuk bersosialiasi dengan teman teman kita yang lain.

Coba perhatikan anak-anak di zaman now ini, bagaimana mereka bersosialisasi dengan teman- teman mereka?  Apakah mereka punya teman?  Mungkin punya, tapi rasanya gak banyak, kebanyakan teman di media sosial atau teman waktu main game. Seringkah mereka hang out dengan teman-temannya? Rasanya tidak, pastinya tidak sesering kami dulu, yang waktu bermain dengan teman sangatlah dominan.

Padahal, kemampuan mereka dalam bersosialiasi secara fisik ini SANGAT PENTING sebagai landasan bagi mereka nanti untuk membangun satu keluarga yang baik dan harmonis. Pengalaman dalam berinteraksi dan berbeda pendapat dengan teman-temannya, menyelesaikan konflik yang terjadi, memahami orang lain, mengalah demi kebaikan, mengetahui karakter orang lain dan sebagainya TIDAK AKAN dapat dijumpai di dunia maya. Kalaupun ada, hanya memberikan sedikit pengalaman bila dibandingkan dengan bersosialisasi secara fisik. Kemampuan inilah yang akan menjadi bekal bagi para calon perumah tangga dalam menjalani bahtera rumah tangga yang sangat tidak mudah itu.

Mental mau serba Instan
Ada budaya di kalangan anak muda sekarang ingin mengapai sesuatu secara instan/cepat.  Ingin mencapai kesuksesan dalam hidup secara cepat. Tidak mau melalui suatu proses yang menguras tenaga, air mata, perasaan dan tentunya pengorbanan waktu juga. Hal ini juga bisa berlaku dalam kehidupan berkeluarga para kalangan muda. Kebahagian berkeluarga ingin dicapai juga secara INSTAN. Kekayaan yang dipandang sebagai salah satu faktor menjadikan keluarga bahagia juga ingin dicapai secara instan.  Maka yang banyak dilakukan oleh generasi muda sekarang adalah mencari pekerjaan yang bisa memberikan penghasilan secara cepat pula. Tidak heran dunia saham, dunia kripto, dunia money game, dan sejenisnya berkembang dengan sangat pesat karena digandrungi oleh generasi muda yang mau kaya secara cepat.

Generasi Strawberry
Tidak bisa dipungkiri, generasi muda sekarang luar biasa sekali dalam berbagai inovasi sehingga banyak sekali terobosan-terobosan baru terutama dalam dunia Start Up. Banyak perusahaan yang menciptakan lapangan pekerjaan baru yang tidak terpikirkan sama sekali sebelumnya. Tetapi generasi sekarang juga sering disebut sebagai generasi strawberry, yakni sebuah istilah untuk generasi yang penampilan luarnya sangat menarik, energik, punya semangat tinggi dan menggebu gebu, tapi di dalamnya mudah sekali putus asa/patah semangat.  Manis tetapi lembek.  

Kelemahan mudah putus asa ini, yang banyak menyerang para anak muda di dunia kerja, juga ternyata terbawa pada saat mereka berkeluarga. Tingkat perceraian untuk pasangan muda meningkat tajam sejalan dengan tidak kuatnya pasangan-pasangan muda dalam mempertahankan perkawinan mereka. Cepat putus asa dengan berpikir sepertinya sudah tidak cocok lagi, tidak sepaham lagi, tidak bisa membahagiakan lagi. Belum lagi kalau ada urusan ekonomi dan masih banyak lagi alasan alasan lain yang membuat pasangan muda menjadi give up.


Bandingkan dengan tingkat perceraian di generasi kami (penulis) yang masih cukup rendah.  Apalagi kalau dibandingkan dengan generasi yang lahir di tahun 1950-an ke bawah, jauh lebih kecil lagi. Salah satu yang menjadi kunci sukses dalam mempertahankan suatu perkawinan adalah keinginan kuat untuk mempertahankan perkawinan itu sendiri. JANGAN MUDAH MENYERAH ! JANGAN MUDAH PUTUS ASA! Pandangan ini mesti ditanamkan sejak dini sebelum sepasang mempelai memasuki dunia perkawinan.  Tidak ada yang mudah kawan!  Apalagi membangun sebuah bahtera rumah tangga.

Kemelakatan terhadap teknologi
Sehari berapa jam kita habiskan bersama gawai/perangkat teknologi yang kita miliki?  
Apakah kita sadar sudah sedemikian melekatnya kita kepada perangkat teknologi ini?
Kalau di zaman Buddha Gautama sudah ada teknologi seperti ini, mungkin dalam sila ke-5 dari Pancasila Buddhis, tidak hanya tercantum makanan atau minuman saja, tetapi juga terhadap perangkat teknologi ini.

Kalau kita mau merenung lebih dalam, dan jujur mengakuinya, seharusnya kemelakatan dan kecanduan kita terhadap perangkat teknologi itu sudah termasuk melanggar sila ke-5 Pancasila Buddhis. Sadari atau tidak kita sadari, keharmonisan di dalam rumah tangga kita juga menjadi bermasalah karena perangkat teknologi ini, terutama oleh handphone kita. Banyak kita jumpai anggota keluarga yang tinggal serumah tidak bertutur sapa karena setiap individu sibuk dan larut dalam handphone masing-masing. Sampai ada istilah bahwa handphone ini mendekatkan yang jauh tapi sebaliknya menjauhkan yang dekat.

Inilah tantangan yang terbesar menurut penulis, bagaimana suatu keluarga bisa tumbuh menjadi keluarga yang baik dan harmonis bila waktu untuk bersama sama secara nyata tidak bisa terwujud dengan baik. Orang tua sangat tidak mudah mengatur anak-anaknya supaya bisa secara bijaksana menggunakan gadget dengan baik. Dunia maya yang demikian luas dan isi/konten dari semua yang tersaji di dalamnya, sangat tidak mudah diawasi oleh para orang tua. Biasanya konten-konten yang berisi kekerasan, pornografi dan sejenisnya sangat mudah diakses oleh anak sehingga tugas para orang tua menjadi semakin sulit.

Sanggupkah kita atau pasangan muda mengatasi tantangan yang luar biasa berat ini?  Kita BISA kalau kita sudah menyadari dari sekarang dan berusaha/berjuang semaksimal mengatasi tantangan-tantangan ini. Disamping itu mari kita banyak berbuat baik dan berdoa supaya karma baik membimbing dan melindungi kita semua karena terlalu banyak godaan/tantangan yang akan dihadapi di kenyataan hidup kita yang sekarang.

Lapangan pekerjaan ataupun kesempatan untuk berwiraswasta semakin terbatas
Salah satu faktur utama kesuksesan sebuah rumah tangga ditentukan juga oleh keadaan ekonomi di keluarga tersebut. Sangatlah naif kalau kita mengatakan bahwa kunci kesuksesan sebuah rumah tangga tidak tergantung uang, tapi tergantung dengan perasaaan cinta dari sepasang suami istri. Mungkin pada saat pacaran prinsip ini masih berlaku, tapi setelah memasuki dunia perkawinan, baru disadari bahwa segala sesuatu juga membutuhkan uang.

Banyak keluarga akhirnya harus kandas karena masalah keuangan yang tidak dapat diatasi dengan baik.  Oleh karena itu salah satu syarat utama membina keluarga yang sukses adalah minimal dapat mencukupi kebutuhan hidup dari para anggota keluarga.

Yang menjadi persoalan di zaman ini, persaingan mencari pekerjaan demikian ketatnya karena lapangan pekerjaan yang tersediapun semakin terbatas. Banyak pekerjaan yang dulu bisa dikerjakan dengan tenaga manusia, sekarang tergantikan dengan mesin, yang tentunya mengurangi lapangan pekerjaan yang tersedia. Dunia usaha pun semakin bersaing dan ketat yang mengakibatkan seorang pengusaha harus memikirkan langkah-langkah bagaimana bisa bertahan dan sukses dalam menjalankan bisnis ini. Bisnis yang sudah berjalan bertahun-tahun terkadang pun terpaksa ditutup karena sudah tidak bisa bertahan lagi.  Bagaimana dengan bisnis bisnis baru yang akan dibangun oleh para pebisnis muda? Tentunya sangat tidak mudah tetapi dengan keuletan dan persiapan serta pengalaman belajar dari para pebisnis sukses, mudah-mudahan terbuka jalan untuk sukses bagi pebisnis muda.

Aktivitas Fisik yang kurang
Gerak tubuh/olahraga sekarang banyak sekali berkurang terutama di generasi muda/anak anak. Aktivitas di depan komputer ataupun handphone membuat orang jadi sedikit sekali waktu berolahraga. Harus kita ingat bahwa jasmani kita butuh aktivitas fisik supaya organ-organ tubuh di dalamnya bisa bekerja dengan baik. Dulu, penyakit diabetes baru dijumpai pada orang yang berusia di atas 40 tahun, tapi sekarang tidak sedikit penyakit ini kita jumpai pada anak muda yang masih berusia di bawah 20 tahun. Kenapa ini bisa terjadi? Ini akibat banyak konsumsi makanan yang tidak sehat tapi jarang berolahraga, sehingga banyak penyakit yang timbul.

Tentunya untuk membangun suatu keluarga yang harmonis dan baik, dibutuhkan kesehatan jasmani yang baik juga. Oleh karena itu aktivitas fisik sudah harus menjadi budaya sejak kita masih muda. Banyak kalangan, termasuk saya, yang kurang setuju dengan yang namanya E-sport,  yakni olahraga tetapi di dunia maya.  Main bola… iya tapi di game.. Ada yang mengistilahkan olahraga jari, karena memang hanya jari-jari tanganlah yang aktif digunakan dalam aktifitas ini. Demikian kenyataan yang terjadi di dunia kita sekarang ini.

Semoga tulisan ini benar-benar bisa membuka mata batin kita bahwa tantangan berkeluarga di zaman now ini sangat tidak mudah. Tetapi tidak mudah bukan berarti tidak bisa!  Asalkan kita menyadari dengan baik dan mempersiapkan dengan baik, termasuk banyak melakukan kebajikan, maka saya percaya kita dapat memiliki satu keluarga yang bahagia dan harmonis.  

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia
Sadhu… Sadhu… Sadhu…

Keluarga apapun yang bertahan lama di dunia ini, semuanya disebabkan oleh empat hal, atau sebagian dari empat hal itu. Apakah ke empat hal itu? (1) Mereka menumbuhkan kembali apa yang telah hilang; (2) mereka memperbaiki apa yang telah rusak; (3) mereka makan dan minum tidak berlebihan;  dan (4) mereka menunjuk seseorang yang bermoral sebagai pemimpi mereka. (AN.2.258)

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS