Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel
  • Home
  • /
  • Artikel
  • /
  • Judi, Investasi Bodong, Halu Akan Kaya

Cari

Tampilkan Artikel

Artikel Populer

Jum'at, 26 Agustus 2022

Ojo Dibandingke

Judi, Investasi Bodong, Halu Akan Kaya

Oleh : U.P. Sasanavirya Sugianto Sulaiman

Jum'at, 17 Februari 2023

MBI

Judi, semua permainan dengan memakai uang atau barang berharga sebagai taruhan (kbbi), sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari.  Sejarah mencatat judi dimulai di China, lebih dari 4000 tahun yang lalu, dalam permainan Liubo, Mesir kuno dan Yunani kuno juga tercatat sudah ada permainan judi. Judi berkembang dengan berbagai bentuk, dari mulai kartu, dadu, adu jangkrik, adu ayam, balapan kerbau, balapan kuda, lotre dan sebagainya hingga sekarang ini kita kenal ada juga judi online. 


Dalam judi nomor/lotre, banyak orang menggunakan mimpi sebagai sarana, lalu kemudian terbitlah buku mimpi. Jika tidak mimpi orang akan pergi ke dukun atau bertanya pada orang “Pintar” seperti tukang Lok Tung untuk masyarakat keturunan Tionghoa atau Tai Pak di Bangka atau kalau di Kalimantan disebut Tatung. Tidak jarang juga orang-orang bersemedi ke kuburan atau di bawah pohon yang besar.

Pengalaman penulis, tidak jarang pula orang-orang bertapa di bawah pohon pisang yang tumbuh di sekitaran kebun sebelah rumah penulis. Mereka duduk di bawah pohon pisang untuk menghitung bunyi yang ditimbulkan ketika jantung pisang itu pecah atau merekah sehingga menimbulkan bunyi tek tek tek.  Lalu orang-orang tersebut menghitung bunyi yang ditimbulkan jantung pisang itu dan kemudian mereka membeli jumlah yang mereka hitung itu. Kalau usahanya berhasil maka biasanya mereka memberikan sajenan dibawah pohon pisang itu berupa kopi, teh manis, dan kue-kue jajan pasar. Tidak jarang penulis yang memakannya dan meminum teh manis yang disajen.

Ketika penulis masih di SMP kelas 2, guru Matematika menyampaikan materi tentang judi.  Pak Guru kemudian mengambil perhitungan dengan perjudian dua angka yaitu judi togel, mulai dari angka 00 sampai 99.  Setiap angka yang buka maka mereka yang kena atau beruntung akan diganti dengan nilai 50 kali lipat. Misalnya, seseorang membeli angka 25 seharga Rp. 100,- jika yang buka angka 25 maka yang bersangkutan akan diganti dengan nilai Rp. 100 × Rp. 50 = Rp. 5000,-.

Lalu penulis bertanya, “Bagaimana caranya kita bisa tahu bandar mau buka angka berapa?”  Pak Guru kemudian menyampaikan ke kita, murid-muridnya, jika ingin menang main togel maka semua nomor kita beli agar berapapun nomor yang buka kita pasti kena atau menang. Tetapi akibatnya kita akan kalah dari segi modal karena kita beli seratus nomor dengan nilai Rp. 100,- pernomor, jadi modal kita adalah Rp. 10.000,-. Tapi ketika satu nomor kita menang maka kita mendapat ganti Rp. 5000,- dengan demikian kita masih rugi Rp. 5000,-.  Katanya untuk memenangkan perjudian maka caranya ialah jangan main judi karena judi itu hanyalah bentuk penipuan dan yang namanya bandar tidak mungkin mau rugi.

Salah satu bentuk judi lain yang sangat terkenal adalah judi bola yang nilainya sangat besar, terlebih bila ada gelaran besar seperti piala dunia kemarin. Semua aspek bisa dijadikan sarana judi, dari siapa pemenangnya, jumlah gol, jumlah kartu kuning, pinalti tidak, dan sebagainya. Sedemikian besarnya perjudian itu, sampai banyak yang mencurigai bahwa bandar dapat menentukan siapa yang menang dan berapa skornya. Bahkan ditenggarai, ada judi di setiap pertandingan bola mulai dari tingkat kampung sampai kelas dunia. 

Bentuk lainya adalah penipuan yang berkedok investasi misalnya saham, crypto, ataupun koperasi simpan pinjam atau dalam bentuk lain. Yang terakhir yang sangat menghebohkan ialah bebasnya Henry Surya  yaitu bos koperasi simpan pinjam Indo Surya yang berhasil menggondol uang masyarakat sebesar Rp. 107 triliun. Sebelumnya kita juga dihebohkan dengan investasi bodong Hendra Kenz dengan kerugian Rp. 83 milyar dengan Binomonya atau Doni Salmanan dari Bandung yang kemudian dihukum ringan oleh PN Bandung karena melakukan penipuan dengan nilai kerugian sebesar Rp. 24 milyar.  Lalu apa sebabnya orang masih main judi melakukan investasi bodong dan mau ketipu oleh bandit-bandit penipu. 

Setiap penjudi atau korban dari investasi bodong adalah orang-orang yang “halu”. Halu akan kekayaan, halu akan uang banyak dan kesuksesan semu. Umumnya mereka tertipu karena iming-iming pengen cepet kaya, pengen punya penghasilan besar dan keinginan-keinginan halu lainnya. Pokoknya orang-orang semacam ini adalah orang-orang yang mengutamakan sifat lobha nya.  Pengen kaya, pengen hidup enak, pengen sukses tapi dengan cara yang tidak masuk akal.

Bagaimana mungkin Indra Kenz, Doni Salmanan atau Hendri Surya mau memberikan keuntungan yang demikian besar kepada kita. Apa yang mereka lakukan sehingga kita bisa dibagi uang sedemikian besar.  Contoh saja untuk kasus Henry Surya setiap investasi Rp. 1 juta maka bunganya mencapai lebih dari 10% atau kurang lebih Rp. 100.000,- sampai Rp. 150.000,-. Bayangkan jika uangnya Rp. 107 triliun maka 10% nya mencapai 10 triliun lebih. Bagaimana Henry surya memberi bunga yang begitu besar kepada para nasabahnya yang mencapai 14.500 orang?  Bukankah ini suatu halusinasi luar biasa, karena kita tidak pernah mendengar apa usaha real atau nyata dari koperasi Indo Surya itu. Sayangnya begitu banyak orang yang mau ditipunya.

Judi juga sudah dibahas dari sejak jaman Sakyamuni Buddha, dalam  Sigālovāda Sutta Buddha menjelaskan ada enam bahaya dari kecanduan judi yaitu: 1. Ketika ia menang, ia akan dibenci; 2. Ketika kalah, ia akan menyesal; 3. Memboroskan kekayaan yang ia miliki saat ini; 4. Omongannya tidak dipercaya orang banyak; 5. Ia diremehkan para teman-temannya; 6. Ia tak pantas dijadikan calon suami, karena pejudi tidak mampu menghidupi istrinya. 

Mengingat pesan Buddha akan bahaya dari berjudi ini, hendaknya kita siswanya mengikuti nasihat yang disampaikan Buddha 2.600 tahun yang lalu itu untuk menghindari segala bentuk perjudian.  Ada pesan lain yang juga penting dari Sigālovāda Sutta adalah judi, investasi bodong dan lain-lain yang selain membuat kita menjadi halu akan kekayaan, penghasilan besar, sukses, dan hal-hal yang hedonis lainya, yakni “kehilangan kepercayaan” (sabhāgatassa vacanaṃ na rūhati), orang yang kehilangan kepercayaan terutama dari masyarakat akan sulit bertahan hidup dengan baik di masyarakat.


Pustaka :
7 Fakta Sejarah Judi, Dikenal dari Ribuan Tahun Lalu (idntimes.com)

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS