Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Artikel Populer

Jum'at, 26 Agustus 2022

Ojo Dibandingke

Kembali ke Kehidupan Normal

U.P. Sutta Vijaya Henry Gunawan Chandra

Jum'at, 13 Januari 2023

MBI

Tahun 2022 sudah kita lewati bersama.  Banyak suka duka, sedih gembira, bercampur baur silih berganti. Ada kesuksesan dan ada kegagalan, ada juga kenangan indah, harapan yang tertunda, dan banyak lagi lainnya. Sekarang kita sudah di tahun 2023, tahun yang baru, tentu dengan harapan dan juga tantangan baru, yang akan dan pastinya harus kita lalui.


Hidup yang seperti apa yang kita harapkan di tahun 2023 ini?  Hidup yang penuh dinamika dan tantangan?  Atau hidup yang tenang tanpa banyak perubahan?  Semua kembali ke kita sendiri, mana yang ingin diraih, dipertahankan dan bahkan dilepas.  Anda sendiri yang lebih tahu mana yang terbaik bagi kehidupan anda masing-masing.

 

Tapi diantara pilihan-pilihan itu, ada juga pilihan untuk kembali ke Kehidupan Normal. Ya, anda tidak salah baca, Kehidupan Normal. Mungkin sebagian anda bertanya apa maksudnya Kehidupan Normal? Apakah kehidupan yang mengalir seperti air, yang apa adanya, tidak neko-neko, tanpa perlu usaha, hanya menerima apa yang datang pada kita?  Bukan itu tentunya.

 

Banyak dari kita yang terbiasa menganggap bahwa kehidupan kita, yang dibumbuhi kata-kata “yang singkat”, ini haruslah diisi dengan hal-hal yang luarbiasa, fantastis, yang di atas normal.  Untuk berhasil dan sukses, harus kerja ekstra keras, jauh lebih keras dari orang-orang pada umumnya. Untuk mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik dari sebelumnya, maka kita tidak bisa hidup normal, harus ekstra lebih, harus upnormal. 

 

Banyak orang yang terjebak dalam situasi seperti ini, yang di dalam bahasa psikologi disebut sebagai FOBO, Fear Of Being Ordinary, ketakutan menjadi orang yang biasa.  Karena menganggap orang biasa itu tidak keren, tidak hebat.  Harus jadi orang yang luarbiasa, baru bisa dikategorikan hebat dan keren.

Tetapi Normal tidaklah sama dengan ordinary atau kebanyakan. Ordinary merujuk pada penilaian pihak luar, tetapi Normal merujuk pada diri kita masing-masing.  Kenormalan setiap kita berbeda.


Ada sebuah cerita seorang saudagar kaya yang sedang berlibur di pantai, bersantai menghilangkan penat, yang dalam bahasa sekarang kita kenal dengan istilah healing.  Dan dia melihat seorang nelayan yang sedang bermalas-malasan, berbaring di tepi pantai.   Seketika benaknya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan, dan lalu diapun bertanya kepada nelayan ini,  “Apa yang sedang kamu lakukan?”  Nelayan menjawab “Berbaring”.   “Kenapa kamu tidak pergi menangkap ikan?   “Tadi sudah”, kata nelayan itu.  “Kenapa tidak menangkap lebih?” tanyanya lagi. “Untuk apa?” jawab nelayan.  “Tentu untuk mendapatkan ikan yang lebih banyak. “Apa manfaatnya?” tanya Nelayan. “Dengan ikan yang lebih banyak, kamu bisa mendapatkan uang lebih banyak.   Dan kalau itu kamu lakukan itu lebih sering, uangmu bisa terkumpul banyak lagi, dan kamu bisa membeli perahu baru yang lebih besar. Dengan perahu yang lebih besar, kamu bisa mendapatkan ikan yang jauh lebih banyak lagi. Dan dengan ikan yang lebih banyak lagi itu berarti uangmu akan bertambah lagi, dan kamu akan bisa beli lebih banyak perahu. Dan setelah beberapa tahun kemudian kamu bisa menjadi sangat kaya, menjadi saudagar ikan. Dan pada akhirnya kamu bisa seperti saya menghabiskan waktu untuk berlibur.”  Nelayan bertanya, “Apa yang anda lakukan di saat berlibur?” Saudagar kaya inipun dengan bangganya menjawab, “Kamu bisa lihat sendiri, saya bisa hidup santai, seperti hari ini saya bersantai di pantai menikmati hidup.”  Nelayan lalu berkata, “Memangnya menurutmu, apa yang sedang saya lakukan?” (dimodifikasi dari cerita Zen)

Ironi bukan, tapi begitulah kita pada umumnya.

 

Penulis ingin mengajak melihat  arti Hidup Normal dari sisi yang berbeda.  Masihkah kita ingat, khususnya para orangtua, saat pertama kali bayi anda lahir?  Apa yang anda tanya ke dokter kandungan? “Dok, apakah bayi saya lahirnya normal?” Iya kan?  Pastinya tidak ada satupun orangtua yang berharap bayinya lahir tidak normal bahkan juga tidak di atas normal.  Dan semua orangtua akan sangat bahagia kalau jawabannya adalah “Normal.”  Jadi kata “Normal” itu adalah sesuatu yang sangat special.  

Contoh lain adalah soal kesehatan kita.  Kita tentu masih ingat, dua tahun lebih ini, kita sering sekali harus diukur suhu tubuh kita, dan semua harus berada di ambang yang normal.  Di atas normal, maka kita akan dicurigai terinfeksi virus, dan diminta untuk tidak bekerja atau sekedar masuk ke ruangan yang hendak kita tuju. Lebih jauh dari itu, berapa banyak dari kita yang menginginkan fisik kita, kesehatan kita kembali normal seperti sediakala.  Mereka yang sakit ingin kembali kondisi normal.  Mereka yang kadar gula darah tinggi, kolesterol tinggi, asam urat tinggi dan lain sebagainya, ingin kembali ke kondisi yang normal. Betul? Boleh dikatakan mereka semua itu mendambakan kehidupan normal mereka kembali.  Jadi kehidupan normal adalah sebuah keajaiban, sebuah kebahagiaan. 

 

Normal bukanlah sesuatu yang biasa-biasa saja.  Dan keajaiban bukanlah sesuatu yang harus serba spektakuler, sesuatu yang wah. Mahabiksu Thich Nhat Hanh, Master Zen dari Vietnam mengatakan bahwa keajaiban bukanlah bisa berjalan di atas air, tetapi berjalan di atas tanah dengan penuh kedamaian, kebahagiaan dan kesadaran. Berapa banyak dari kita yang betul-betul mampu berjalan dengan penuh kebahagiaan dan kesadaran.  Sebagian besar kita berjalan tergesa-gesa, bahkan sambil memikirkan sesuatu yang tidak pasti, sesuatu yang sudah lewat atau sesuatu yang belum datang.  Sebagian lain berjalan tanpa arah, tanpa tahu apa yang mau dituju. 

 

Akhir tahun 2022, pemerintah menyampaikan bahwa PPKM resmi dicabut, yang artinya pandemi Covid-19 sudah dianggap berakhir, dan kita kembali ke Kehidupan Normal. Ini menjadi kado istimewa bagi semua rakyat Indonesia.  Kita sudah bisa kembali ke kehidupan seperti di tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19 melanda, tanpa perlu takut, was-was, overthinking dan overreacting seperti masa di mana pandemi ini melanda. Bukanlah itu sebuah kebahagiaan?  Sebuah hadiah istimewa?

Jadi teman-temanku semua. Hidup Normal bukanlah sebuah kegagalan, bukan sebuah hidup tanpa kemajuan. Hidup Normal adalah keajaiban. Dapat menikmati semua aktifitas yang kita lakukan sehari-hari adalah sebuah kebahagian.  Kita tidak perlu mencari kebahagian di luar sana, kebahagiaan itu ada pada diri kita sendiri.

 

Tentu, hidup normal bukan berarti hidup yang selalu sama, karena tidak ada yang selalu sama, semuanya berubah. Makanya ada istilah “Kenormalan Baru” karena apa yang dulu dianggap normal, sekarang sudah berubah. Kenormalan selalu mengikuti dan menyesuaikan keadaan jaman. Dan pandemi kemarin ini merubah banyak sekali kenormalan hidup. Kita tentu bukan hidup di masa lalu, jadi kita juga harus bisa menyesuaikan dengan kondisi kenormalan baru ini.  Hiduplah saat ini, hiduplah dalam kenormalan. 

 

Selamat kembali di Kehidupan Normal.

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS