Artikel Populer
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 01 Juli 2022
Dari Human Doing menjadi Human BeingJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo DibandingkeDrakor vs Sepakbola
Oleh U.P. Karma Dechen Wetik Suryadi
Jum'at, 30 Desember 2022
MBI
Apa bedanya para istri menonton drakor, dengan para suami yang menonton pertandingan Bola (sepakbola), bahkan sampai memasang profile picture pemain bola tersebut di wallpaper laptop atau handphone misalnya. Membeli merchandise klub bola tersebut, bahkan setiap hari mencari tahu tentang kabar pemain bola yang diidolakan. Bahkan terkadang istri dan anak sendiri sering lupa ditanya kabarnya. Seperti pertandingan sepakbola di Piala Dunia yang belum lama ini berlangsung, dengan segala hingar bingarnya. Selesai dengan segala hiruk pikuk piala dunia, lanjut lagi dengan hingar bingar pertandingan piala-piala liga yang berseliweran melalui berbagai jaringan medsos yang mudah di akses.
Hidup ini memang tidak seindah drakor ataupun semenarik pertandingan bola, lalu kalau kita tidak menonton drakor dan pertandingan sepakbola apakah hidup akan jadi jauh lebih indah? Apakah salah nonton drakor dan pertandingan bola? Toh kita tidak menghabiskan semua waktu kita untuk itu? Hidup bukanlah hanya melulu urusan benar atau salah, bukan pula semata-mata hitam atau putih. Jalan tengah, itu sudah paling benar.
Kembali ke urusan drakor, kalau misalnya para istri mendambakan suaminya merayakan ulang tahun, mengirimkan bunga dan hadiah, seperti cerita dalam drakor, rasanya sah-sah saja. Apalagi itu bisa membuat para istri tercinta kita sendiri merasakan kebahagiaan. Why not ? Karena bukankah di setiap doa, kita selalu mendoakan agar semua makhluk berbahagia. Buddha berpendapat bahwa kedamaian dan keharmonisan dari sebuah rumah lebih banyak tergantung kepada istri.*)
Sama halnya, dengan para suami yang menonton pertandingan bola melalui gawainya atau Laptopnya. Kita juga bisa melihatnya dalam cara yang berbeda. Setidaknya mereka ada di rumah, bersama kita. Tidak pergi keluyuran ke tempat-tempat lain untuk mencari hiburan, yang sangat mungkin pulang larut malam, seperti yang diingatkan Buddha di dalam Sigalovada Sutta.
Persoalan menjadi lain ketika para istri menonton drakor dan para suami yang menonton pertandingan sepakbola, kemudian menjadi lupa segalanya. Ini yang bahaya, karena kita tidak boleh terlena oleh kesenangan indra. Kemelekatan yang timbul akan menyebabkan banyak penderitaan seperti kecemasan, kekecewaan dan frustasi. Lupa bahwa harus kembali menginjak kenyataan, bahwa hidup ini juga penuh dengan drama kehidupannya sendiri serta pertandingan atau pertarungan yang setiap saat harus dilewati, karena hidup adalah dukkha. Seperti apa yang tertulis dalam Dhammapada 182, bahwa kehidupan kita sebagai manusia memang adalah tidak mudah.
Terlepas bahwa memang hidup ini sendiri adalah penuh drama, itu menjadi tanggung jawab kita untuk dapat menjalaninya, karena pilihan ada di tangan kita. Apakah kita akan terus bertekad untuk melatih diri, dengan menjalankan moralitas dan hidup yang benar. Kitalah yang memilih, peran apa yang akan kita mainkan. Terlebih sebagai orangtua, adalah kewajiban kita mewariskan nilai-nilai yang baik, sebagai contoh dan teladan bagi anak cucu kita kelak.
Jadi, mau nonton drakor atau mau nonton bola ?
*) Perkawinan yang bahagia, DR. K. Sri Dhammnanda, Penerbit Dian Dharma
Komentar (1)
Amin Untario
Sabtu, 31 Desember 2022 08:25
artikel yang mengingatkan kita semua …
Artikel Terkait
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 01 Juli 2022
Dari Human Doing menjadi Human BeingJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo Dibandingke