Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Artikel Populer

Jum'at, 26 Agustus 2022

Ojo Dibandingke

Everything is Possible

Oleh U.P. Panna Dhamma Haryanto Tanuwijaya

Jum'at, 02 Desember 2022

MBI

Ajang Piala Dunia 2022 sudah berlangsung sejak 21 November 2022 lalu.  Pada fase grup, dua kejutan besar terjadi yaitu tim Argentina ditumbangkan Arab Saudi 2-1 dan Jerman dipaksa mengakui kekuatan tim Jepang dengan skor sama 2-1. Siapa yang menyangka hal ini bisa terjadi? Tim kuat Argentina yang digadang-gadang menjadi juara piala dunia justru harus mengakui kehebatan tim Arab Saudi yang mungkin selama ini dipandang sebelah mata. Demikian pula yang dialami tim Jepang saat menghadapi tim Jerman. Tentu saja hasil positif yang diraih tim Arab Saudi dan Jepang bukan suatu kebetulan atau mukjizat. Semua itu diraih berkat kerja keras seluruh komponen tim selama bertahun-tahun mempersiapkan diri menghadapi even sebesar Piala Dunia 2022.  Hasilnya tim Arab Saudi dan Jepang membuktikan everything is possible.


Ajaran Buddha dikenal sebagai ajaran yang lebih mengutamakan praktik kebenaran yang Buddha ajarkan (Dharma) daripada sekedar teori semata.  Dharma melindungi seseorang yang menjalankannya, bagaikan payung besar di musim hujan (Dhammo hāve rakkhati dhammacarim, chattam mahantam viyā vassakāle). Jadi siapapun yang mempraktikkan Dhamma akan terlindungi. Namun praktik yang dilakukan ini tidaklah semudah membalik telapak tangan.  Praktik Dharma merupakan proses berlatih diri yang membutuhkan keyakinan, tekad, kontinuitas, kesungguhan hati, dan semangat pantang menyerah.

Dalam perjalanan mempratikkan Dharma, tidak jarang muncul keraguan dalam diri kita yang mulai dihinggapi keputusasaan. Seorang ibu yang merasa banyak berdana untuk wihara, menyokong para Biksu, dan beraktivitas sosial mulai mempertanyakan tentang karma dan berlakunya hukum sebab akibat. Seorang sahabat mulai melonggarkan latihan meditasinya setelah sekian puluh tahun berlatih meditasi.  Tidak sedikit pula umat Buddha yang merasa tidak bisa atau tidak mampu untuk berlatih diri dalam meditasi, menjalankan atthasila, dan praktik latihan lainnya.  Banyak pula yang mengatakan tidak mungkin berhasil mempraktikkan Dharma dalam kehidupan duniawi sekarang ini.  

Alasan klasik yang diutarakan adalah karena kita sekarang ini hidup di jaman kemajuan teknologi informasi, di era digital yang jauh berbeda dengan jaman kehidupan Buddha. Margareth Drabble mengatakan, “When nothing is sure, everything is possible”. Semuanya praktik latihan yang kita jalani masih memiliki kemungkinan besar berhasil. Bukankah tim sepakbola Arab Saudi dan Jepang telah membuktikannya. Melalui latihan keras dan usaha tak kunjung lelah, mereka akhirnya memiliki tim sepakbola bisa mengalahkan tim unggulan.  Pertanyaannya kita mau atau tidak untuk berlatih diri?

Sepintas, tidak mau memang terlihat beda tipis dengan tidak mampu. Namun keduanya memberi dampak yang jauh berbeda.  Kemampuan, skill, atau kompetensi seseorang bisa ditingkatkan melalui latihan yang terus menerus.  Semua itu berproses dan menjadi mungkin tercapai selama masih ada kemauan untuk terus berlatih diri.  Berapa banyak orang yang tidak memiliki kedua tangan namun tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, berpakaian, bahkan melukis atau memasak menggunakan kedua kakinya.  Terbayangkah oleh kita bagaimana susahnya melatih diri untuk bisa melakukan semua itu. Thich Nhat Hanh menyatakan, “Because your’re alive, anything is possible”.  Selama kita masih bernafas, kita harus terus mencoba, berupaya, terus berproses untuk meningkatkan kualitas diri kita.  Jangan pernah takut gagal, tapi takutlah untuk tidak mencoba. Kesalahan dan kegagalan yang kita alami merupakan bukti bahwa kita telah mencoba dan berupaya. Yakinlah kalau hasil tidak akan mengkhianati proses, everything is possible.  Perasaan berat, tidak bisa, tidak mampu timbul juga disebabkan kurangnya kesabaran. 

Dalam Dhammapada dikatakan bahwa kesabaran adalah pratik religi yang terbaik.  Melatih kesabaran penting dalam upaya menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan cinta kasih (Kemenag.go.id).  Dengan latihan tersebut maka kita memiliki kemampuan batin untuk mengendalikan diri dari perkataan dan pebuatan tidak baik dan memiliki kerelaan untuk bersabar menunggu hasil latihan diri dalam jangka waktu yang lama.  Dengan kesabaran pula kita akan merasakan Dharma yang indah pada akhirnya.


Dalam hal ketekunan, semangat, dan kesabaran dalam berlatih diri, kita patut meneladani apa yang telah dilakukan Buddha Gotama yang tanpa kenal lelah dan putus asa terus berjuang mencapai kesucian selama enam tahun di hutan Uruvela.  Buddha Gotama telah membuktikan kepada kita semua selama kita memiliki tekad dan kemauan yang kuat untuk terus berlatih diri, maka everything is possible.

Share:

Komentar (1)

Tjun Jong

Sabtu, 10 Desember 2022 06:37

good motivation in damma,anumodana trims.????

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS