Artikel Populer
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 01 Juli 2022
Dari Human Doing menjadi Human BeingJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo DibandingkeEverything is Possible
Oleh U.P. Panna Dhamma Haryanto Tanuwijaya
Jum'at, 02 Desember 2022
MBI
Ajang Piala Dunia 2022 sudah berlangsung sejak 21 November 2022 lalu. Pada fase grup, dua kejutan besar terjadi yaitu tim Argentina ditumbangkan Arab Saudi 2-1 dan Jerman dipaksa mengakui kekuatan tim Jepang dengan skor sama 2-1. Siapa yang menyangka hal ini bisa terjadi? Tim kuat Argentina yang digadang-gadang menjadi juara piala dunia justru harus mengakui kehebatan tim Arab Saudi yang mungkin selama ini dipandang sebelah mata. Demikian pula yang dialami tim Jepang saat menghadapi tim Jerman. Tentu saja hasil positif yang diraih tim Arab Saudi dan Jepang bukan suatu kebetulan atau mukjizat. Semua itu diraih berkat kerja keras seluruh komponen tim selama bertahun-tahun mempersiapkan diri menghadapi even sebesar Piala Dunia 2022. Hasilnya tim Arab Saudi dan Jepang membuktikan everything is possible.
Dalam perjalanan mempratikkan Dharma, tidak jarang muncul keraguan dalam diri kita yang mulai dihinggapi keputusasaan. Seorang ibu yang merasa banyak berdana untuk wihara, menyokong para Biksu, dan beraktivitas sosial mulai mempertanyakan tentang karma dan berlakunya hukum sebab akibat. Seorang sahabat mulai melonggarkan latihan meditasinya setelah sekian puluh tahun berlatih meditasi. Tidak sedikit pula umat Buddha yang merasa tidak bisa atau tidak mampu untuk berlatih diri dalam meditasi, menjalankan atthasila, dan praktik latihan lainnya. Banyak pula yang mengatakan tidak mungkin berhasil mempraktikkan Dharma dalam kehidupan duniawi sekarang ini.
Alasan klasik yang diutarakan adalah karena kita sekarang ini hidup di jaman kemajuan teknologi informasi, di era digital yang jauh berbeda dengan jaman kehidupan Buddha. Margareth Drabble mengatakan, “When nothing is sure, everything is possible”. Semuanya praktik latihan yang kita jalani masih memiliki kemungkinan besar berhasil. Bukankah tim sepakbola Arab Saudi dan Jepang telah membuktikannya. Melalui latihan keras dan usaha tak kunjung lelah, mereka akhirnya memiliki tim sepakbola bisa mengalahkan tim unggulan. Pertanyaannya kita mau atau tidak untuk berlatih diri?
Dalam Dhammapada dikatakan bahwa kesabaran adalah pratik religi yang terbaik. Melatih kesabaran penting dalam upaya menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan cinta kasih (Kemenag.go.id). Dengan latihan tersebut maka kita memiliki kemampuan batin untuk mengendalikan diri dari perkataan dan pebuatan tidak baik dan memiliki kerelaan untuk bersabar menunggu hasil latihan diri dalam jangka waktu yang lama. Dengan kesabaran pula kita akan merasakan Dharma yang indah pada akhirnya.
Dalam hal ketekunan, semangat, dan kesabaran dalam berlatih diri, kita patut meneladani apa yang telah dilakukan Buddha Gotama yang tanpa kenal lelah dan putus asa terus berjuang mencapai kesucian selama enam tahun di hutan Uruvela. Buddha Gotama telah membuktikan kepada kita semua selama kita memiliki tekad dan kemauan yang kuat untuk terus berlatih diri, maka everything is possible.
Komentar (1)
Tjun Jong
Sabtu, 10 Desember 2022 06:37
good motivation in damma,anumodana trims.????
Artikel Terkait
Jum'at, 15 Juli 2022
Ehipassiko Leadership – Sebuah Praktek Sederhana Dalam KeseharianJum'at, 01 Juli 2022
Dari Human Doing menjadi Human BeingJum'at, 26 Agustus 2022
Ojo Dibandingke