Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Artikel Populer

Jum'at, 26 Agustus 2022

Ojo Dibandingke

Mengamati Air Terjun

Upa. Satyamita Kurniady Halim

Jum'at, 23 September 2022

MBI

Apa tujuan Anda melakukan meditasi?

Apakah tujuan bermeditasi untuk mencapai ketenangan?  Apakah untuk meredakan sifat pemarah?  Apakah untuk lepas dari kecemasan?  Atau apakah untuk mencapai pencerahan? Apapun tujuan yang Anda lakukan untuk menempatkan diri Anda dalam latihan yang konsisten adalah tujuan yang bagus.


Penulis pernah mengalami sesuatu yang  menarik.  Pernah seseorang bercerita bahwa tujuan bermeditasinya adalah mau menjadi pribadi yang sabar, tapi sekian lama berlatih malah tetap menjadi pribadi yang pemarah.  Pernahkah kita mengalami hal seperti ini juga?

Adalah hal yang wajar dan sudah menjadi kebiasaan kita, berharap bahwa dengan melakukan sesuatu kita akan mendapatkan hal yang kita harapkan.  Tapi pengecualian berlaku pada saat kita memutuskan untuk berlatih meditasi.  Jon Kabat-Zinn dalam bukunya “Whenever You Go, There You Are” mengatakan “Meditasi adalah sebuah upaya sistematis manusia yang pada dasarnya tidak untuk memperbaiki atau mencapai sesuatu, tapi hanya sekedar menyadari diri Anda saat ini."

Jadi meditasi adalah paradox yang unik dan menarik. Semakin kita berupaya mencapai sesuatu, semakin kita jauh dari tujuan kita.  Semakin kita siap untuk melepaskan pengharapan untuk mencapai sesuatu, semakin dekat kita dengan pencapaian.

Dalam bukunya “Zen Mind, Beginners Mind”, Dr. Shunryu Suzuki menyampaikan bahwa dalam latihan meditasi kita mengenyampingkan pikiran “Saya telah mencapai sesuatu.” Mengapa? Karena semua pikiran yang berpusat pada diri sendiri akan membatasi pikiran itu sendiri. Ketika kita berani melepaskan pengharapan kita, maka kita adalah pemula sejati, seorang pemula yang siap untuk belajar sesuatu.

Mengamati Air Terjun

Jadi lantas apa yang kita lakukan dalam meditasi jika kita malah melepaskan pengharapan dalam meditasi?  Saya lebih suka menggunakan meditasi dengan sekedar MENGAMATI. Seperti mengamati Air Terjun.  Saat kita melihat air terjun, kita melihat setiap bentuk dari air yang mengalir dari luar air terjun.  Tapi kita tidak masuk dalam Air Terjun dan tergulung bersamanya.  Tapi hanya mengamati dari luar dan sekitarnya.  Kita dapat MELIHAT setiap detail percikan airnya dan MENDENGAR suara air, tapi tidak terlibat di dalamnya.  Demikian juga kita mengamati apa yang ada bersama kita, tapi tidak tergulung bersamanya.

Biasanya kita dalam melakukan meditasi, kita diajak untuk mengamati napas, karena napas selalu ada bersama kita, kita mengamati nafas yang masuk dan keluar.   Sadar nafas masuk, sadar nafas keluar yang berlangsung secara alami.  Ketika memperhatikan nafas masuk dan keluar, kita tidak perlu menilai, hanya sekedar mengamati saja proses masuk dan keluar nafas sebagaimana apa adanya.  

Hanya sekedar diamati apa adanya, tidak perlu menilai apakah suka atau tidak.  Karena ketika menilai dengan suka, maka muncul keingian “I want more”, keinginan lebih lanjut untuk mendapatkannya.  Jika kita tidak mendapatkannya maka akan muncul kegundahan.  

Demikian juga ketika pikiran menilai dengan tidak suka, maka pikiran berusaha untuk menyingkirkan yang tidak menyenangkan itu dan memunculkan kegundahan jika hal yang tidak menyenangkan itu terulang kembali.  Demikian kilesa yang akan mengaduk kembali hidup kita dengan kegundahan.

Ketika pikiran selalu dilatih untuk sekedar hadir di saat ini, maka pada kehidupan nyata pikiran juga selalu hadir pada saat ini, sehingga kegelisahan, ketakutan akan semakin dikenali dan dapat berkurang secara perlahan.

Ketika pikiran selalu dilatih untuk mengamati apa adanya, maka dalam kehidupan nyata pikiran terbiasa melihat apa adanya. Sebagai hasilnya, apapun yang muncul dalam kehidupan nyata kita terbiasa melihat dengan apa adanya secara non dualistik, terlepas dari penilaian suka maupun tidak suka.

Dengan kemampuan mengamati apa adanya ini, kita juga dapat melihat kehidupan ini sekedar apa adanya, melihat segala fenomena yang muncul dan tenggelam.  Mengamati apapun yang muncul hanya sekedar diamati dengan seksama, tanpa perlu melakukan penilaian yang dapat mengakibatkan kegundahan dalam hidup kita.

Hasil melatih pikiran hidup sadar saat ini dan mengamati apa adanya tanpa perlu menilai, maka pola pikir akan berubah menjadi lebih bijak, emosi dapat diregulasi lebih baik, hidup menjadi lebih ringan tanpa penilaian, pikiran dapat menjadi lebih tenang, lebih damai.

Tertarik dengan hidup seperti ini? Mulailah dengan mengamati tanpa memberikan pengharapan. Mulailah melakukan meditasi di rumah dengan mengamati apa pun yang muncul dengan melepaskan pengharapan akan tujuan bermeditasi. Mulailah sekedar mengamati setiap napas kita yang unik, di setiap masuk dan keluarnya.  Sekedar mengamati kondisi tubuh yang ada.  Sekedar mengamati suhu udara dan hembusan angin yang ada di sekitar kita.  Sekedar mengamati bentuk perasaan yang terkadang up and down.  Sekedar mengamati dan merangkul apa pun yang ada saat ini.  Itulah bagaimana kita hidup sadar melalui meditasi.

 

Referensi:

Wherever You Go There You Are, Jon Kabat-Zinn

Zen Mind, Beginners Mind, Dr. Shunryu Suzuki

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS