Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Artikel Populer

Jum'at, 26 Agustus 2022

Ojo Dibandingke

Buddhist Leadership

Upasaka Pandita Dr. Akino W. Azzaro

Jum'at, 12 Agustus 2022

MBI

Leadership is action not position! Kepemimpinan adalah tindakan bukan posisi. Petuah ini disampaikan oleh seorang legenda dalam mereformasi industri televisi dan radio, Donald McGannon. 


Happiness

Saat ini kepuasan atau kenikmatan nafsu indera adalah jantung yang ingin diraih atau dicapai dengan segala cara. Jika kita amati baik-baik, semua media membombardir produk, jasa atau event yang bertujuan memicu atau meningkatkan intensitas kenikmatan nafsu indera. Tanpa sadar, pemerintah juga telah masuk kedalam perangkap ini. Rakyat didorong untuk menjadi total konsumtif demi pertumbuhan ekonomi nasional.

 

Meskipun konsep kebahagiaan sepertinya sangat bertolak belakang dengan konsep ekonomi yang mengutamakan untung (gain) daripada rugi (lost), jika diamati secara cermat dan dalam, maka jelas sekali bahwa menjadi bahagia adalah lebih untung daripada tidak bahagia. Menjadi bahagia adalah lebih sehat baik secara fisik atau psikologis.  Dengan ini maka terjadi penghematan karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk biaya berobat. Bahagia juga menguntungkan secara materi karena akan lebih mudah membangun kepercayaan, kepuasan bahkan keterkejutan konsumen (customer satisfaction and delight).

Hal lain yang sangat krusial adalah kebahagiaan ini menular kepada lingkungan atau ekosistem. Seorang yang tidak bahagia dapat memarahi anak tanpa alasan yang jelas dan selanjutnya anak menendang kucing tanpa sebab pula. Jika ini diteruskan maka lama-kelamaan anak akan jatuh dalam pergaulan komunitas yang kurang baik, yang selanjutnya akan membebani secara ekonomi kepada orang tuanya.  Tidak naik kelas, meminum obat terlarang, merehabilitasi dari kecanduan obat, semua ini menuntut  biaya ekonomi. Oleh kerena itu, tidak bahagia juga kerugian keuangan (lost).

 

Seorang pemimpin buddhis dapat menjadi agen perubahan dengan menjadikan dirinya sendiri dahulu bahagia, kemudian menularkan kebahagiaan kepada lingkungannya. Sembilan indikator kebahagiaan dapat menjadi jalan masuk untuk mewujudkan kepemimpinan yang berlandaskan kebahagiaan. Dengan indikator ini maka tingkat kebahagiaan masing-masing pengikut atau organisasi dapat diukur dan juga dapat diperbandingkan antar organisasi sejenis atau tidak. Ini tentu akan sangat berdampak positif yakni memacu kompetisi yang sehat menuju ke lingkungan masyarakat yang lebih bahagia.

 

Pada titik ini, kesadaran bahwa bahagia dan tidak bahagia adalah suatu hal yang dapat dicapai juga merupakan pilihan yang rasional. Irasional jika memilih tidak bahagia. Sejak meninggalkan istananya, Buddha jelas sekali tahu pilihan untuk menjadi bahagia adalah suatu yang logis dilakukan daripada untuk menjadi tidak bahagia. Bahkan Buddha tahu persis realisasi Nirwana yang merupakan kebahagiaan tertinggi adalah menjadi payung bagi kualitas lainnya. Peran pemimpin yang transformer, visionary, team work, role model hanya akan efektif jika pemimpin itu telah bahagia dan ini dipengaruhi oleh berbagai kualitas batin. Batin yang goyah (melekat dengan nafsu indera) adalah batin yang tidak bahagia. Selanjutnya batin yang jernih (bebas dari rintangan) tentu kebahagiaannya kurang kokoh dibanding batin yang tenang.

Batin yang tenang akan lebih kasar bahagianya dengan batin yang tenggelam. Batin yang tenggelam akan lebih terlihat kurang halus dibanding dengan batin yang tidak bereaksi lagi, Batin yang murni adalah batin yang paling bahagia. Contoh ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin buddhis sewajarnya sering melakukan praktek meditasi (pattipati) untuk meningkatkan kualitas batin. Dengan modal ini, maka dapat mempengaruhi kebahagiaan pengikut dan keefektifan organisasi.

 

Terpujilah Sang Bhagava dan Sangha Ariya yang telah merealisasi batin yang murni. Kita beruntung memiliki pemimpin-pemimpin yang berbahagia karena dengan kualitas ini maka sampai detik ini, kita masih dapat merasakan ajaran dan bernaung dalam satu organisasi Buddha yang luarbiasa efektif. Semoga kita semua menjadi pemimpin Buddhis yang efektif. Sadhu…Sadhu…Sadhu

(Artikel ini pernah dimuat di Majalah Manggala, edisi XI, tahun 2013)

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS