Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Artikel Populer

Jum'at, 26 Agustus 2022

Ojo Dibandingke

Paradoks yang Membahagiakan

Edij Juangari

Jum'at, 24 Juni 2022

SEKBER PMVBI (Pemuda Buddhayana), SIDDHI, WBI, Wulan Bahagia, Sekber Yabuddhi, MBI, Sagin

Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi dilaporkan pernah menyatakan bahwa “Tidak ada yang tidak kukasihi, tidak ada yang tidak kumaafkan, dan tidak ada yang tidak kupercaya.” Kata-kata beliau adalah perujudan dari praktik yang sempurna dan hasilnya luas: memberikan manfaat dan harapan buat seluruh dunia.


Mengikuti cara orang lain
Ada orang yang sudah terbiasa melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Misalnya kalau makan mangkok tidak boleh ditumpuk. Kalau ditumpuk itu kurang baik maknanya. Saat makan bersama anaknya dan mangkok ditumpuk, dia bisa menegur. Saat makan bersama orang lain, dan mangkok ditumpuk, dia mungkin diam saja tapi hati tidak nyaman. Namun jika punya pengertian bahwa semua orang dan semua kondisi sedang membantunya menuju arah kesempurnaan, ia bisa menjadi lebih tenang dan mengikuti cara orang lain dengan motivasi cinta kasih meskipun itu berbeda dengan kepercayaannya.

Ada yang mempunyai pandangan bahwa pikiran adalah yang menentukan. Jika orang senantiasa menjaga kehadiran pikiran positif, maka kondisi eksternal juga akan membaik. Saat berjalan, selalu mempunyai pikiran orang yang ditemui itu suka dan menyayangi saya, menghargai dan sedang menunjukkan jalan yang benar padaku. Jika berpikiran seperti itu, orang bisa mempunyai hati yang bersyukur dan berterima kasih.

Praktik bersyukur dan bersenang hati
Untuk menguatkan rasa syukur dan bersuka cita orang bisa melakukan praktik seperti berikut saat bangun tidur.

Pertama-tama ia menjalankan praktik mengandalkan Tri Ratna. Setelah mengandalkan Tri Ratna, ia bersyukur dan bersuka cita atas kesempurnaan dan kesucian Sukong Maha Sthavira. Ia bersyukur dan ikut bersenang hati atas cinta kasih dan kemuliaan Sri Satya Sai Baba. Ia bersyukur dan bersenang hati atas kesempurnaan Maha Biksu Hsu Yun. Ia bersyukur dan bersenang hati atas kasih sayang dan welas asih Yang Terkasih Lama Yeshe. Ia bersyukur dan bersenang hati atas kebijaksanaan Master Sheng Yen. Ia bersyukur dan bersenang hati atas welas asih dan kebijaksanaan Yang Arya Ajahn Chah.

Ia kemudian bersyukur dan bersenang hati atas welas asih dan keuletan Master Cheng Yen. Ia bersyukur dan bersenang hati atas kasih sayang dan pengertian Thay Thich Nhat Hanh. Ia bersyukur dan bersenang hati atas kesempurnaan dan kasih sayang Yang Terkasih Suhu Wu Thung. Ia bersyukur dan bersenang hati atas kebijaksanaan dan keterampilan kasih Yang Arya Lama Zopa. Ia bersyukur dan bersenang hati atas kebahagiaan dan cinta kasih Yang Terhormat Sister Chan Kong. Ia bersyukur dan bersenang hati atas kesempurnaan welas asih Yang Mulia Dalai Lama.

Ia juga bersyukur dan bersenang hati atas welas asih dan pengertiaan Yang Terkasih Bhante Aryamaitri. Ia juga bersenang hati atas kebijaksanaan dan cinta kasih Yang Dihormati Bhante Dharmavimala. Ia bersenang hati atas kebijaksanaan dan kasih sayang Yang Arya Bhante Dharmasuryabumi. Ia bersyukur dan bersenang hati atas welas asih dan kesempurnaan guru-guru yang lain. Ia juga bersyukur dan bersenang hati atas kasih sayang dan perhatian orang tuanya.

Dengan penuh kerendahan hati ia mendedikasikan semua jasa baiknya kepada para Buddha dan Bodhisattwa hingga saatnya ia mencapai kebahagiaan tertinggi dan Kebuddhaan dan pada saat yang sama bisa langsung membantu semua makhluk untuk mencapai Kebuddhaan. Dan ia berpikiran sesungguhnya semua makhluk dan semua kondisi adalah perujudan para Buddha dan Boddhisattwa yang datang untuk membantunya mencapai Kebuddhaan.

Dengan menjalankan praktik ini saat bangun tidur, ada orang yang bisa merasakan kenyamanan dan nilai-nilai positip di hari itu. Di akhir hari, sebelum tidur ia mendedikasikan semua jasa baik yang dikumpulkan pada hari itu, sekecil apapun, dengan penuh kerendahan hati demi kebahagiaan semua makhluk.

Transformasi persepsi
Orang bisa membersihkan pandangannya atau anggapannya dengan praktik nafas. Saat pikiran misalnya birahi muncul pada seseorang. Ia bisa menarik nafas dan menyadari ada pikiran birahi muncul, menghembuskan nafas sambil berkata dalam hati “Saya tersenyum pada pikiran birahi itu.” Setelah mengulanginya beberapa kali, misalnya 3, 5, atau 10 kali ia bisa meneruskan. Menghirup nafas ia menyadari keberadaan orang atau kondisi itu, menghembuskan nafas ia sangat bersenang hati dan berterima-kasih atas kehadiran dan keberadaan orang atau kondisi itu. Ia bisa mengulanginya 3,5, atau 10 kali atau berapa kalipun yang ia merasa nyaman.

Ia juga berdoa dengan penuh kerendahan hati semoga penderitaan semua makhluk, termasuk penderitaan orang itu beserta akar-akarnya, semuanya masuk ke dalam dirinya. Sehingga semua makhluk termasuk orang itu bisa terbebas dari penderitaan dan akar-akarnya. Ia mendedikasikan semua jasa baik yang ia kumpulkan kepada semua makhluk termasuk orang itu, sehingga semua makhluk termasuk orang itu bisa mendapatkan kebahagiaan dan akar-akar kebahagiaan. Ia menyadari bahwa semua makhluk termasuk orang itu adalah sebenarnya Buddha dan Bodhisattwa yang datang untuk menolongnya mencapai Kebuddhaan. Demikian, saat pikiran apapun muncul, ia menyadarinya, dan dengan praktik nafas pikiran-pikiran itu akan digantikan oleh pikiran cinta kasih dan syukur, sehingga mudah-mudahan benih positif juga muncul.

Mengenai persepsi atau pandangan, ada yang tidak mudah mengubahnya. Saat sudah ‘terpaksa’ melihat dengan cara tertentu akibat pikiran, perbuatan, dan perkataan di masa lalu, tidaklah mudah untuk melihat dengan cara lain. Misalnya, saat berpandangan orang itu sedang berusaha menghalangiku, tidaklah mudah untuk mengubahnya dan merespon dengan tindakan yang benar.

Ada cerita bagaimana Buddha memberikan perumpamaan mengenai perubahan pandangan. Kira-kira seperti ini. Ada seeorang saudagar dengan anak satu-satunya yang sangat dicintai. Ia pergi berdagang dan saat pulang ia menemukan kampungnya dirampok dan rumahnya habis. Ia jatuh tersungkur dan bersedu-sedan menyimpan sisa debu yang ia anggap anaknya. Setiap hari ia meratap. Anaknya ternyata dibawa perampok dan berhasil melarikan diri. Ia sampai di tempat ayahnya menginap dan mengedor pintu tengah malam. Ayahnya terbangun dan merasa ada anak-anak mengganggunya, ia berteriak, “Pergi! Pergi!”
Berkali-kali anaknya mencoba mengedor dan tidak berhasil. Akhirnya ia pergi untuk selamanya.

Cerita ini mungkin maksudnya supaya kalau punya pandangan tertentu, tetaplah terbuka pada kemungkinnan bahwa orang lain juga bisa benar. Jika tidak terbuka, saat kebenaran datang, orang juga tidak akan menikmatinya. Skenario lain adalah ada kalyanamitra yang mengingatkan saat itu, sehingga ayah tersadar dan membuka pintu, dan dapat berkumpul kembali dengan anaknya terkasih.

Ketika muncul anggapan ada orang tertentu sedang menghalangi, orang bisa mengubah pandangan bahwa sebenarnya ia sedang membukakan jalan yang gemilang untuknya. Misalnya orang ditegur oleh bos, jika berpikiran positif ia dapat memiliki pandangan bosnya mungkin sedang membukakan kesempatan luar biasa untuk ia temukan di tempat lain.

Paradoks
Orang bisa beranggapan kok seperti paradoks. Diminta memiliki keyakinan, namun juga harus terbuka terhadap pandangan lain; bersemangat namun juga rileks; berwelas asih tapi juga bijaksana; eling menyadari lingkungan sekitar tapi juga fokus dalam konsentrasi. Demikianlah, apa yang seperti paradoks itu dapat harmonis jika dilandasi dengan cinta kasih dan pengertian. Jika bermaksud bahagia maka orang perlu punya motivasi untuk membahagiakan orang lain. Untuk membahagiakan orang lain, orang sendiri harus punya kapasitas untuk merasa bahagia. Untuk punya kapasitas untuk berbahagia orang dapat berpengertian bahwa semuanya yang muncul adalah hasil dari pikiran, perbuatan, dan kata-kata yang sudah dilakukan. Dengan fokus pada saat ini dan bersyukur serta bersenang hati melakukan praktik kedermawanan dan paramita lainnya, kondisi akan berubah. Pengertian muncul bahwa semuanya adalah emanasi dari Buddha dan Bodhisattwa yang datang untuk membantu dan menolong. Semuanya ada untuknya mencapai kesempurnaan.

Dengan demikian orang bisa dengan sendirinya bersyukur dan bersenang hati, rendah hati dan bersemangat, berterima kasih dan ulet menjalankan apa dan menghadapi orang yang ada di depan mata dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa hormat, untuk diri sendiri dan demi kebahagiaan semua.

Sadhu sadhu sadhu.

(Artikel ini pernah dimuat di Majalah Manggala, edisi XI, tahun 2013)

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS