Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Artikel Populer

Jum'at, 26 Agustus 2022

Ojo Dibandingke

Pemimpin Keluarga yang Buddhistik

Amin Untario

Jum'at, 17 Juni 2022

MBI

Unit terkecil dalam komunitas masyarakat adalah keluarga. Dan unit terkecil dalam keluarga adalah melingkupi suami–istri ditambah anak anak ( kalau sudah memiliki keturunan ).
Bila cakupan diperbesar maka akan melingkupi orang tua kita ditambah sanak keluarganya. Biasanya kita sebut sebagai “Keluarga Besar”.


Pemimpin Keluarga yang Buddhistik

Dalam membangun satu keluarga, yang paling penting adalah fondasinya.
Bagaikan membangun sebuah rumah, maka fondasi tiang tiang rumahnya harus kokoh. bukan urusan interior atau exterior rumahnya. Keindahan rumah/estetika rumah hanya bersifat semu saja dan akan berubah rusak dimakan waktu.
Tetapi tiang tiang rumah lah yang akan menyangga rumah ini dari serangan badai/angin topan, banjir, dan sebagainya.

Demikian juga dalam satu keluarga, fondasinya mesti harus dibuat yang sekuat mungkin.
Fondasi yang sangat baik yang mestinya diterapkan adalah diambil dari ajaran ajaran Buddha.
Dalam hal ini Pemimpin Keluarga mesti menerapkan ajaran ajaran Buddha ke dalam keluarganya
Sebelum menerapkannya, hendaknya dipelajari, dimaknai dan dipraktekan dulu dalam kehidupan sehari hari oleh Sang Pemimpin ini.

Sila/moralitas merupakan fondasi yang pertama yang harus diterapkan dalam keluarga kita.
Sila/moralitas ini adalah tiang atau pilar utama dalam “rumah” kita.
Tanpa tiang/pilar ini niscaya rumah kita akan runtuh dalam perjalanan hidup kita.
Sila/moralitas yang mana yang harus kita terapkan ?
Yang terutama adalah Pancasila Buddhis kita ini.

Pancasila Buddhis ini sering dikategorikan sebagai “Sila Negatif ( Varitta Sila )” yakni menolak segala perbuataan yang tidak baik.
Kemudian ada yang dinamakan sebagai “ Sila positif ( Caritta Sila ) “ yakni mendorong kita melakukan banyak perbuatan baik.
Langkah pertama yang harus dituntun oleh seorang Pemimpin Keluarga adalah membawa anggota keluarganya melaksanakan Pancasila Buddhis.

Mulai dari berusaha tidak melakukan pembunuhan terhadap binatang binatang kecil di rumah hingga menghindari makanan/minuman yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.
Pemimpin keluarga dalam hal ini harus konsisten dan bisa menunjukkan kepada anggota keluarganya bahwa ia pun melaksanakan sila sila ini dengang sungguh sungguh. Pada awalnya mungkin masih terjadi penyimpangan penyimpangan dari anggota keluarganya . Dan menjadi tugas dari Pemimpin Keluarga ini untuk senantiasa mengingatkan dan meluruskan sila sila yang dipegang ini.

Bila harus menerapkan metode yang lebih “keras” dan dirasakan perlu, maka Pemimpin Keluarga harus berani bersikap.
Disinilah letak keberhasilan dari seorang Pemimpin Kekuarga yang baik atau tidak.
Bila terlalu keras akan membuat anggota keluarga tidak bisa menerimanya sehingga tujuan yang akan dicapai tidak berhasil.

Sebaliknya bila terlalu longgar, maka Sang Pemimpin tidak bisa dihormati oleh anggota keluarganya, bahkan bisa bisa tidak dihiraukan  oleh mereka.
Hal in memang tidak mudah dan diperlukan kepandaian/kecakapan dari Sang Pemimpin ini.  Kadang kadang harus keras /tegas dan kadang kadang harus bisa fleksibel.
Memang tidak mudah ! Tetapi di dunia ini mana ada yang mudah ? Makan pun kita sebenarnya harus berusaha, yakni memasukan makanan tersebut ke mulut kita dengan bantuan peralatan makan.

Dalam melaksanakan “Negatif Sila ( Varitta Sila )“ ini, paralel kita pun harus menerapkan “Positif Sila ( Caritta Sila )“.
Tidak harus menunggu kita sudah bisa melaksanakan Varitta Sila terlebih dahulu, baru kita melaksanakan Caritta Sila. Jadi bisa berjalan berbarengan.
Sang Pemimpin bisa menunjukkan secara konkret, sila-sila positif mana yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari .

Yang paling mudah tentulah dimulai dari dana materi, misalnya menyumbangkan dana setiap minggu di Wihara.  Tunjukkan kepada anak-anak sedari mereka masih kecil sehingga mereka akan terbiasa dengan hal-hal yang baik.

Ajak mereka juga melihat bagaimana proses pelepasan makhluk hidup dilakukan disertai penjelasan yang sesuai dengan Buddha Dharma.
Contoh lain misalnya bila Pemimpin Keluarga ini suka berdonor darah, maka bisa diajak anggota keluarganya melihat pada saat berdonor darah. Tekankan apa manfaatnya berdonor darah kepada umat manusia.

Bila anggota keluarga terutama anak- anak telah dapat melaksanakan Varitta Sila dan Caritta Sila  dengan baik secara konsisten dan terus menerus, maka kemana pun anak-anak ini akan pergi menuntut ilmu, maka kedua orang tuanya tidak perlu khawatir karena telah ada perisai/benteng buat anak-anaknya, yakni Varitta Sila ini.
Kemudian anak-anak ini akan terlindung oleh karma baiknya sendiri karena telah banyak melakukan Caritta Sila. Pemahaman ini harus senantiasa disampaikan oleh Pemimpin Keluarga kepada anggota keluarganya.

Bila pelaksanan sila-sila ini dilakukan dengan baik, niscaya kehidupan keluarga ini akan berjalan dengan baik dan tujuan kebahagian dalam hidup ini dapat tercapai.

 (Artikel ini pernah dimuat di Majalah Manggala, edisi XI, tahun 2013)

Share:

Komentar (1)

Amin Untario

Jumat, 17 Juni 2022 10:50

Mudah Mudah2an bermanfaat ????????????

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS