Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Artikel Populer

Jum'at, 26 Agustus 2022

Ojo Dibandingke

Mengizinkan untuk disakiti

U.P. Vidyananda Sehi, SE.

Jum'at, 18 Agustus 2023

MBI

Banyak diantara kita yang dikarenakan ucapan seseorang yang "menyakitkan", kemudian mengolahnya di dalam pikiran, dan membiarkan perasaan tersakiti sangat lama, bisa berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Orang yang mengatakan kalimat itu mungkin sudah melupakannya setelah beberapa saat, tetapi kita menyimpan sakit hati itu demikian lama, sungguh sebuah kebodohan. Hati dan pikiran dipenuhi kebencian, makan tak enak, tidur tak nyenyak. BODOH SEKALI.


Kejadiannya mungkin akan berbeda kalau kita bereaksi berbeda. Misalnya suatu hari kita bertamasya ke luar negeri, saat sedang belanja, kita menawar barang terlalu murah. Penjualnya ngomel dan marah-marah dengan bahasanya. Kitanya baik-baik saja, bahkan bisa tersenyum karena kita tidak mengerti yang diucapkan si penjual tersebut, sehingga tidak ada yang diolah di dalam batin kita, dan itu membuat kita okay aja.

Justru disini kuncinya. Ini yang membedakan. Kita tidak bereaksi karena kita tidak mengerti arti kata-kata yang keluar dari mulut orang tersebut. Kita hanya menerimanya sebagai kata-kata saja, dan tidak memaknainya. Seharusnya ini bisa menjadi satu cara yang baik, supaya perasaan tidak tersakiti, adalah biarkan kata-kata hanya kata-kata saja jangan diolah dipikirkan, seperti contoh diatas, hanya masuk telinga kiri, keluar telinga kanan, tidak diteruskan /diolah dalam pikiran.

Ataupun kita memberi label yang bisa diterima diri sendiri misalnya mereka berbicara kasar karena memang tugas atau pekerjaan nya begitu. Orang tua  berbicara yang keras dan kadang menyakitkan karena sayang pada saya. Seseorang berbicara kasar karena mungkin sedang ribut dengan istrinya,  mereka biasanya tidak begitu, mungkin lagi banyak masalah dan sebagainya. Atau seperti saat sedang meditasi, saat tercium sesuatu,  hanya menandai dengan "bau", saat terdengar orang berbicara, ditandai dengan "suara", tidak diteruskan tidak diolah lagi, hanya sampai di sana saja.

Hidup ini ada aroma yang harum juga ada yang bau, ada rasa yang manis, ada juga yang pahit, ada suara yang merdu, ada suara yang berat, ada kata-kata yang menyenangkan, tentu saja ada kata-kata yang menyakitkan dan tidak enak didengar. Inilah kehidupan, tidak semuanya sesuai dengan kesukaan kita. Kita harus mampu menerima kenyataan ini, jangan "izinkan" kata-kata yang menyakitkan ini melukai perasaan anda, apalagi kalau sampai berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Jadilah manusia yang bijaksana.

Tekadkan dalam diri: Pintu maaf akan selalu saya buka untuk siapa saja, karena hal ini sangat bermanfaat untuk saya sendiri, untuk kebaikan kebahagiaan saya sendiri, untuk kesehatan saya sendiri, pikiran & perasaan "tidak diizinkan" untuk disakiti. Pikiran & perasaan tidak akan saya izinkan untuk menyimpan kebencian apalagi dendam. Pikiran & perasaan seharusnya dipenuhi cinta kasih dan welas asih.

Ketika timbul cinta kasih & welas asih, maka kebencian tidak muncul, ketika kebencian dominan maka cinta kasih welas asih tidak muncul, kebijaksanaan juga tidak muncul. Jika sering melatih menumbuh kembangkan cinta kasih maka kebijaksanaan akan muncul untuk mengatasi munculnya kebencian.

Perasaan tidak akan dapat disakiti atau tersakiti, bila tidak anda "izinkan". Jangan beri alasan apapun untuk tetap mempertahankan kebencian karena kebencian itu termasuk Dosa Moha yang harus dikikis oleh setiap umat Buddha.

Ada beberapa cara melenyapkan "perasaan benci" ini :

1. Terima & berikan logika-logika alasan untuk tidak boleh membenci. Pikiran adalah pemimpin, jangan biarkan perasaan yang jadi pemimpin: kebencian adalah kekotoran batin yang harus dikikis oleh semua umat Buddha.

2. Pikirkan kebaikan-kebaikan orang itu selama ini.

3. Dengan sejenak meditasi mengetahui munculnya perasaan "tidak suka/benci", tandai "tidak suka/perasaan benci", sampai berubah hilang, muncul lagi, hilang  muncul dan seterusnya.

4. Mendiang Bhante Vimalaramsi Mahathera  mengajarkan "mengenali (1)" bahwa sedang membenci/dosa muncul, bila lhoba, dosa, muncul maka akan muncul "keketatan" di otak, maka tugas kita adalah "melepas (2)" keketatan ini ; perhatikan di otak, kemudian lepaskan keketatan ini, melepas keketatan .... melepas keketatan dan seterusnya lalu "merilekskan (3)" otak ; rileks..rileks..rileks, jika otak rileks maka seluruh tubuh ikut rileks, kemudian " tersenyum lah kembali (4)", semoga saya sehat bahagia damai tentram, semoga semuanya sehat bahagia damai tentram dalam Dharma.  Dan bila ada Lhoba Dosa Moha muncul, ulangi tahapan 1, 2, 3, 4 ..

Mari kita lihat yang diajarkan Buddha dalam Dhammapada :             
Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya. Selama seseorang masih menyimpan pikiran seperti itu, maka kebencian tak akan pernah berakhir. (syair 3)

Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya. Jika seseorang sudah tidak lagi menyimpan pikiran-pikiran seperti itu, maka kebencian akan berakhir. (syair 4)

"Kebencian tak akan pernah berakhir, apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi kebencian akan berakhir, bila dibalas dengan tidak membenci.  Inilah satu hukum abadi. (syair 5)

Sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa, dalam pertengkaran mereka akan binasa; tetapi mereka yang dapat menyadari kebenaran ini, akan segera mengakhiri semua pertengkaran.  (syair 6)

Ayo... Bersama-sama kita latih dan praktikkan Dharma Ajaran Buddha yang luar biasa ini.  Semoga bermanfaat dan berbahagia... Sadhu...3x

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS