Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Artikel Populer

Jum'at, 26 Agustus 2022

Ojo Dibandingke

Kebiasaan Tidak Sempat Meditasi

Oleh: Upa. Satyamita Kurniady Halim

Jum'at, 10 Februari 2023

MBI

“Saya tidak punya waktu meditasi, saya tidak punya waktu duduk dan tidak melakukan apa-apa.” “Saya sibuk, harus mengantar anak-anak ke sekolah, pergi bekerja, pulang rumah saya perlu masak, kemudian saya perlu mengajak putra saya berlatih sepak bola.” Apakah ini terdengar akrab?  Mungkin kita sering mendengar pernyataan seperti ini. Atau mungkin kita juga sering melakukan hal yang sama? 

Mempraktikkan hidup sadar atau yang belakangan dikenal sebagai istilah Mindfulness tidak berarti pergi ke suatu lokasi terpencil atau sudut gelap rumah, menutup mata, duduk diam selama berjam-jam dan menghentikan semua pikiran liar kita. 


Tubuh, Pikiran dan Perasaan Saling Terkait
Mari kita bermain sebentar (izinkan diri Anda untuk menutup mata). Kepalkan tangan anda, sekuat mungkin, selama satu menit kedepan. Apa yang anda rasakan?  Apakah ada bagian dari tubuh Anda yang tegang selain daerah kepalan?  Bagaimana perasaan Anda saat ini? Bagaimana dengan emosi Anda?  Baik, rilekskan kembali tangan Anda

Biasanya ketika kita melakukan praktik seperti ini, dimana kita mengepalkan tangan kuat, maka juga muncul ketegangan di daerah bahu maupun leher, kemudian emosi kita juga jadinya negatif seperti marah, kesal muncul.  Dan kata-kata yang muncul di benak kita adalah hal-hal yang sifatnya negatif atau makian. 

Dari praktik singkat ini, kita mengenali ternyata tubuh, perasaan dan pikiran saling terkait. Pada saat kita memikirkan sesuatu, “saya sibuk”, maka perasaan seperti ada sesuatu yang mengejar, nafas menjadi lebih pendek, jantung menjadi berdebar. Nah menariknya, efek ini sering bertambah, contohnya; saat sedang dalam bad mood, mungkin muncul perasaan sedih, namun kemudian, mulai ada kata-kata di pikiran kita, mengatakan bahwa dunia ini tidak adil, kemudian perasan semakin tambah sedih, tubuh semakin tambah tegang.  Dan demikian kebiasaan ini bergulir. 

Bagi kebanyakan orang, mereka tidak benar-benar tahu apa yang terjadi, sehingga tidak tahu juga masalahnya ada dimana. Hidupnya jadi berantakan. Berapa kali kita berharap dapat menarik kembali sesuatu yang dilakukan atau katakan ketika merasa terpicu? Berapa kali kita bereaksi pertama kali dan kemudian merasa tidak enak setelahnya?

Bayangkan jika Anda dapat menekan tombol jeda setiap kali merasa stres, cemas atau saat merasa kewalahan. Kemudian bisa meluangkan waktu untuk memutuskan tindakan terbaik yang mungkin dapat dilakukan. Dengan latihan yang berkesinambungan, ini dapat menjadi tombol jeda Anda.

Nah jadi saya akan berbagi kepada anda tips untuk mindful dengan singkat.  Jadi saat kita melatih mindfulness, maka kita akan memiliki kekuatan untuk memilih respon, karena mayoritas manusia selalu terbawa dengan tendensi kebiasaan yang sering kita lakukan berulang-ulang.

Kita selalu mampu memperhatikan apa yang terjadi sekarang pada saat ini.  Praktik Mindfulness itu mudah dan dapat dipraktikkan kapan pun di mana pun. Karena mindfulness itu adalah sekedar “ingat untuk mengamati”. Jadi caranya adalah sekedar ingat untuk mengamati, yang biasanya dalam pembelajaran mindfulness dikenal sebagai check in

Apa itu check in?  Seperti saat kita check in di hotel.  Apa yang kita lakukan?  Kita melakukan scan / mengamati apa yang ada di hotel, fasilitasnya, emergency exitnya.  Nah inilah yang kita lakukan, ingat untuk mengamati saat mindful check in.  

Meskipun Anda hanya memiliki beberapa menit, gunakan waktu Anda sebaik-baiknya.  Intinya bukan untuk menilai selama check-in ini, tetapi hanya ingat untuk mengamati dan mengakui. Mengamati dan mengakui apa?  Mengakui apa yang sedang terjadi di pikiran, tubuh dan perasaan / emosi kita.

Bagaimana Check In Dapat Membantu Anda? 
Kita sering tidak mengenali apa yang terjadi di dalam diri ketika kita dipicu oleh nafsu keinginan atau emosi yang berlebihan. Kita terdorong oleh tendensi untuk like (lobha) dan dislike (dosa), menyukai suatu preferensi atau menghindari dari yang kita tidak sukai, kemudian juga kita mempunyai delusi bahwa kita selalu benar, orang lain yang salah (moha). Kita sering menilai pada apa yang salah di luar sana.  Sehingga kita melakukan apa pun yang kita mau untuk menghilangkan perasaan yang bergolak tersebut dengan menyerang orang lain, menghindar atau mati rasa. 


Kita jarang untuk mengamati dan hadir lagi pada apa yang kami alami saat ini.  Mindfulness dapat digunakan sebagai tombol jeda di hari gila Anda.  Pada cara yang paling dasar, check-in yang penuh perhatian adalah tentang memfokuskan perhatian Anda pada dua pertanyaan mendasar; 1) Apa yang terjadi sekarang di dalam diriku?; 2) bisakah saya tetap hadir dengan pengalaman saya sekarang?


Tiga Pertanyaan untuk kembali Mindful 
Lebih tepatnya, tanyakan pada diri anda pertanyaan-pertanyaan ini setiap kali terpicu untuk bereaksi alih-alih merespon; 1) Apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda - saat ini?; 2) Apa yang Anda pikirkan - saat ini?; 3) Perasaan apa yang Anda alami - saat ini?
Kuncinya adalah menjaga kesadaran Anda tetap tertanam saat ini. Ini adalah mindfulness.


Perhatikan apa yang sedang terjadi sekarang tanpa menghindarinya atau menghakiminya. Dapatkah Anda tetap memusatkan mengamati dengan sadar penuh pada apa yang Anda alami saat ini, tanpa berusaha menyingkirkannya? Jika Anda dapat bertanya pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan ini sepanjang hari, Anda akan melatih penyadaran terhadap apa yang sedang terjadi pada pikiran, tubuh dan perasaan anda.  Luangkan hanya beberapa menit dalam keseharian kita. Izinkan diri kita beristirahat dari rasa khawatir tentang masa depan atau penyesalan tentang masa lalu. Sekedar memberi kesempatan untuk jeda dan kembali mengamati apa yang sedang terjadi pada tubuh Anda, apa yang Anda pikirkan, dan apa perasaan anda saat ini?


Kebiasaan Berulang
Aristoteles mengatakan, “Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang.  Keunggulan bukanlah sebuah tindakan, melainkan sebuah kebiasaan.” Jadi kebiasaan apa yang kita latih?  Kebiasaan yang mindful, yang sadar penuh? Atau kebiasaan yang mind full, banyak pikiran. Pilihan ada pada diri kita sendiri. Jika kita mempunyai kebiasaan yang marah-marah, maka kita akan ahli menjadi seorang pemarah. Jika kita mempunyai kebiasaan suka merapikan, maka kita akan ahli merapikan.  Jika kita mempunyai kebiasaan suka menginspirasi, maka kita akan menjadi ahli menginspirasi. Apa kebiasaan yang sering kita ulangi? Itulah keahlian kita. Selamat berlatih !!!



Referensi:
Sadar Sepenuhnya dan Menjadi Bajik, Aggacitta Bhikkhu

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS