Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Bangkit Dari Kubangan Malas

Afriyanti

Jum'at, 26 November 2021

MBI

Saya yakin pembaca tahu dan pernah melihat kubangan. Kubangan dapat menjadi simbol kemalasan. Perhatikan bahwa air dalam kubangan tidak bergerak, semakin lama semakin kotor juga tercemar, dan kubangan itu akhirnya kering. Ada manusia yang hidupnya mirip seperti air kubangan. Mereka hanya diam, tidak bergerak sehingga semakin lama semakin ketinggalan, dan pada akhirnya kreativitas dan produktivitas dalam diri pun hilang. Ciri-ciri keruntuhan seseorang pada umumnya sama yaitu tidak kreatif serta hanya diam di tempat tanpa berbuat apa-apa untuk kemajuan dan perkembangan dirinya. Berhati-hatilah dengan kemalasan. Ia adalah musuh yang dengan kelembutannya mampu membunuh potensi sejati manusia.


Kemalasan dalam istilah agama Buddha disebut 'Thina' dan didefinisikan sebagai kelesuan pikiran dan tubuh atau kebodohan pikiran yang ditandai dengan kurangnya kekuatan pendorong. Secara sederhana, malas diartikan sebagai perasaan enggan untuk beraktivitas karena pikiran memberikan penilaian negatif terhadap kegiatan tersebut, ditambah tidak ada keinginan untuk berbuat. Kemalasan adalah salah satu musuh besar manusia yang menghambat dimulainya suatu aktivitas, baik itu bekerja maupun melakukan kebajikan. Rasa malas ini bisa datang tiba-tiba sehingga kegiatan atau aktivitas yang sudah disiapkan jauh-jauh hari menjadi tertunda/tidak terlaksana.

 
Malas adalah tembok besar penghancur kesuksesan. Malas menyebabkan kita terlena di zona nyaman. Sifat malas harus dibuang jauh-jauh karena semakin dinikmati kita semakin terlena. Dengan kata lain, semakin kita menikmati kemalasan, semakin malas kita. Selain itu, kreativitas dan semangat akan hilang. Akibatnya, waktu produktif akhirnya terbuang. Rasa malas menyebabkan kita tidak mengerjakan apa-apa. Setiap detik berlalu tanpa ada yang dihasilkan. Menit-menit yang seharusnya digunakan secara produktif malah dihabiskan dengan bermalas-malasan. Waktu pun terbuang sia-sia. Seseorang yang menyia-nyiakan waktu karena tidak berusaha keras pada saat harus berusaha tidak akan akan mencapai jhana dan pandangan terang Sang Jalan (Atthakatha Dhp.280). Yang dihasilkan nanti malah penyesalan saat sadar bahwa produktivitas sangat penting dalam meraih sukses.
 
Dalam Dhammapada 112 disebutkan bahwa kemalasan menyebabkan penderitaan, panjang umur itu sia-sia bila seseorang malas dan tidak bersemangat dalam hidup dan dalam melakukan kebajikan. Bila kita terus bermalas-malasan maka suatu hari kita akan menyesal seperti biksu Tissa yang menyesal tidak serius berlatih sehingga dia tidak mencapai kemajuan spiritual seperti biksu yang lain. “Kenapa yah dulu saya bermalas-malasan. Andai saya tidak bermalas-malasan pasti harapan dan impian yang saya mau telah diraih” Kata-kata itu akan terus menghantui ketika penyesalan datang, apalagi saat melihat teman-teman sebaya telah sukses sementara kita belum mencapai impian atau sesuatu yang berguna, masih tertinggal jauh. Bukankah meratapi kegagalan karena kemalasan sendiri adalah sebuah penderitaan?
 
Ada beberapa dampak/akibat yang ditimbulkan rasa malas. Yang pertama adalah seseorang kurang memiliki tujuan dan motivasi serta tidak bisa diandalkan. Orang malas biasanya, saat mengerjakan dan menyelesaikan tugas, tidak memiliki tujuan atau standar kualitas pekerjaan karena mereka hanya berpikir “yang penting tugas dan tanggung jawab selesai”. Ini akan sangat berdampak pada orang-orang sekitarnya. Bila orang seperti ini menjadi pimpinan di suatu perusahaan, bukan tidak mungkin keseluruhan perusahaan atau karyawan akan terkena imbasnya karena dia cenderung tidak dapat diandalkan. Dirinya sendiri saja sulit untuk mengatur diri sendiri apalagi mau memimpin orang lain. Jadi, sebelum memimpin orang lain lebih baik buang terlebih dahulu rasa malas dan terus asah potensi diri.
 
Kedua, orang malas sering mengalami kegagalan dan dikucilkan orang sekitar. Semua yang dilakukan dengan rasa malas hasilnya kurang baik, terkadang malah sia-sia. Segala sesuatu dikerjakan tanpa semangat, lemah, dan lesu. Ini sama saja menjemput kegagalan. Kemalasan adalah pangkal kegagalan. Akibatnya, orang lain juga menilai buruk tentang kita. Mereka tidak lagi memercayakan suatu tugas atau tanggungjawab. Kita pun dikucilkan, dan itu menyakitkan.
 
Ketiga, kesehatan menurun dan risiko terkena penyakit berbahaya meningkat. Sering bermalas-malasan dan menunda pekerjaan membuat pekerjaan menumpuk. Mau tidak mau semuanya harus dikerjakan dengan cepat dan terburu-buru. Untuk itu, kita akhirnya begadang sehingga risiko insomnia meningkat. Waktu yang seharusnya kita gunakan untuk istirahat malah digunakan untuk bekerja. Pola hidup ini dapat memicu timbulnya berbagai penyakit serius. 
 
Keempat, rentan terkena stres dan mulai kehilangan kepercayaan diri. Malas biasanya identik dengan menunda pekerjaan sampai akhirnya pekerjaan itu jatuh tempo. Ini membuat kita akhirnya bingung dan lama-kelamaan stres karena tidak mampu melakukan suatu tugas atau gagal mencapai tujuan. Kita akan mengalami masa ketika kita merasa tidak bisa melakukan apa-apa, tidak berguna atau mengalami emosi negatif lain yang ditimbulkan karena kehilangan kepercayaan diri akibat sering gagal menyelesaikan tugas.
 
Kemalasan berdampak buruk dan harus diatasi. Lalu, bagaimana cara bangkit dari kubangan malas? Pertama, miliki motivasi dan anggap semua tugas sebagai latihan. Dalam beberapa kasus, seseorang menjadi pemalas karena kurang motivasi. Kita harus temukan cara agar merasa termotivasi, misalnya menonton film atau membaca buku-buku tentang motivasi diri yang dapat membangkitkan semangat. Menentukan visi dan tujuan hidup yang jelas juga mampu meningkatkan semangat dan motivasi karena kita punya impian yang kita  pasti ingin capai. Kemudian, bila suatu tugas dianggap beban maka kita cenderung malas untuk mengerjakannya. Atau yang lebih buruk, mengerjakannya asal-asalan. Agar terhindar dari kemalasan yang berakibat pada tumpukan tugas yang lebih banyak lagi, anggap tugas itu sebagai suatu latihan yang akan meningkatkan kemampuan dan keterampilan kita saat ini dan di masa mendatang. Dengan demikian, tugas akan terasa lebih ringan.
 
Kedua, selesaikan satu tugas dalam satu waktu dan belajar dari mereka yang sukses. Jika kita merasa banyak hal yang harus dilakukan, itu akan membuat kita merasa malas. Ambil satu tugas atau pekerjaan saja dan tuntaskan, kemudian beralih ke pekerjaan berikutnya. Selain itu, perbanyak membaca biografi orang sukses dan perhatikan mereka yang benar-benar sukses. Dengan mengerti cara mereka mengatasi kemalasan, kita akan terinspirasi untuk menghancurkan dan bangkit dari kubangan malas.
 
Ketiga, miliki visi/tujuan dan pikirkan manfaat ketimbang hambatan/masalah yang ada. Dengan sering membayangkan diri menjadi sosok yang kita inginkan, kita akan sadar tentang apa saja yang harus kita raih dalam hidup ini. Itu semua tampak sederhana, tapi pasti memotivasi untuk bangkit dari kubangan malas. Mulai sekarang, bayangkan manfaat-manfaat yang akan kita dapatkan daripada memikirkan hambatan dan kesulitan yang ada di depan mata. Sadarilah bahwa sibuk memikirkan kesulitan dalam sebuah pekerjaan hanya menurunkan semangat sehingga kita pada akhirnya lebih memilih untuk tidak melakukan apa-apa. Akibatnya, kita menjadi seorang pemalas. Sangat penting bagi kita untuk membuat pikiran kita fokus memikirkan manfaat daripada masalah.
 
Keempat, pikirkan konsekuensi dari kemalasan dan seringlah merenung. Pikirkan apa yang bakal terjadi jika kita mengalah pada kemalasan, apa dampak dari tidak bertindak. Dengan begitu, kita akan terdorong untuk melangkah. Selain itu, cobalah sering merenung. Renungkan apa yang sudah dicapai dan dilakukan hari ini. Kita tentu tahu mana yang kurang dan mana yang lebih. Jika telah menemukan dan memahami sumber kelemahan kita dan hal yang mengakibatkan kita tidak tertarik dan tidak bersemangat  untuk menyelesaikan pekerjaan, kita akan bisa menemukan dan memahami apa yang membuat kita malas. Dengan begitu, kita bisa mencoba mencari cara untuk mengatasinya.
 
Setiap orang pada dasarnya mampu mencapai sukses dan membawa manfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka perlu meruntuhkan tembok penghalang kesuksesan yaitu kemalasan. Seorang pemalas yang tidak mau berubah membuat hidupnya tidak bermanfaat. Orang yang bodoh dan malas, rakus dan suka mengantuk, ia seperti babi yang banyak makan, akan terus menerus mengalami kelahiran (Dhammapada 325). Pemalas biasanya penuh dengan nafsu tetapi hidupnya tidak pernah berhasil karena ia hanya berkhayal dan berdiam diri tanpa berusaha untuk mewujudkan apa yang diimpikan. Buddha telah mengajarkan bahwa kemalasan mengakibatkan penderitaan. Ayo lawan rasa malas dalam diri sambil berkata dalam hati, “Aku orang disiplin, rajin dan bersemangat karena aku mau berhasil dan bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan.”
 
Jika ingin membeli lukisan, belilah di toko Pak Farhan.
 
Tak ada gunanya terus bermalas-malasan, karena malas adalah awal dari penderitaan.

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS