BERDAMAI DENGAN PENDERITAAN
U.A.P. Sakya Kusala Citta Yeni Kurniawan
Jum'at, 12 Desember 2025
MBI
Hidup adalah penderitan. Kehidupan ini tak selalu berjalan mulus sesuai impian dan keinginan kita. Dalam perjalanannya, kita akan sering ditemani sakit, terluka, dan terjatuh, bahkan masalah bisa datang silih berganti tanpa henti.
Dan saat ini beberapa daerah di Indonesia sedang dilanda bencana alam dahsyat, dampak perubahan iklim dan penggundulan Hutan yang tidak terkendali, ulah kesalahan dan keserakahan segelintir orang. Banyak yang harus menjadi korban dan menghadapi penderitaan karena kehilangan tempat tinggal, harta dan bahkan sanak saudara.
Kehilangan sanak keluarga, cidera dan luka-luka, atau kehilangan harta benda tak bisa dihindari ketika bencana besar melanda. Ratap tangis dan penderitaan sudah tentu menyelimuti suasana duka. Kesedihan ini tentu tak dapat dengan mudah diterima begitu saja dalam waktu yang singkat. Penolakan pasti ada. Sungguh sulit untuk menerima kenyataan tatkala dalam kondisi yang seperti itu. Namun sesungguhnya ini bukanlah akhir dari segalanya, karena hidup harus terus berlanjut, meski dalam situasi sesulit apapun.
Siapa yang tidak pernah mengalami kegagalan. Siapa yang tidak pernah mengalami hidup berada di titik terendah? Apakah Anda tahu bahwa kita bisa berdamai dengan penderitaan yang kita alami?
Semua orang tahu bahwa penderitaan itu tidak menyenangkan, dan dapat datang kapan saja. Namun, banyak orang yang tidak tahu bahwa penderitaan adalah hal yang alami.
Kenapa penderitaan dikatakan hal yang alami ?
Penderitaan dialami oleh semua makhluk hidup. Semua makhluk pernah merasakan sakit, sehingga dikatakan penderitaan merupakan bagian dari kehidupan. Kalau kita ingin hidup bahagia, maka kita harus belajar berdamai dengan penderitaan.
Penderitaan ada yang bersifat fisik, ada juga bersifat mental. Ketika penderitaan muncul, kita harus menyadari dan menerimanya sebagai hal yang alami bagi setiap manusia. Kata Guru Buddha; "Jika tubuh kita sakit, itu tidak berarti bahwa jiwa kita juga harus sakit."
Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa kesehatan fisik dan mental adalah dua hal yang berbeda. Kita dapat mengalami sakit fisik, tapi kita tidak harus membiarkan sakit itu mempengaruhi keadaan mental dan emosi kita.
Buddha mengajarkan kita untuk memisahkan antara tubuh dan jiwa, dan untuk tidak membiarkan sakit fisik mempengaruhi keadaan mental kita. Dengan demikian, kita dapat tetap tenang, damai, dan bahagia meskipun kita mengalami sakit fisik.
Dengan mengamati, memahami, menyadari dan menerima penderitaan yang muncul, maka akan mengurangi ketidak-bahagiaan kita karena penderitaan tersebut. Pemahaman yang benar akan hakikat penderitaan, memudahkan kita menemukan solusinya. Pikiran yang jernih dan perasaan yang stabil pendukung munculnya ide kreatif untuk pemecahan masalah.
Manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk melatih diri, manfaatkanlah kehidupan untuk menyerap ajaran Buddha ke dalam hati. Dengan membina kepribadian yang baik dan membangun tekad Bodhisatwa yang dalam, secara alami kita bisa menghadapi perjalanan hidup dengan hati yang tenang dan damai.
Jadi jika kita dapat berdamai dengan penderitaan, maka batin kita akan lebih tenang sehingga lebih mudah untuk menemukan solusi yang baik. Berdamai dengan penderitaan memang sulit. Namun, jika dilatih terus menerus, maka kita dapat berdamai dengan penderitaan yang sedang kita alami. Berdamai dengan penderitaan membuat kita lebih siap menghadapinya dengan hati lapang. Sikap batin yang lapang membuat kita bisa memeluk penderitaan dengan penuh kedamaian.
Siap berdamai dengan masalah yang muncul, menjadikan kita lebih bijak dan tenang dalam menyikapi dan menyelesaikannya. Hidup tenang penuh kedamaian, jadikan itu sebagai tujuan. Berdamai dengan penderitaan adalah keniscayaan, Bukan hanya pilihan.
Komentar (0)