Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel
  • Home
  • /
  • Artikel
  • /
  • Meminta Maaf dan Memaafkan (Menyuburkan tanah ladang di batin masing-masing)

Cari

Tampilkan Artikel

Meminta Maaf dan Memaafkan (Menyuburkan tanah ladang di batin masing-masing)

U.P. Vidyananda Sehi

Jum'at, 10 Oktober 2025

MBI

Salah satu tugas penulis sebagai Pandita adalah menerima konseling. Kami menerima konseling biasanya tidak saling kenal karena via media online, jadi curhatnya bisa lebih terbuka, intinya kehidupan sangat susah dan masalah-masalah berat lainnya.


Setelah bertahun-tahun menerima curhat masalah-masalah ada beberapa kesimpulan yang dapat kami berikan, intinya masalah-masalah berat ini timbul karena "tanah ladang di batin kering", jadi perlu tips-tips untuk menyuburkannya. Tips-tips ini akan sangat bermanfaat bila dilakukan dengan sepenuh hati, kontiniu, konsisten dan berkesinambungan.

Tips pertama adalah the power of forgiveness: kekuatan dari memaafkan dan meminta maaf tentunya dengan tulus ikhlas, seperti yang biasanya kami sarankan ternyata inilah tips pertama. Kebencian, ketidakpuasan, kemarahan, dendam yang terpendam di lubuk hati yang dalam harus perlahan-lahan di buang setiap hari pagi dan malam hari.

Kami melihat bila setiap hari meditasi dan apabila sebelum mengakhiri meditasi, kontiniu melakukan meminta maaf dan memaafkan dengan tulus akan sangat membantu perkembangan spritual dan kesehatan praktisinya. Bahkan kami mendengar dari seorang Guru bahwa meminta maaf dengan tulus ikhlas kepada Buddha Dharma Sangha bisa membantu mengikis karma-karma penghalang di kehidupan sehari-hari, ternyata empat maaf yang sering kami sarankan banyak manfaatnya.

Ayo bersama-sama kita praktikkan empat maaf ini setiap hari dengan tulus ikhlas secara kontiniu, konsisten, berkesinambungan sebagai saran pertama untuk menyuburkan tanah ladang di batin masing-masing.  Setiap hari bagus dilakukan karena setiap hari mungkin ada pergesekan di dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan timbulnya ketidaksukaan, kebencian.

Untuk mereka yang bukan praktisi meditasi kami sarankan memanfaatkan alam bawah sadar yaitu saat mau tidur dan saat bangun pagi di lakukan dengan tulus ikhlas.

Meminta maaf kepada Buddha, Dharma, dan Sangha

Saat belum kenal Dharma, saat sedang belajar Dharma, di kehidupan ini terutama yang lalu-lalu, tentunya banyak kesalahan-kesalahan sengaja tidak sengaja, baik ucapan, perbuatan, dan pikiran akibat Lhoba, Dosa, Moha terhadap Triratna, sudah seharusnya setelah sadar, setelah berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Sangha, memohon maaf dengan tulus. Para Biksu Sangha sering melakukannya, begitu juga dalam Pandita Samaya (mengulang kode etik Pandita Buddhayana) dilakukan permintaan maaf sebelum membacakan kode etik Pandita.

Kami masih ingat puluhan tahun lalu, saat kami ingin berdana makan kepada Biksu Sangha, saat Bhante melakukan Pindapatta di sekitar Vihara Sujata. Saat kami beli mie-tiau, seorang Acek di sebelah mengomel panjang lebar, "Bodoh benar, mereka beri makan orang-orang yang malas kerja". Kami juga pernah lihat seorang ibu yang sudah pikun, mengomel terus cukup lama di depan Rupang Buddha sambil nunjuk-nunjuk Rupang. Dan banyak kisah lainnya.

Inilah contoh kita saat belum kenal Dharma dipenuhi kebodohan yang besar, tidak mengetahui ucapannya mengandung karma buruk yang besar kepada Buddha, Dharma, dan Sangha. Inilah salah contoh kita harus meminta maaf dengan tulus kepada Buddha, Dharma, dan Sangha.

Meminta maaf itu dengan perasaan tulus ikhlas, fokusnya tentu di hati di lakukan dengan tulus ikhlas. Contoh kalimat yang bisa digunakan: Saya … (nama) meminta maaf dengan tulus kepada Buddha, Dharma, dan Sangha atas kesalahan-kesalahan yang saya perbuat sengaja tidak sengaja di kehidupan ini maupun kehidupan lalu-lalu, baik melalui ucapan, perbuatan dan pikiran kepada Buddha, Dharma dan Sangha, saya memohon maaf dengan tulus, saya memohon maaf dengan tulus, Semoga Buddha, Dharma, dan Sangha memaafkan saya. (ulangi 3x)

Meminta maaf dengan tulus kepada semua makhluk yang pernah disakiti

Di kehidupan ini dan juga di kehidupan yang lalu-lalu, cukup banyak makhluk yang berhubungan karma dekat dengan kita yang telah disakiti, baik sengaja maupun tidak sengaja; orang tua yang pernah di sakiti, anak yang pernah dilukai, teman yang pernah dihianati, istri-suami yang pernah disakiti dan banyak lagi. Setelah mengenal Dharma, setelah sadar, lakukanlah permintaan maaf dengan tulus ikhlas dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi.

Contoh kalimat yang bisa digunakan: Saya… (nama) meminta maaf dengan tulus kepada Papa Mama, Ayah Ibu mertua, Guru-guru, Istri-suami, Anak-anak, sanak keluarga, teman-teman, sahabat, semua makhluk yang berhubungan karma dengan saya di kehidupan ini dan kehidupan yang lalu, atas kesalahan yang saya lakukan sengaja dan tidak sengaja, saya memohon maaf dengan tulus, saya memohon maaf dengan tulus, Semoga saya dimaafkan. (ulangi 3x)

Memaafkan dengan tulus
Sebaliknya, kita juga harus memaafkan kesalahan orang lain, baik yang sengaja atau tidak sengaja, Karena memendam kemarahan itu sangat merugikan batin dan juga fisik kita. Buddha berkata: Kebencian tak akan pernah berakhir, apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi, kebencian akan pernah berakhir, Bila dibalas dengan tidak membenci. Inilah satu hukum abadi. (Dhammapada 5)

Contoh kalimat yang bisa digunakan: Saya … (nama) memaafkan dengan tulus atas semua kesalahan yang diperbuat siapa saja kepada saya, sengaja tidak sengaja, di kehidupan ini dan kehidupan yang lalu, tidak ada kesalahan yang tidak dapat dimaafkan, saya maafkan dengan tulus, saya maafkan dengan tulus, saya maafkan dengan tulus. (ulangi 3x)

Memaafkan diri sendiri dengan tulus, dilanjutkan dengan tekad luhur

Tidak ada kesalahan yang tidak bisa dimaafkan, kesalahan yang telah dilakukan besar, kecil adalah masa lalu dan sudah berlalu. Penyesalan atas kesalahan harus dilakukan karena mengetahui hal-hal tersebut salah dan tekad ingin berubah ke arah yang lebih baik sesuai Dharma. Tetapi penyesalan yang berlarut-larut tidak ada manfaatnya karena kita tidak bisa merubah masa lalu, masa lalu adalah sejarah kehidupan anda. Yang terbaik adalah memaafkan diri sendiri dengan tulus, dan tekadkan untuk hidup sesuai Dharma saat ini dan seterusnya. Jadikanlah Buddha Dharma sebagai pedoman kehidupan kita.

Contoh kalimat yang bisa digunakan: Saya ... (nama) memaafkan dengan tulus atas kesalahan-kesalahan yang pernah saya perbuat sengaja tidak sengaja di kehidupan ini dan kehidupan yang lalu, saya maafkan dengan tulus, saya maafkan dengan tulus dan kedepannya bertekad berbuat yang terbaik sesuai Dharma, bermanfaat untuk diri sendiri keluarga dan semua makhluk. (ulangi 3x)

Lakukanlah empat maaf ini dengan tulus ikhlas, kontiniu, konsisten, berkesinambungan terutama saat mau istirahat malam setiap hari, hasilnya tentu tidak instan, tetapi seiring berjalannya waktu pasti akan tampak perubahan kearah yang lebih baik. Tanah ladang di batin masing-masing akan terasa lebih sejuk, tidak kering lagi karena sudah berkurangnya bibit penyebab batin ini kering yakni dosa; kebencian dan sejenisnya.

Semoga bermanfaat dan berbahagia. Sadhu.. sadhu.. sadhu.

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS