Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Habis Gelap Terbitlah Terang

U.P. Sutta Vijaya Henry Gunawan Chandra

Jum'at, 25 April 2025

MBI

Ini bukan cerita Kartini, walau kita baru memperingati Hari Kartini, sebuah hari libur nasional untuk mengenang jasa Ibu Kartini atas perjuangannya terhadap emansipasi wanita Indonesia, setiap tanggal 21 April. Memang Kartini pernah bilang dia adalah anak Buddha dan vegetarian, tapi kita gak akan bahas itu.


Judulnyapun memang sama dengan judul buku kumpulan surat R.A. Kartini kepada para sahabatnya di Eropa yang kemudian dijadikan buku dengan judul Door Duistermis Tot Licht, yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi “Habis Gelap terbitlah Terang”.

Artikel ini bukan soal gelapnya atau kelamnya perlakuan yang didapat oleh kaum wanita kita di zaman itu atau di zaman Buddha. Itu sudah dibahas oleh teman kita di artikel terdahulu. Tapi penulis hendak mengajak teman-teman semua untuk membedah salah satu sutra yang dibabarkan oleh Buddha, yakni Tamotama Sutta (AN 4. 85), yang bercerita soal Kegelapan.

Kegelapan seperti apa yang dimaksud Buddha?

“Para biksu, ada empat jenis orang ini terdapat di dunia. Apakah empat ini? Seorang yang mengarah dari gelap menuju gelap, seorang yang mengarah dari gelap menuju terang, seorang yang mengarah dari terang menuju gelap, dan seorang yang mengarah dari terang menuju terang.” Begitu awal sabda Buddha dalam sutra tersebut.

Menarik sekali teman-teman, Buddha menjelaskan bahwa kita sebagai manusia, bahkan semua mahluk hidup itu punya 4 (empat) kemungkinan di dalam hidupnya saat ini, yaitu yang awalnya gelap menuju ke gelap kembali, atau yang awalnya gelap menjadi terang, yang awalnya terang malah menuju ke gelap dan terakhir yang awalnya terang menuju ke terang.

Untuk lebih jelasnya, baca lanjutan sutranya, sengaja penulis kutip semuanya, dari sumber dhammacitta.org sebagai berikut:

(1) “Dan bagaimanakah, para biksu, seorang yang mengarah dari gelap menuju gelap? Di sini, seseorang terlahir kembali dalam keluarga rendah – keluarga caṇḍāla, pekerja bambu, pemburu, pembuat kereta, atau pemungut bunga - seorang yang miskin, dengan sedikit makanan dan minuman, yang bertahan hidup dengan susah-payah, di mana makanan dan pakaian diperoleh dengan susah-payah; dan ia buruk rupa, berpenampilan buruk, cebol, dan banyak penyakit – buta, pincang, timpang, atau lumpuh. Ia tidak memperoleh makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan; kalung bunga, wangi-wangian, dan salep; tempat tidur, tempat tinggal, dan penerangan. Ia melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Sebagai akibatnya, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di alam rendah, di neraka. Adalah dengan cara ini seseorang mengarah dari gelap menuju gelap.

(2) “Dan bagaimanakah seorang yang mengarah dari gelap menuju terang? Di sini, seseorang terlahir kembali dalam keluarga rendah … di mana makanan dan pakaian diperoleh dengan susah-payah; dan ia buruk rupa … atau lumpuh. Ia tidak memperoleh makanan … dan penerangan. Ia melakukan perbuatan baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Sebagai akibatnya, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga. Adalah dengan cara ini seseorang mengarah dari gelap menuju terang.

(3) “Dan bagaimanakah seorang yang mengarah dari terang menuju gelap? Di sini, seseorang terlahir kembali dalam keluarga tinggi – keluarga khattiya yang makmur, keluarga brahmana yang makmur, atau keluarga perumah tangga yang makmur – seorang yang kaya, dengan harta dan kekayaan besar, dengan emas dan perak berlimpah, dengan pusaka dan kepemilikan berlimpah, dengan kekayaan dan panen berlimpah; dan ia rupawan, menarik, anggun, memiliki kecantikan sempurna. Ia memperoleh makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan; kalung bunga, wangi-wangian, dan salep; tempat tidur, tempat tinggal, dan penerangan. Ia melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Sebagai akibatnya, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di alam rendah, di neraka.  Adalah dengan cara ini seseorang mengarah dari terang menuju gelap.

(4) “Dan bagaimanakah seorang yang mengarah dari terang menuju terang? Di sini, seseorang terlahir kembali dalam keluarga tinggi … dengan kekayaan dan panen berlimpah; dan ia rupawan … memiliki kecantikan sempurna. Ia memperoleh makanan … dan penerangan. Ia melakukan perbuatan baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Sebagai akibatnya, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga. Adalah dengan cara ini seseorang mengarah dari terang menuju terang.

“Ini, para biksu, adalah keempat jenis orang itu yang terdapat di dunia.”

Demikianlah Sutra singkat ini diuraikan dengan sangat gamblang oleh Buddha. Menariknya, Bill Gates, salah seorang terkaya di dunia pernah berkata, “Kalau anda lahir miskin itu bukan salah anda, tapi kalau anda mati miskin itu adalah salah anda.” Kata-kata yang menginspirasi banyak orang di seluruh dunia ini sekilas terlihat benar. Semangatnya mungkin sama, bahwa hidup kita ditentukan oleh usaha kita sendiri. Tetapi menurut pandangan Buddhis itu hanya sebagian benar, karena kelahiran kita itupun adalah salah kita sendiri juga atau disebabkan oleh diri kita sendiri. Kita lahir miskin juga karena karma kita sendiri, alih-alih diberikan atau ditentukan oleh seseorang, bukan pula takdir.

Kita tidak mengenal istilah Takdir tapi kita percaya Karma atau mungkin bahasa umumnya Nasib. Dan ingat kehidupan kita bukan hanya satu kali ini saja. Kita bisa merubah Nasib kita menjadi lebih baik dari kita sebelumnya, dengan melakukan banyak kebajikan melalui pikiran, ucapan dan tindakan badan jasmani kita.

Dalam Tomotama Sutta, sangat jelas apa yang disampaikan oleh Buddha bahwa kehidupan kita saat ini dan mendatang ditentukan oleh perbuatan kita sendiri. Terlepas dari kondisi kelahiran kita, yang akan menentukan nasib kita di kehidupan selanjutnya adalah perbuatan baik kita sendiri, baik atau buruk, itulah yang menentukan kelahiran kita selanjutnya.

Jadi hidup itu adalah pilihan teman-teman semua. Kita yang akan menentukan apakah kita itu adalah : (1) Orang yang dari kegelapan menuju kegelapan; (2) Orang yang dari kegelapan menuju terang; (3) Orang yang dari terang menuju kegelapan; atau (4) Orang yang dari terang menuju terang.

Begitulah kura-kura. Semoga bermanfaat.
Selamat menjelang Waisak 2025.
Semoga kita menjadi orang-orang yang menuju terang.



Sumber : AN 4.85: Tamotama Sutta - DhammaCitta

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS