Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel
  • Home
  • /
  • Artikel
  • /
  • Move On dari Stres dengan Empat Kebenaran Arya? Pasti Bisa, Le !

Cari

Tampilkan Artikel

Move On dari Stres dengan Empat Kebenaran Arya? Pasti Bisa, Le !

U.P. Mita Kalyani Irma Gunawan

Jum'at, 21 Maret 2025

MBI

Stres adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan. Sebagai seorang profesional penjualan, penulis tentunya pernah menghadapi tekanan ketika target penjualan tidak tercapai. Ada kalanya muncul perasaan frustasi, kecewa, bahkan marah pada diri sendiri. Namun, berkat pemahaman tentang Empat Kebenaran Arya (Cattāri Ariyasaccāni), penulis belajar melihat stres bukan sebagai musuh, tetapi sebagai guru yang mengajarkan banyak hal tentang diri dan kehidupan.


Stres dan Empat Kebenaran Arya: Pola Pikir yang Membebaskan

Empat Kebenaran Arya adalah fondasi ajaran Buddha yang menjelaskan hakikat penderitaan (dukkha), penyebabnya, cara mengakhirinya, dan jalan menuju kebebasan. Mari kita lihat bagaimana konsep ini bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk saat menghadapi stres.

1. Kebenaran tentang Dukkha (Penderitaan): Stres adalah Bagian dari Hidup

Saat target penjualan tidak tercapai, penulis menyadari bahwa stres yang dirasakan adalah bentuk dukkha. Stres adalah perasaan tidak nyaman yang muncul karena harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Ketika gagal mencapai target bulanan, penulis tidak lagi menyalahkan diri sendiri atau mencari "kambing hitam" (meskipun kambing sebenarnya tidak pernah bersalah, mereka hanya sibuk makan rumput). Dari sini, penulis belajar bahwa stres bukanlah sesuatu yang abnormal atau harus dihindari sepenuhnya. Stres adalah bagian alami dari kehidupan, dan mengakui keberadaannya adalah langkah pertama untuk mengatasinya.

2. Kebenaran tentang Samudaya (Penyebab Dukkha): Keinginan dan Kekotoran Batin

Penulis menyadari bahwa penyebab stres bukan hanya karena target tidak tercapai, tetapi juga karena keinginan yang terlalu besar untuk sukses secara instan atau tidak fokus dalam proses aktivitasnya, dikarenakan melakukan berbagai macam kesibukan. Seperti kata pepatah, "Ingin jadi kaya dalam semalam, tapi malah jadi kaya akan deadline." Fokus pada pekerjaan utama pun berkurang karena terlalu banyak hal yang dikerjakan sekaligus. Di sisi lain, kekotoran batin seperti keserakahan (ingin hasil cepat) dan kebodohan (tidak menyadari prioritas) juga memperburuk situasi.

Dari sini, penulis belajar bahwa keinginan yang tidak terkendali dan kurangnya fokus adalah akar masalah. Seperti mencoba memegang air dengan tangan terbuka, semakin keras mencengkeram, semakin banyak yang terlepas. Dengan menyadari hal ini, penulis mulai berusaha memperbaiki pola kerja dan menetapkan prioritas yang lebih jelas. "Daripada multitasking dan hasilnya setengah-setengah, mending fokus satu-satu, biar hasilnya cuma setengahnya tapi setidaknya selesai!"

3. Kebenaran tentang Nirodha (Akhir Dukkha): Ada Jalan Keluar

Stres tidak harus berlangsung selamanya. Penulis percaya bahwa setiap masalah ada solusinya. Ketika stres melanda, penulis memberi diri tenggat waktu maksimal tiga hari untuk menenangkan diri. Dalam periode ini, aktivitas yang disukai seperti menonton drakor, jalan pagi, atau sekadar bersantai dilakukan. Kalau stres datang, saya bilang, 'Woiii, kamu cuma tamu, bukan penghuni tetap. Maksimal 3 hari, ya! Jangan bawa-bawa koper!'" Tujuannya bukan untuk lari dari masalah, tetapi untuk menenangkan pikiran agar bisa berpikir jernih.

Dengan memberi diri waktu untuk rileks, penulis bisa melihat masalah dari sudut pandang yang lebih luas. Stres hanyalah perasaan sementara yang tidak kekal (anicca). "Stres itu kayak hujan, datang dan pergi. Yang penting siapkan payung, jangan sampai basah terus-terusan!" Setelah pikiran tenang, penulis bisa bangkit dan mencari solusi dengan lebih efektif.

4. Kebenaran tentang Magga (Jalan Menuju Akhir Dukkha): Langkah Nyata untuk Move On

Jalan Mulia Berunsur Delapan mengajarkan kita untuk bertindak dengan penuh kesadaran (mindfulness). Mindfulness tidak melulu tentang duduk diam dan bermeditasi, tetapi juga tentang menyadari setiap pikiran, ucapan, dan tindakan dalam aktivitas sehari-hari. "Mindfulness itu kayak GPS hidup. Kalau kita sadar, kita nggak akan tersesat di jalan pikiran negatif. Kecuali GPS-nya lagi error, ya udah, nyasar dulu sebentar!" Saat bekerja, mindfulness bisa dilatih dengan fokus pada tugas yang sedang dikerjakan, bukan terdistraksi oleh kecemasan atau emosi negatif.

Saat menghadapi stres, penulis terus berusaha untuk tidak terjebak dalam perasaan tidak nyaman atau pikiran negatif.  Sebaliknya, fokus diberikan pada langkah-langkah konkret untuk memperbaiki situasi, seperti mengevaluasi strategi penjualan, meningkatkan komunikasi dengan klien, atau belajar skill baru. "Daripada stres mikirin target yang nggak tercapai, mending belajar skill baru. Siapa tahu ternyata bakat sebenarnya jadi chef, bukan sales. Eh, tapi jangan-jangan masaknya malah bikin target tambah nggak tercapai karena semua waktu habis buat eksperimen di dapur!" (lucu gak lucu, ketawa aja ya)

Ajaran Buddha tidak hanya indah dalam teori, tetapi juga sangat relevan dengan realita kehidupan. Namun, seringkali kita lebih suka mencari solusi instan atau mengandalkan orang lain untuk menyelesaikan masalah, daripada memahami konsep mendasar seperti anicca (ketidakkekalan), anatta (tanpa diri), dan dukkha (penderitaan).

Mari bertanya pada diri sendiri ;

Akankah kita menjadi umat Buddha yang pandai belajar pengetahuan agama tetapi lupa mengaplikasikannya saat menghadapi masalah?

Atau, akankah kita menjadi murid Buddha yang memiliki pengertian benar dan mampu mempraktikkan ajaran ini sedikit demi sedikit, sehingga akhirnya menjadi bijaksana berkat Dharma?

Stres adalah guru yang mengajarkan kita untuk lebih memahami diri sendiri dan kehidupan. Dengan merenungkan Empat Kebenaran Arya, kita bisa melihat stres bukan sebagai musuh, tetapi sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar. Ingatlah bahwa stres hanyalah perasaan sementara. Fokuslah pada solusi, bukan pada masalah. Dan yang terpenting, berusaha praktikkan mindfulness dalam setiap langkah kehidupan sehari-hari.

"Kalian sendiri yang harus berusaha, para Tathagata hanya menunjukkan jalan. Mereka yang menjalani praktik ini akan terbebas dari belenggu Māra." (Dhammapada 276)

Jadi, mari kita mulai langkah kecil hari ini untuk menjadi lebih bijaksana dan bebas dari stres! Ubur ubur ikan lele, stresnya jangan dibiarkan bertele-tele ya le!

Share:

Komentar (1)

Sutijo

Minggu, 06 April 2025 19:30

artikel yang sangat baik untuk kita semua. terima kasih.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS