Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

MALU DILETAKKAN PADA TEMPATNYA

U.P. VIDYANANDA SEHI

Jum'at, 28 Februari 2025

MBI

Malu itu kalau berbohong, malu itu kalau menipu, malu itu kalau menyakiti makhluk lain, malu itu kalau berzinah, malu itu kalau mencuri, malu itu kalau narkoba, malu itu kalau minum minuman keras, malu itu kalau melanggar moralitas.


Jangan malu bila "lupa sesuatu" tetapi malu bila tidak jujur, lupa itu hal biasa tidak bisa dipaksakan, kadang bisa lupa hal-hal yang mudah, apalagi sedang kurang tidur atau lagi banyak masalah, terima saja keadaan ini, lupa hal biasa. Yang tidak biasa, lupa dan menutupi lupa ini dengan ketidakjujuran lainnya.

Jangan malu bila hidup sederhana, terlihat sederhana, tapi ingat jaga kebersihan, jaga kerapian. Bila ada teman ataupun yang kita anggap teman, ia berteman dengan memandang status sosial, itu bukan teman yang baik, kurangi pergaulan dengan yang jenis begini karena tidak nyaman di dekatnya. Berteman itu saling membutuhkan saling menghormati, saling menghargai. 

Jangan malu bila berdana sedikit (misalnya sepuluh ribu), karena keadaan ekonomi yang pas-pasan, tetapi berbahagialah saat berdana karena sangat sedikit manusia yang mau belajar berdana, berdana adalah salah satu cara merubah peruntungan anda, berbahagialah sebelum, pada saat dan setelah berdana, berdanalah dengan konsisten.

Terima diri sendiri apa adanya, diri yang bisa berbuat kesalahan yang tidak disengaja, jika kita bisa menerima kelemahan diri dan berusaha memperbaikinya maka anda akan merasa nyaman di mana pun anda berada, di komunitas manapun anda berada dan ingat jaga moralitas karena tekad moralitas yang kokohlah ada jaminan lebih besar untuk bahagia di kehidupan ini dan kehidupan selanjutnya. 

Janganlah jadi manusia yang penuh kepalsuan, kepalsuan tidak bisa ditutupi untuk jangka panjang dan kepalsuan bukan Ajaran Buddha. Jadilah manusia yang jujur apa adanya, jujur dengan bijak sesuaikan dengan keadaan, kejujuran akan mendatangkan kedamaian ketenangan. Jika mau berbohong bila menjawab sesuatu pertanyaan, lebih bagus diam atau alihkan perhatian ke topik lain.

Jujur, Sungguh Jujur (Karaniya Metta Sutta) merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan ketenangan batin. Ingat kalyanamitta jika perkataan kita senantiasa berkata yang jujur dan benar maka kata-kata ini menjadi memiliki kekuatan yaitu kekuatan kejujuran, kekuatan untuk dipercaya orang lain. Mari bersama-sama kita latih terus berkata yang benar dan jujur, berpikir dulu baru berkata-kata sehingga kata-kata yang keluar dari mulut mengandung kejujuran dan kebenaran.

Berdamailah dengan diri sendiri, terima diri sendiri apa adanya, anda belum sempurna, saya juga, "izinkan" diri berbuat kesalahan yang tidak disengaja dan teruslah berbuat yang terbaik untuk diri sendiri, keluarga dan orang lain, sehingga kehidupan sebagai manusia menjadi lebih berarti, bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga dan bermanfaat untuk semua makhluk. 

Sebagai siswa Buddha kita diwajibkan menjaga kokoh moralitas, dengan moralitas yang kokohlah diri ini menjadi lebih berharga, dan yang tahu kalau diri ini melaksanakan moralitas dengan teguh adalah diri sendiri, makhluk kasat mata dan para Guru tertentu, jadi jangan berpikir bahwa "bo lang cai" (tak ada orang tahu). 

Ayo bersama-sama jadikan diri sendiri teguh kokoh melaksanakan moralitas sehingga Pelita Dharma bersinar di batin masing-masing, cahaya pelita ini akan bersinar karena praktik dharma yang praktisinya lakukan, akan membawa kenyaman di sekeliling kita. Kita memiliki tugas dan tanggung jawab meneruskan cahaya pelita ini ke sekeliling kita, orang-orang yang disayangi, makhluk-makhluk yang memiliki hubungan karma dengan kita, dengan menjadi diri sendiri menjadi teladan dalam praktik Dharma.

Buddha menyebutkan lima manfaat mempraktikkan sīla/moralitas di dalam Maha Parinibbana Sutta (DN. 16), yaitu : mendapatkan kekayaan yang berlimpah melalui usaha yang giat; reputasi baiknya tersebar luas; penuh percaya diri; meninggal dengan tenang, dan setelah meninggal terlahir di alam yang baik (alam surga).

1. Mendapat Kekayaan yang berlimpah.

Melalui usaha giat walaupun kekayaan sebenarnya adalah berkah utama dari berdana, tetapi tanpa dukungan dari sīla dan usaha yang giat, hal ini akan sulit terwujud. Contoh: seseorang yang rajin menabung jika sering melakukan pelanggaran sīla, suatu saat mungkin dia akan ditangkap dan dipenjara. Saat berada dalam penjara, kemungkinan besar dia tidak mempunyai lagi akses pada tabungannya (kekayaannya). Hal ini bagaikan makhluk yang terlahir di empat alam rendah. Orang bijak banyak mengatakan kerja keras tidak akan mengkhianati hasil, kerja keras disiplin disini kita artikan juga dalam hal dana, sila & melatih meditasi yang tentunya akan sangat mendukung kebijaksanaan dan keberuntungan dalam mendapatkan kekayaan.

2. Reputasi baik tersebar luas.
 
Orang yang menjaga sīlanya dengan baik dapat diharapkan mempunyai tindak-tanduk dan ucapan yang baik pula. Orang yang demikian dapat dipastikan akan disukai oleh banyak orang. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang wajar jika reputasi baiknya tersebar luas.
Buddha juga menjelaskan bahwa reputasi dari orang yang melaksanakan sīla dengan baik dapat tersebar hingga ke alam dewa. Dikatakan dalam Makhadeva Sutta (Majjhima Nikaya, 83) bahwa reputasi Raja Nimi yang selalu menjalankan uposatha (delapan sīla) membuat para dewa dari alam dewa tingkat dua (Tāvatiṃsa) ingin bertemu dengannya; dan Sakka, sang raja dewa mengirimkan kereta kudanya yang ditarik oleh seribu kuda unggul untuk menjemputnya.

3. Penuh Percaya Diri.

Orang yang melaksanakan Sila akan ramah, rendah hati dan akan disukai oleh banyak orang. Oleh karena itu, mereka penuh percaya diri, tidak ada rasa malu, canggung, ataupun rendah diri dalam bergaul di semua lapisan/kelompok masyarakat, baik itu kelompok atas (anggota kerajaan, pejabat tinggi, dan orang-orang kaya), menengah ataupun bawah.

4. Meninggal dengan Tenang.
 
Seseorang yang melaksanakan dan menjaga sīla dengan baik dapat dipastikan dirinya akan menjadi bahagia dan tenang. Walaupun berada dalam keadaan sekarat, kebahagiaan yang timbul karena telah hidup sesuai dengan Dharma akan membuatnya tenang dalam segala hal, termasuk saat menghadapi kematian.

5. Setelah Meninggal Terlahir di Alam yang Baik. 

Orang yang menjalankan dan menjaga sīla dengan baik akan memperoleh banyak sekali karma baik. Keadaan pikiran saat meninggal sangatlah menentukan ke mana seseorang akan dilahirkan kembali. Seseorang yang meninggal pada saat pikiran dipenuhi keserakahan (lobha), dia akan terlahir kembali menjadi hantu kelaparan (peta) atau jin (asura). Seseorang yang meninggal pada saat pikirannya diliputi kebencian/kemarahan (dosa), dia akan terlahir kembali menjadi makhluk penghuni neraka (niraya); dan yang dikuasi kebodohan mental (moha), akan terlahir sebagai binatang (tiracchāna).

Ayo bersama-sama laksanakan Sila (Pancasila, Athasila) dengan tulus ikhlas, hormat, fokus dan perasaan bahagia atau penuh keyakinan. Rasakan manfaatnya, nikmati keajaiban-keajaiban terjadi di sekitar anda.
 
*****

“Imani pancasikkhapadani, Silena sugatim yanti, Silena bhogasampada, Silena nibbutim yanti, Tasma silam visodhaye. Ini adalah lima pelatihan moralitas, dengan merawat sila tercapai alam bahagia. Dengan merawat sila diperoleh kekayaan (lahir dan batin), dengan merawat sila tercapai Nirwana. Oleh karena itu,rawatlah sila dengan sempurna.” 
    
(Paritta Okasa)

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS