Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Mengatasi Sampah Batin

U.P. Dharmananda Agus Wijaya

Jum'at, 14 Februari 2025

MBI

Sampah adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Setiap hari, lingkungan kita pasti menghasilkan sampah. Sayangnya sebagian orang beranggapan bahwa masalah sampah adalah tanggung jawab pemerintah sepenuhnya, bukan pribadi. Padahal, masalah sampah hanya dapat diatasi jika ada kesadaran kolektif dari setiap individu.


Masalah sampah telah menjadi isu global yang serius karena berdampak buruk pada kesehatan dan lingkungan. Pengolahan sampah di setiap negara merupakan tantangan besar yang sulit diselesaikan dalam waktu singkat. Bahkan negara-negara yang dianggap paling bersih di dunia pun masih mengelola sampah sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang efektif memerlukan upaya berkelanjutan dan kesadaran diri.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menjadi lokasi terakhir dari pengolahan sampah di Indonesia. Sampah yang masih memiliki nilai ekonomis didaur ulang, sedangkan sisanya tertimbun menjadi gunungan sampah yang semakin hari semakin besar jumlahnya. Timbunan sampah yang menggunung tersebut merupakan akumulasi dari sampah yang telah dipilih. Jika pemerintah dan masyarakat tidak serius mengambil tindakan untuk mengurangi produksi sampah dan mengubah gaya hidup konsumtif, maka masalah sampah akan terus membesar dan sulit diatasi.

Selain sampah materi ada pula “sampah batin” yang terdiri dari Lobha (keserakahan), Dosa (kebencian), Moha (kebodohan). Tiga sampah ini tidak berwujud dan tidak dapat dikenali secara kasat mata. Hanya batin yang terlatih yang mampu mengenalinya ketika muncul bersamaan dengan Nafsu keinginan, Kemarahan dan Egoisme. Orang pada umumnya menyadari sampah batin setelah kemunculannya yang dibarengi dengan tindakan fisik seperti: mencaci-maki, memukul, mencuri, membunuh, dan lain sebagainya. Namun ini merupakan fenomena batin yang terlambat disadari dan terlanjur berbuah karma buruk. Semestinya ketika emosi negatif muncul, kesadaran mengenalinya tepat di saat itu juga sehingga sampah batin tidak meluap ke luar. Dengan menyadari dan mengetahui kekotoran batin yang akan muncul ke permukaan, kekuatan sampah batin akan melemah dan lenyap dengan sendirinya.

Sampah materi dan sampah batin sama-sama menimbulkan dampak dilematis. Jika dibuang sembarangan akan menganggu kenyamanan sekitarnya. Dibiarkan menumpuk akan berdampak buruk bagi kesehatan mental dan jasmani. Selain memiliki persamaan, terdapat juga perbedaannya yang mencolok dalam cara pengolahan. Sampah materi yang dibuang ke luar rumah, diangkut ke TPA kemudian dipilih dan dipilah lalu diproses menjadi suatu yang bermanfaat seperti barang jadi, kompos, energi listrik, dan lain lain. Namun tidak demikian halnya dengan sampah batin. Untuk mengenalinya saja sulit, apalagi mengolahnya. Yang sering terjadi justru emosi negatif bereaksi lebih dulu, baru kesadaran. Saat berinteraksi dengan seseorang yang kita benci, tanpa sadar sampah batin keluar melalui ucapan dan tindakan negatif.

Pada umumnya orang merasa jijik dengan sampah materi dan tidak suka dengan bau busuknya sehingga membuangnya ke tong sampah. Sementara dengan sampah batin, orang-orang tidak mampu menyikapinya dengan bijak karena tidak semua orang punya pengetahuan dan ketrampilan untuk mengatasinya. Tumpukan sampah batin menghasilkan racun yang sangat merusak perkembangan mental seseorang. Keadaan mental beracun ini mengkondisikan kita mengekspresikan: keserakahan, kebencian, pandangan keliru, kesombongan, keragu-raguan, kemalasan, khayalan, kegelisahan, tidak takut malu, dan tidak takut pada akibat buruk. Sikap tersebut disebut juga “10 kekotoran batin”.

Kita sering berhadapan dengan sampah batin, terutama saat beraktivitas di media sosial. Banyak konten yang merupakan sampah informasi yang tidak layak ditampilkan di ruang publik. Ada orang yang gemar meneruskan pesan di grup WhatsApp tanpa terlebih dulu memverifikasi kebenarannya. Padahal sebagian besar pesan tersebut berisi opini dan ujaran negatif maupun berita bohong. Tanpa kita sadari, akhirnya kita terbiasa dan terseret ke dalam kubangan sampah batin tanpa memiliki kemampuan untuk mengatasinya. Kekotoran batin memang tidak mudah dikendalikan tetapi dengan menghadirkan “sadar penuh”, reaksi pikiran negatif tersebut dapat diatasi.

Buddha pernah mengajarkan kepada para biksu bahwa: Seseorang  yang melihat dengan kesadaran penuh dan yang mengetahui, maka kekotoran batin itu akan padam. Bukan seseorang yang tidak melihat, bukan seseorang yang tidak mengetahui” (MN 2 - Subbasava Sutta).

Dengan tekad dan upaya yang sungguh sungguh, kita dapat menjaga enam pintu indra kita. Ketika beraktivitas seperti makan, bicara atau bekerja, hendaknya dilakukan dengan kesadaran penuh. Saat enam indra kontak dengan objek indra, yang ada hanyalah kesadaran indra untuk mengetahui. Suka atau tidak suka, disadari saja tanpa harus bereaksi untuk menanggapinya. Saat mata melihat hanya melihat, telinga mendengar hanya mendengar, dan begitu juga dengan indra lainnya. Berlatih mengendalikan enam indra dengan kesadaran penuh akan menghambat sampah batin untuk muncul.

Sampah batin yang belum muncul memang sulit diidentifikasi dan berpotensi mengacaukan pikiran serta perasaan dalam waktu yang panjang. Sampah batin atau klesha hanya dapat diatasi dengan pendekatan “Mental Heart”. Salah satunya adalah meditasi. Praktik meditasi secara konsisten akan membakar sampah batin menjadi energi positif, sebab meditasi adalah suatu metode pengembangan energi murni untuk memurnikan energi lainnya. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk berlatih meditasi dalam mengamati batinnya, sehingga sampah batin yang belum muncul tersebut melemah dan lenyap.

Ketika dicaci maki, periksa reaksi batin yang muncul. Jika ada kemarahan atau sakit hati maka sadari mengapa kita marah atau sakit hati. Bukankah caci-maki itu sesungguhnya hanyalah perbuatan verbal dari mulut orang lain yang diterima oleh telinga kita? Lantas, mengapa hal ekternal tersebut mampu melukai perasaan? Kita seharusnya bersikap Yoniso Manasikara atau memerhatikan secara bijak tanpa perlu dipengaruhi emosi negatif.

Menurut ajaran Buddha metode yang tepat untuk mengatasi kekotoran batin adalah praktik meditasi vipassana. Ada dua jenis meditasi dalam ajaran Buddha, yaitu; Samatha Bhavana dan Vipassana Bhavana. Meditasi samatha disebut juga sebagai latihan konsentrasi atau ketenangan. Sedangkan meditasi vipassana lebih ditekankan pada pengembangan kebijaksanaan atau Pandangan terang. 

Semua sampah batin diproduksi oleh pikiran yang tidak bijak. Seseorang yang tidak memiliki kebijaksanaan berpotensi memunculkan sampah batin yang sebelumnya belum muncul menjadi muncul dan sampah batin yang telah muncul akan meningkat eksistensinya. Seseorang yang memiliki perhatian bijak, sampah batin yang belum muncul tidak akan muncul dan sampah batin yang telah muncul akan dapat diatasi. Sampah batin ini diatasi melalui proses pengembangan pengetahuan Dharma dan menjaga sila serta berlatih meditasi sehingga kebijaksanaan hadir setiap saat. Dengan demikian kita baru dapat mengatasi kekotoran batin secara efektif. (bersambung ke bagian ke-2)

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS