Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Teladan, warisan tak ternilai

U.P. Vidyananda Sehi

Sabtu, 17 Agustus 2024

MBI

Ada sebuah kisah; pada detik-detik kematiannya, Tom Smith, memanggil anak-anaknya dan ia menasehati mereka untuk mengikuti jejak hidupnya sehingga mereka dapat memiliki ketenangan hati dalam semua hal yang mereka lakukan.


Putrinya, Sarah mengatakan, "Ayah, saya kecewa Anda meninggalkan kami tanpa uang sepeser pun di bank. Mereka yang Ayah katakan sebagai koruptor & pencuri dana publik bisa mewariskan rumah dan properti untuk anak-anak mereka. Kita bahkan tinggal dalam apartemen sewaan. Maaf, saya tidak bisa mengikuti jejak hidup Anda. Pergilah Ayah, biarkan kami mencari jalan hidup sendiri." Beberapa saat kemudian, ayah mereka menutup mata untuk selama lamanya.

Tiga tahun kemudian, Sarah pergi untuk wawancara pekerjaan di sebuah perusahaan multinasional. Saat wawancara Ketua panitia bertanya, "Saudara ini punya nama Smith yang mana?" Sarah menjawab: "Saya Sarah Smith. Ayah saya adalah Tom Smith yang sudah meninggal". Ketua Panitia memotong, "Ya Tuhan, Anda ini putrinya Tom Smith?".

Dia berbalik bicara kepada anggota-anggota lain dan berkata, "Pak Smith ini adalah salah satu yang menandatangani formulir keanggotaan saya di Institut Administrator dan rekomendasinya tersebut membuat saya diterima bekerja di posisi saya sekarang ini. Dia melakukan semua ini dengan gratis. Saya bahkan tidak tahu alamatnya, dan dia tidak pernah tahu saya. Dia hanya melakukannya untuk keprofesionalan saya ". Dia lalu berbalik ke Sarah, "Saya tidak punya pertanyaan untuk anda lagi, anda sudah mendapat pekerjaan ini. Silahkan datang besok, semua surat penugasanmu akan saya siapkan".

Setelah bertahun-tahun bekerja, Sarah Smith menjadi Corporate Affairs Manager perusahaan dengan dua mobil dan drivernya. Apartmen dua lantai disediakan sebagai kantornya dan gaji besar di luar tunjangan dan biaya-biaya lainnya. Setelah beberapa tahun bekerja di perusahaan, pimpinan perusahaan datang dari Amerika mengumumkan niatnya untuk mengundurkan diri dan mencari penggantinya. Orang dengan Kepribadian dan integritas yang tinggi adalah yang dicari, lagi-lagi para konsultan perusahaan menominasikan Sarah Smith.

Dalam sebuah wawancara, Sarah Smith ditanya rahasia kesuksesannya. Dengan air mata berlinang, dia menjawab, "Ayah telah membuka jalan bagiku. Hanya setelah ia meninggal, aku baru sadar bahwa dia secara finansial miskin tapi ia luar biasa kaya akan integritas, disiplin dan kejujuran".

Sarah ditanya lagi, "Mengapa Anda menangis? Kan anda sekarang bukan lagi sebagai seorang anak yang merindukan ayahnya yang sudah pergi dalam waktu yang lama?" Dia menjawab, "Pada saat kematiannya, aku menghina ayah karena menjadi orang yang jujur dan berintegritas tinggi, tapi miskin. Aku berharap dia akan memaafkanku dalam kuburnya sekarang. Aku sebenarnya tidak akan bisa sesukses ini tanpa Dia. Ayah yang telah  melakukannya untukku. Dan aku tinggal berjalan meraih suksesku".

Akhirnya dia ditanya, "Apakah Anda akan mengikuti jejak langkah ayahmu seperti yang ia dahulu minta?" Dan Sarah menjawab dengan sederhana, "Aku sekarang mengagumi Ayah. Aku memiliki foto besar yang tergantung di ruang tamu dan di pintu masuk rumahku. Dia layak memperoleh apa pun yang saya miliki".

Apakah Anda seperti Tom Smith? Ia membayar mahal untuk membangun sebuah nama baik, buahnya tidak datang dengan cepat tetapi akan datang walaupun mungkin diperlukan waktu yang lama. Tapi buah karma itu berproses dan akan berlangsung lebih lama lagi.

Warisan apa yang akan anda berikan untuk anak-anak anda? Adalah kewajiban kita selaku orangtua memberikan warisan kepada anak-anak, seperti yang disabdakan Buddha dalam Sigalovada Sutta. Warisan bisa berbentuk materi tapi juga bisa warisan non materi. Sebagai seorang siswa Buddha, kita harus mewariskan ajaran Buddha dalam keseharian kepada anak-anak. Mewariskan nilai-nilai kebenaran Dharma yang mulia.

Jika berhubungan dengan mata pencaharian tentunya bukan kekayaan semata yang diburu saja tetapi mata pencaharian yang sesuai ajaran Buddha yakni yang tidak menjual belikan makhluk hidup, daging, senjata, racun dan minuman keras. Tentunya mata pencaharian dilakukan dengan integritas tidak melakukan pelanggaran Pancasila Buddhis (tidak membunuh, tidak mencuri, jujur, tidak menjual belikan minuman alkohol atau narkoba).

Jadikan kebiasaan pagi dan malam hari untuk membaca Paritta, pelafalan nama Suciwan.  Tekad menjalankan Sila dan melaksanakan Athasila pada hari-hari Uposatha. Kegiatan-kegiatan di wihara, bakti sosial ke panti asuhan, ke panti jompo, sering mengunjungi kakek-nenek, tulus menyayangi orang tua, bakti kepada papa mama.

Sifat-sifat baik dan banyak lagi warisan-warisan yang merupakan teladan kepada anak-anak yang tidak bisa dinilai dengan harta dunia. Wariskan Dharma kepada keturunan kita, inilah yang terbaik. Bahagia di kehidupan ini dan kehidupan selanjutnya, Surga pahalanya.

Semoga bermanfaat dan berbahagia... Sadhu... Sadhu... Sadhu...

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS