Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel
  • Home
  • /
  • Artikel
  • /
  • Ma, Pa. Sudah Tulis Surat Wasiat Belum?

Cari

Tampilkan Artikel

Ma, Pa. Sudah Tulis Surat Wasiat Belum?

U.P. Mita Kalyani Irma Gunawan

Jum'at, 09 Agustus 2024

MBI

Bila pertanyaan tersebut diajukan ke orang tua kita, persepsi yang biasanya akan timbul adalah kita ingin meminta jatah warisan. Sementara itu, bila dibisikkan setelah pembacaan paritta bagi si sakit, kita dibilang "nyumpahin yang sakit cepat pergi".


Namun pertanyaan vulgar ini terpaksa sering harus diperjelas agar drama keluarga berkepanjangan tidak terjadi kemudian hari. Warisan, aset yang ditinggalkan, keinginan terakhir, dan pesan - pesan penting mendiang dianggap tabu untuk dibicarakan ketika orang itu masih hidup atau sakit keras. Padahal, pandangan bahwa hal tersebut tabu dan sikap munafik para penerima wasiat sering menjadi polemik dalam keluarga yang berujung pada pertikaian, gugatan pengadilan, bahkan pembunuhan, khususnya dalam kasus orang tua meninggal. Mengerikan sekali!

Pesan Dulu, Baru Mati!

Ada kisah cinta romantis sehidup semati yang diperankan dengan manis oleh tetangga saya. Kung Kung, demikian penulis memanggilnya karena usianya sudah lanjut. Beliau cukup gagah, energik serta hangat dan bersahabat dengan para penghuni komplek. Pada suatu pagi, Kung Kung mengantar Pho pho (istrinya). Dia duduk menunggu di atas motor lalu tiba - tiba seperti jatuh pingsan dipelukan istrinya yang datang menghampiri setelah keluar dari pintu mini market. Beberapa orang datang menolong dan membawanya ke rumah sakit. Tetapi, Kung Kung meninggal tanpa sempat menjalani perawatan di rumah sakit. Singkat cerita, dua hari setelah dikremasi, giliran Pho pho yang masuk ke rumah sakit kemudian meninggal. Dua orang manula ini adalah aktivis, aktif dalam pelayanan sehingga tidak heran bila tamu yang datang selama prosesi kedukaan sangat banyak, bahkan membludak. Penulis sempat mendengar dari salah seorang pelayat yang merupakan notaris kepercayaan Kung Kung dan Pho pho, bahwa mereka, sejak beberapa bulan lalu sudah merapikan berbagai dokumen terkait legalitas wasiat dan properti mereka. Apakah ini suatu tanda bahwa mereka berdua sudah siap menjelang kematiannya?

Dalam Sigalovada Sutta dijelaskan salah satu kewajiban orang tua adalah menyerahkan harta warisan kepada anak pada saat yang tepat. Perenungan tentang hal ini memang dibutuhkan kebijaksanaan antara memberi dan melepas. Memberi kepada pihak yang tepat mendapatkannya. Melepas atas kepemilikan "aku" yang sudah habis batas waktunya.

Mati Dulu, Baru Pesan?

Memasuki bulan tujuh penanggalan lunar (cit gwee), orang-orang keturunan Tionghoa biasanya memiliki berbagai cerita menarik, plus beragam cerita horornya. Saat sembahyang untuk leluhur, sanak keluarga, sahabat hingga bayi yang meninggal sebelum lahir, berbagai penampakan akan terjadi. Konon, selain diramaikan oleh umat yang nampak, yang tidak nampak juga turut memeriahkan. Para "indigo" akan menyampaikan celetukan - celetukan pesan dari bayangan beda dimensi ini. Apakah ini merupakan tanda bahwa kematian yang sudah terjadi masih belum selesai, atau mereka masih gelisah dan ada pesan yang belum disampaikan?

Buddha bersabda:

Di antara semua kegiatan membajak, membajak pada musim gugur yang terpenting,

Di antara semua jejak kaki, jejak kaki gajah yang terbesar,

Di antara semua persepsi, mengingat kematian dan ketidak abadian yang terpenting.

(Sutra Maha Nirvana)

Dengan menyadari bahwa kehidupan kita tidak abadi dan kematian pasti terjadi, kita akan cenderung menggunakan waktu secara bijak, melakukan berbagai perbuatan positif, bermanfaat, dan terpuji.

Orang - orang tentu ingin melihat orang yang disayang atau anggota keluarga yang ditinggal dapat tetap hidup damai, rukun, dan bahagia. Seseorang yang sudah memahami arti kehidupan dan kematian, seperti orang tua, akan melakukan berbagai hal supaya itu terjadi. Beliau membuat surat wasiat, meninggalkan pesan dan tugas kepada anak cucu dan anggota keluarga yang lain. Sehingga beliau dapat pergi dalam kondisi tenang dan damai karena melepas semua beban pikiran dan perasaan.

Lantas, bagaimana dengan kita yang masih belum (merasa) terlalu tua, sehat dan masih baik - baik saja? Bahkan, kematian pun tidak pernah terpikirkan. Sepertinya, inilah saatnya merenungkan: Pesan Dulu, Baru Mati atau Mati Dulu, Baru Pesan?

Referensi buku :

Khadro, V.S (2007), Menghadapi Kematian: Sebuah Perspektif Buddhis Tentang Kematian, Dian Dharma.

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS