Setetes Darah Sejuta Kehidupan
U.P. Sutta Vijaya Henry Gunawan Chandra
Dalam agama Buddha, donor darah bisa dikategorikan sebagai Amisa Dana juga sekaligus Abhaya Dana. Ada tiga jenis dana yang dikenal oleh Buddhist yaitu: Amisa Dana (pemberian dana yang bentuknya materi), Dhamma Dana (dana pemberian pengetahuan kebenaran), dan Abhaya Dana (dana yang dapat membebaskan mahluk lain dari rasa khawatir, sakit, cemas atau kematian).
Teman-teman, tahukah kalian kalau hari ini, 14 Juni, diperingati sebagai Hari Donor Darah Sedunia? Tanggal 14 Juni dirayakan untuk memperingati ulang tahun seorang ahli biologi dan dokter Austria bernama Karl Landsteiner. Dia diakui sebagai "pendiri transfusi darah modern”. Pada tahun 1901, Karl Landsteiner berhasil menemukan golongan darah ABO dan mengembangkan sistem klasifikasi golongan darah modern. Hingga pada tahun 1930, ia dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran.
Adapun penetapan Hari Donor Darah Sedunia juga didasarkan atas kesepakatan bersama oleh sejumlah organisasi, seperti WHO, Federasi Internasional Organisasi Donor Darah, Federasi Internasional Palang Merah, Bulan Sabit Merah, dan Perhimpunan Internasional Transfusi Darah.
Penulis yakin, banyak dari teman-teman yang rajin melakukan donor darah, 3 bulan, 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali. Dari yang mungkin awalnya ikut-ikutan teman, membantu teman yang membutuhkan, alasan kesehatan, dan lain sebagainya. Banyak juga oraganisasi Buddhis yang kerap melakukan kegiatan rutin donor darah di wihara atau tempatnya masing-masing, yang paling sering dilakukan menyambut hari Metta dan Waisak.
Menarik membahas soal donor darah, karena ini adalah sebuah tindakan kebajikan yang berbuah langsung kebaikan pula untuk pendonornya. Ada banyak manfaat bagi mereka yang mendonorkan darah, diantaranya:
1. Menjaga kesehatan jantung dan sirkulasi darah,
2. Mengurangi jumlah kolesterol jahat,
3. Meningkatkan produksi sel darah merah,
4. Membantu mendeteksi dini penyakit tertentu,
5. Menjaga kesehatan mental.
Dalam Buddhis kita mengenal istilah Dana, yang artinya pemberian. Dana dalam ajaran Buddha seringkali dikaitkan dengan kedermawanan, yang praktiknya dengan cara memberi. Yang diberikan bisa yang bentuknya materi / barang, atau yang bentuknya non materi, seperti tenaga, ucapan yang baik, atau pikiran yang baik. Tentu dalam konteks yang lebih dalam sesuai dengan ajaran Buddha, dana juga adalah praktik melepas dari keterikatan atau kemelekatan.
Dalam agama Buddha, donor darah bisa dikategorikan sebagai Amisa Dana juga sekaligus Abhaya Dana. Ada tiga jenis dana yang dikenal oleh Buddhist yaitu: Amisa Dana (pemberian dana yang bentuknya materi), Dhamma Dana (dana pemberian pengetahuan kebenaran), dan Abhaya Dana (dana yang dapat membebaskan mahluk lain dari rasa khawatir, sakit, cemas atau kematian).
Kenapa penulis menyebut donor darah adalah Amisa Dana sekaligus Abhaya Dana, karena memang selain donor darah ini berbentuk fisik yakni kantong darah yang diambil dari darah yang didonasikan si pendonor, juga sekaligus merupakan perbuatan yang bertujuan membantu mereka yang membutuhkan, yang sering kejadiannya bahkan menyangkut nyawa seseorang.
Kalau umat Buddha mengenal kosep Fang Shen, aktifitas melepas kehidupan dengan membebaskan satwa-satwa yang hendak dibunuh atau dikurung dan melepaskannya ke habitat mereka kembali, agar mereka mendapatkan kebebasannya. Maka tindakan donor darah juga bisa dikategorikan sebagai tindakan serupa, yaitu memberikan kehidupan baru bagi mereka yang menerima donor darah itu.
Sebagian dari umat Buddha ada yang sudah lebih maju lagi dalam praktik berdana atau melepas mereka, yakni dengan melakukan praktik donor organ tubuh. Donor organ tubuh ini membutuhkan pelepasan dan kebijaksanaan yang lebih mendalam dari para pendonornya. Karena masih banyak juga umat Buddha yang tidak berani melakukan donor organ, karena kesalahan persepsi.
Penolakan atau ketidakmauan mereka untuk berpartisipasi dalam melakukan donor organ tubuh setelah kematian ini, berasal dari rasa kuatir dan takut. Ada yang percaya bahwa apabila organ tubuh mereka yang diambil, mereka akan pergi tanpa kelengkapan diri yang cukup di kehidupan berikutnya atau kehidupan setelah kematian. Padahal ini berbeda dengan ajaran Buddha bahwa tubuh fisik manusia itu pasti akan mengalami pelapukan, dan setelah kematian yang berpindah ke kehidupan baru adalah kesadaran (vinnana) bukan tubuh fisik kita.
Berdonor organ tubuh seperti halnya juga donor darah yang menjadi topik pembahasan kita ini, didasari oleh niat untuk membantu mengurangi penderitaan yang dialami oleh orang lain, dan ini adalah praktik nyata karuna (Belas Kasih) itu sendiri. Seperti kata Yang Mulia Dalai Lama, ”Kalau kita ingin bahagia maka praktikkanlah Belas Kasih, dan kalau kita ingin orang lain bahagia, praktikkanlah Belas Kasih”.
Master Cheng Yen pendiri Yayasan Buddha Tzuchi pernah berkata, “Kehidupan kita bermakna apabila kita dapat bermanfaat bagi orang lain. Dengan donor darah kita juga sudah mengembangkan cinta kasih universal. Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, namun akan tumbuh dan berkembang karena dibagikan kepada orang lain.”
Mari teman-teman, kita perbanyak aktifitas meringankan penderitaan mahluk lain, dengan salah satunya melakukan Donor Darah. Setetes Darah kita, adalah kehidupan bagi sesama.
Sumber Artikel
Hari Donor Darah Sedunia 2022: Sejarah, Tema, Kegiatan, dan Twibbon (detik.com) Berbagai Manfaat Donor Darah untuk Kesehatan - Alodokter