Mempersiapkan Masa Tua Dengan Bahagia
Upi. Susy Muliawati
Jum'at, 31 Mei 2024
MBI
Mereka yang pada masa mudanya tidak menjalankan kehidupan suci, tidak juga mengumpulkan kekayaan, akan hidup merana seperti Bangau tua yang tinggal di kolam tanpa ikan (Dhammapada 155)
Pernahkah Anda mendengar pepatah: Orangtua Miskin Dibuang dan Orangtua Kaya Disembah Bagai Dewa? Pepatah ini seperti tergambar dalam kisah di film Thailand berjudul: How to Make Millions Before Grandma Dies yang disutradarai oleh Pat Boonnitipa. Film ini menceritakan seorang pemuda yang rela berhenti bekerja demi untuk merawat neneknya yang kaya yang sedang sekarat karena menderita kanker. Alasan sebenarnya dari cucu ini bukan karena bakti atau kasih sayangnya kepada neneknya, melainkan karena dia terinspirasi dari sepupunya yang menjadi pewaris tunggal setelah merawat kakeknya. Pemuda ini menginginkan agar dapat dianggap sebagai cucu yang berbakti agar nanti diberikan warisan terbesar oleh sang nenek. Dengan penuh perjuangan setiap hari untuk memenangkan hati neneknya, terjalinlah hubungan emosional yang menghasilkan alur cerita yang menggugah hati penonton. Rasa sayang terhadap neneknya semakin lama semakin besar, mengalahkan tujuan awalnya untuk mendapatkan warisan. Pesan moral dari film ini adalah agar para penonton mengerti arti dari sebuah keluarga dan dapat mencintai keluarganya masing-masing.
Dalam perjalanan hidup sebagai perumah tangga, Orangtua yang memiliki anak dan telah merawat dan membesarkan anak-anaknya sejak kecil sampai dewasa, kadang mengalami kekecewaan ketika kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapan yang dimiliki. Harapannya adalah di masa tua, mereka akan dirawat oleh anak-anak yang berbakti, melayani dengan penuh kasih sayang, sebagaimana cara mereka memperlakukan anak-anaknya dahulu, seperti tradisi yang sudah turun temurun di keluarga Asia. Tetapi apa yang akan terjadi bila orangtua tidak memiliki harta dan hidup serba kekurangan? Malah bisa dianggap sebagai beban keluarga oleh anak dan cucunya yang tidak tidak menyayangi mereka.
Kadang terjadi ketika prioritas anak saat dewasa lebih ditujukan bagi pasangan dan anak-anaknya, atau mungkin kepada mertuanya, sehingga orangtua yang sudah renta menjadi tidak diperhatikan dan tidak terawat. Dan kadang kala, para nenek dan kakek hanya dimanfaatkan oleh anak-anaknya untuk merawat cucu mereka. Mau pergi bertemu teman dilarang, mau ikut kebaktian di wihara pun tidak ada yang mengantar, mau ikut piknik apalagi. Jalur komunikasi dengan teman-temannya tidak ada karena tidak disediakan fasilitas komunikasi yang memadai oleh anak-anaknya. Hal ini tentu dapat memicu kehampaan, kekecewaan, kesedihan, disia-siakan, sakit hati, merasa terbuang dan perasaan negatif lainnya. Belum lagi kalau para orangtua ini menderita penyakit berat, sehingga tidak dapat melakukan apapun, hanya terbaring di ranjang dan menunggu ajal tiba.
Atau ada pula kondisi setelah menikah, anak-anaknya hidup terpisah dan tidak bersama dengan orangtua mereka. Sepasang Kakek Nenek hanya tinggal berdua, sehingga ketika ada salah satu yang meninggal, maka si Kakek atau si Nenek akan hidup sebatang kara tanpa ditemani oleh siapapun, dan ketika sakit atau meninggal, tidak diketahui oleh siapapun dan terlambat diketahui oleh anak cucunya. Sungguh memprihatinkan.
Sangatlah beruntung apabila di masa tuanya, para orangtua terus diperhatikan dan dirawat dengan penuh kasih sayang oleh anak-anak dan cucunya, dan memiliki posisi yang dihormati di dalam keluarga di samping mereka. Tetap dapat bergaul baik di lingkungan sekitar, kemasyarakatan dan lingkungan agama. Ketika muda bekerja keras, ketika tua bisa beristirahat, mengikuti kebaktian di wihara, dan saat meninggal mendapatkan pemakaman yang layak. Semoga ini menjadi catatan bagi kita semua untuk tetap memperhatikan, merawat dan mencintai orangtua kita bila kita masih memiliki orangtua. Mencoba mengerti akan harapan dan kebutuhan orangtua, berusaha membalas jasa orangtua, agar mereka dapat berbahagia di usianya yang lanjut.
Dan bagi para orangtua, mari kita mulai mempersiapkan diri kita sejak sekarang untuk dapat menjadi kakek nenek yang berbahagia dan mandiri, baik secara finansial maupun kesehatan diri. Mari kita mengusahakan agar kita tetap dapat bersosialiasi, rajin berolahraga, menjaga pola makan, selalu berkomunikasi dengan teman-teman, mengikuti kebaktian di wihara dan hal lain yang membantu kesehatan mental kita. Kita harus menyadari bahwa diri ini masih berharga walaupun sudah tidak seproduktif dulu secara finansial. Karena dengan menjalin persahabatan dengan sesama orang tua lain, kita juga masih bisa membantu teman-teman lain dengan saling memberikan support, membantu pelayanan doa ataupun dengan melakukan hal positif lain yang mampu kita lakukan sesuai dengan kapasitas kita.
Walau kita sudah aktif di kegiatan di luar keluarga, kita tetap harus menjaga keseimbangan komunikasi dengan anak cucu tanpa mengharap terlalu berlebihan. Bila ternyata anak dan cucu kita berbakti tentu saja ini adalah sebuah Bonus Kebahagiaan. Tetapi bila anak dan cucu kita tidak berbakti, jangan membuat hati ini menjadi sedih, gelisah dan stress berkepanjangan. Sesuai ajaran Buddha bahwa tubuh kita pun bukan milik kita sendiri, apalagi anak kita. Walaupun mereka adalah keturunan kita, tetapi kita semua merupakan individu yang memiliki dan membawa karma kita masing-masing.
Bila sewaktu mengalami sakit, sebaiknya sebagai orangtua tetap harus menginformasikan kepada anak atau teman dan tidak memendam kesakitan sendiri. Bukan untuk meminta dikasihani, tetapi kewajiban orangtua untuk tetap berkomunikasi dengan baik kepada keluarga. Yang penting kita harus membuang segala macam pikiran negatif baik di diri kita maupun keluarga kita.
Mari kita menyambut masa tua kita dengan baik agar di akhir usia kita nanti kita akan terus dapat tersenyum indah sambil menatap dunia ini dengan penuh kebahagiaan. Usia boleh saja tua, tetapi semangat kita harus tetap menyala.
Selamat Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) tanggal 29 Mei 2024.
Komentar (1)
Amin Untario
Sabtu, 01 Juni 2024 20:31
mantap tulisan nya Sis.. ayo terus menulis dan menyumbang artikel artikel bermutu