Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Hidup Lembut Tanpa Ngotot

UAP. Satyamita Kurniady Halim

Jum'at, 22 Desember 2023

MBI

Di era dimana kita sering kali terjebak dalam usaha keras untuk mengubah segalanya sesuai dengan keinginan kita, pernahkah kita berpikir untuk melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda? Dalam dunia mindfulness dan Buddhisme, ada konsep menarik yang dikenal sebagai "Non-Striving" atau Tidak Ngotot.  Mari kita telusuri lebih lanjut bagaimana konsep ini membuka pintu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kedamaian hidup.


Pencerahan Ānanda

Dalam sebuah kisah dari teks Buddha, terungkap episode menarik saat Konsili Buddhis Pertama diadakan di Rājagaha setelah wafatnya sang Buddha. Ānanda, oleh kepala biksu Mahākassapa, dipanggil untuk mengulang ajaran-ajaran Buddha sebagai perwakilan pada konsili tersebut. Namun, aturan ketat dikeluarkan bahwa hanya para murid yang telah mencapai pencerahan (arahat) yang diizinkan ikut konsili, untuk menghindari kebingungan mental dari penyamaran ingatan para murid.

Ānanda, meskipun dekat dengan sang Buddha, belum mencapai pencerahan saat itu. Sehingga, ia tidak diizinkan bergabung dalam konsili yang terdiri dari 499 arahat. Meskipun menyadari pentingnya kehadiran Ānanda, Mahākassapa tetap teguh mematuhi aturan tersebut. Ini menciptakan konflik internal bagi Ānanda, yang merasa terhina dan tidak diakui sebagai bagian dari konsili.

Meski dalam ketidaksetujuan, Ānanda berkomitmen untuk mencapai pencerahan sebelum konsili dimulai. Dengan meresapi motivasinya dan dukungan dari sesama biksu, seperti Anuruddha dan Vajjiputta, Ānanda mengalami perjalanan yang intens saat berusaha keras mencapai pencerahan.

Pada malam acara konsili, Ānanda berusaha dengan tekun untuk meraih pencerahan. Meskipun awalnya menunda usahanya dan memutuskan untuk beristirahat, Ānanda akhirnya mencapai pencerahan "dalam ketiadaan empat pose tradisional" (berjalan, berdiri, duduk, atau berbaring). Hal ini menunjukkan bahwa, walaupun awalnya tidak diizinkan untuk bergabung dalam konsili, Ānanda berhasil mengatasi rintangan dan mencapai pencerahan dengan ketekunan dan tanpa usaha keras atau tekanan mental yang berlebihan.

Tidak Ngotot dalam Keseharian

Mari kita akui, sebagian besar waktu kita dihabiskan untuk mencoba mengubah berbagai aspek dalam hidup kita. Ini bukan sekadar kebiasaan umum, tetapi juga sering muncul dalam konteks meditasi. Pikiran kita, yang cenderung egois, selalu mendambakan lebih banyak dari yang kita sukai dan berusaha menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak kita inginkan. Hasilnya? Tekanan yang terus-menerus untuk berubah, menciptakan sebuah versi diri yang mungkin sebenarnya tidak sepenuhnya mencerminkan diri kita yang sejati.

Bayangkan situasi ini: Anda berada dalam latihan mindfulness, berusaha keras mencapai hasil tertentu. Ironisnya, semakin keras usaha Anda, semakin sulit untuk meraih relaksasi yang diidamkan. Bahkan mungkin Anda merasa iri melihat orang lain yang tampaknya lebih santai. Situasi semacam ini justru bisa memicu rasa jengkel yang tidak perlu.

Momen Hadir dengan Tidak Ngotot

Sekarang, mari kita beralih pada sisi lain dari koin ini. Apa yang terjadi jika kita memilih untuk melepaskan tekanan untuk berubah, mencapai sesuatu? Di sinilah konsep Tidak Ngotot. Kesadaran yang sejati bukanlah hasil dari upaya keras untuk mencapai sesuatu, melainkan ketika kita memberikan diri kita izin untuk mengalami momen sebagaimana apa adanya.

Dalam pelatihan mindfulness, sikap Tidak Ngotot atau bahkan Tidak Melakukan Apa Pun menjadi kunci. Ini bukan berarti kita tidak boleh berusaha menjadi lebih baik atau mencapai tujuan, tetapi lebih kepada pengalaman menerima dan mengizinkan segala sesuatu terjadi tanpa perlu memberikan terlalu banyak tekanan maupun ngotot dengan ekspektasi kita.

Paradoks Meditasi

Paradoks meditasi juga sangat menarik. Bagaimana cara terbaik untuk mencapai tujuan spiritual Anda? Jawabannya adalah melepaskan usaha keras dan sekadar memberikan perhatian pada momen ini. Tanpa harapan yang berlebihan, kita dapat meraih kedamaian dan kebahagiaan sejati.

Dalam praktik Tidak Ngotot, tujuan utamanya bukanlah mencapai sesuatu, melainkan memberikan izin dan menerima segala sesuatu yang muncul dalam kesadaran kita. Ini bukanlah pembebasan dari usaha untuk menjadi lebih baik, melainkan pembebasan dari tekanan dan kecemasan yang muncul dari dorongan egois.

Merangkul Kehidupan dengan Damai Tanpa Perlu Ngotot

Dengan mengadopsi sikap Tidak Ngotot, kita dapat merangkul kehidupan dengan lebih damai. Kita dapat melepaskan diri dari beban pikiran yang bersifat egois, membuka pintu menuju kebijaksanaan sejati dan kebahagiaan yang lebih berkelanjutan.

Jadi, mari kita berhenti sejenak dari memberikan tekanan keras kepada diri kita sendiri dan berikan diri kita kesempatan untuk mengalami momen ini sebagaimana apa adanya. Tanpa harapan atau ekspektasi yang berlebihan, kita bisa menemukan kedamaian yang sejati dan merasakan kebahagiaan dalam setiap momen yang ajaib.

Referensi:
Wherever You Go, There You Are, Jon Kabat-Zinn

Share:

Komentar (2)

Ria Rina Acianely /saddha viryani

Minggu, 31 Desember 2023 10:40

karena tidak lah betul kalau bohong buat kebaikan ,tetaplah mjd karma buruk yg di lakukan, di disinilah dedikasi yg menjadikan seseorg utk diam Dan rilek sejenak, berfikir positif Dan tidak ngotot. namun jatuh dapat tuduhan bahasan nya dendam Dan merajuk. hadapi dengan senyuman apa kah betul suhu pandangan saya ini?

Ria Rina Acianely /saddha viryani

Minggu, 31 Desember 2023 10:40

namo buddhaya betul sekali tidak ngotot merilekskan sejenak, tenang dengan melonggarkan diri dari moment yg intinya mengalah Demi kebaikan namun tanda petik di kiranya dendam/ merajuk bagi sebagian org karena diam utk mengalah. namun di hati intinya diam menyendiri utk kebaikan diri sdr. karena tidak lah betul kalau bohong buat kebaikan ,tetaplah mjd karma buruk yg di lakukan, di disinilah dedikasi yg menjadikan seseorg utk diam Dan rilek sejenak,

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS