Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Lima Keistimewaan Kehidupan Buddha

Hendra Lim

Rabu, 10 November 2021

MBI

Buddha adalah salah satu tokoh dunia yang namanya berkumandang selama ribuan tahun, melintasi benua Asia hingga ke Amerika, Australia, dan Eropa bahkan Afrika. AjaranNya, yang sekarang dikenal sebagai agama Buddha, berkembang hingga hari ini dan terus memikat minat banyak orang untuk mempelajari dan mendalaminya. Dari masa sebelum masehi hingga era digital di saat ini, agama Buddha telah dipilih oleh jutaan orang sebagai pedoman hidup untuk membimbing mereka meraih kebahagiaan. Keputusan mereka dilandasi oleh keyakinan kepada kebenaran Dharma yang mereka telah buktikan. Selain itu, ada berbagai keistimewaan Buddha yang bersumber dari sejarah hidup Buddha yang semakin membuat banyak orang tertarik untuk menganut agama Buddha.


Sejarah hidup Buddha adalah sebuah kisah hidup inspiratif yang kaya dengan makna dan sarat dengan hikmah. Lika-liku perjalanan Buddha mulai dari kelahirannya yang agung hingga kemangkatannya dapat dibaca dengan jelas. Buddha tidak mendadak muncul entah dari mana sebagai seorang pembawa pesan kebenaran, melainkan telah menempuh sebuah proses yang sangat panjang dan lama. Silsilah keluarganya jelas, demikian juga guru-guru yang pernah membimbingnya. Para hartawan dan kaum bangsawan mendukungnya. Mereka menjadi pengikutnya, mendirikan wihara untuk Buddha dan murid-muridnya, menyokong kehidupan mereka, dan melindungi serta mendukung Buddha untuk terus menyebarkan ajarannya. Tidak terhitung murid-murid yang telah berhasil mencapai tingkat kesucian yang sama seperti Buddha. Mereka adalah para arahat yang telah bebas dari roda kelahiran berulang, tidak lagi mengalami proses kelahiran dan kematian.

 
Penjelasan tentang keistimewaan Buddha penting supaya Buddhis memperkokoh keyakinan. Keyakinan kepada Triratna harus terus ditumbuhkembangkan oleh seorang Buddhis karena merupakan salah satu kualitas yang menjamin kebebasan dari kelahiran di alam rendah (Raja Sutta/SN 55.1). Keyakinan kepada Buddha dan kualitas-kualitasnya, seperti dalam Buddhanussati, merupakan salah satu dari tujuh harta (Dhana Sutta/AN 7.6). Selain itu, dengan keyakinan yang kuat mereka akan mampu secara meyakinkan menjawab pertanyaan tentang alasan memilih agama Buddha. Keistimewaan yang akan diuraikan kali ini adalah keunikan tentang Buddha, sejak sebagai seorang pangeran hingga menjadi Buddha. Keistimewaan-keistimewaan ini adalah insight dari memerhatikan kemudian menarik makna yang tersirat dari beragam peristiwa dalam hidup Buddha yang dapat dipelajari di berbagai sumber di Tripitaka. Mereka terdiri dari 1) riwayat hidup yang jelas, 2) fakta bahwa Siddhartha adalah anak raja, 3) kualitas diri Siddhartha, 4) dukungan tokoh-tokoh ternama kepada Buddha, dan 5) kemampuan Buddha dalam mengajar.
 
Buddhis dapat mengetahui secara jelas riwayat Buddha. Berbagai peristiwa yang terjadi di kehidupan Buddha, mulai dari kelahirannya yang megah sebagai seorang anak raja hingga kemangkatannya sebagai Buddha, dapat dibaca di berbagai sumber yang jelas antara lain kitab Buddhavamsa, Lalitavistara, Kronologi Hidup Buddha atau Riwayat Agung para Buddha yang ditulis oleh Tipitakadhara Mingun Sayadaw. Riwayat Agung para Buddha pun tebalnya tidak main-main. Buku itu terdiri dari 3 jilid, masing-masing jilid tebalnya lebih dari 1000 halaman. Sumber-sumber di atas menjelaskan berbagai kejadian yang menarik  sejak beliau masih bayi, tumbuh menjadi seorang anak kecil, lalu menjadi pemuda dewasa, menikah, kemudian pergi meninggalkan rumah untuk menjadi petapa, akhirnya menjadi Buddha, mengajarkan Dharma seumur hidup, melayani makhluk-makhluk yang tidak terhitung, memiliki ribuan murid dan akhirnya mencapai parinirwana di usia 80 tahun. Kisah hidup Buddha secara rinci dapat dengan mudah dipelajari oleh siapa saja.
 
Buddha memiliki kelahiran yang sangat istimewa. Sebelum menjadi Buddha, dia adalah anak raja, sungguh-sunguh anak raja, yang memiliki semua kemewahan, kenyamanan, dan kualitas hidup yang diidamkan banyak orang dari dulu hingga sekarang. Dia adalah putra tunggal raja Suddhodhana dan ratu Mahamaya, pangeran pewaris tahta kerajaan Sakya. Raja dan ratu telah lama mengidamkan seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi raja selanjutnya. Oleh sebab itu, kelahiran seorang putra di saat usia mereka telah senja disambut dengan penuh sukacita. Diberi nama Siddhartha, yang artinya “yang tercapai cita-citanya”, dia berhak duduk di singgasana kelak, menggantikan ayahnya menjadi pemimpin suku Sakya. Sebagai seorang pangeran, berdasarkan sistem kasta pada masyarakat India, Siddhartha berkasta kstaria yaitu kasta kaum raja dan bangsawan. Istri beliau pun adalah seorang putri yang berasal dari Kerajaan Koliya bernama Yasodhara, atau juga dikenal dengan nama Bimbadewi karena kecantikannya yang menyerupai dewi. Pangeran Siddhartha memiliki tiga buah istana yaitu istana Musim Dingin, Istana Musim Panas, dan Istana Musim Hujan. Hidupnya tidak pernah susah karena semua kebutuhan dan keinginannya dengan segera dipenuhi. Pangeran Siddhartha, yang kelak menjadi Buddha, menjalani hidupnya dengan sangat baik.
 
Anda juga punya kesempatan untuk memiliki kelahiran seperti pangeran Siddhartha. Agama Bdudha mengajarkan kehidupan berulang, bahwa makhluk-makhluk hidup mengalami kelahiran dan kematian hingga mencapai nirwana. Di kehidupan-kehidupan mendatang, Anda juga dapat  terlahir dengan segala keagungan seperti pangeran Siddhartha bila karma Anda mendukung mengingat para makhluk adalah pemilik karma, pewaris karma, lahir dari karma, terhubung melalui karma, dan karmalah penentu mereka. Karmalah yang membedakan di antara para makhluk: ada yang rendah dan ada yang mulia (Cula-kammavibhanga Sutta:Majjhima Nikaya 135). Pangeran Siddhartha telah mengakumulasi kebajikan yang tak terhingga melalui berbagai jenis perbuatan-perbuatan baik hingga di tubuhnya terdapat tiga-puluh dua tanda manusia agung (Lakkhaṇasutta/DN 30). Seperti pangeran Siddhartha, kebajikan-kebajikan yang Anda lakukan berkontribusi kepada kelahiran baik yang Anda nanti dapatkan.
 
Pangeran Siddhartha memiliki kualitas diri istimewa. Dia bukan pangeran abal-abal, atau anak sultan yang hanya foya-foya, juga bukan pewaris harta orang tuanya kemudian hidup untuk hanya bersenang-senang sepanjang hari. Dia adalah seorang pangeran yang pintar dan cakap. Setelah memutuskan meninggalkan rumah, dia pun adalah seorang pertapa yang berilmu tinggi. Siddhartha adalah anak yang cerdas. Saat berguru dengan brahmana Sabbamitta, pangeran unggul dalam setiap pelajaran. Dia rajin, banyak bertanya, santun kepada para guru, hormat kepada semua orang, memiliki banyak teman. Tidak heran bila pangeran adalah yang terpandai dan terbaik di kelas serta disukai semua orang. Sebagai seorang pangeran, maka Siddhartha adalah seorang kesatria sehingga ia pun belajar dan cakap dalam ilmu kemiliteran. Ia terlatih dalam berkuda, memanah, memakai senjata, dan lain sebagainya. Kecakapan tersebut dibuktikannya saat dia mengikuti kontes bersama pangeran-pangeran suku Sakya yang lain dan mengalahkan mereka semua sehingga dia pun berhak untuk mempersunting putri Yasodhara sebagai istrinya. Kemenangannya membuktikan bahwa dia adalah seorang kesatria yang piawai dan unggul. Siddhartha juga unggul dalam kualitas spiritual. Setelah meninggalkan istana untuk menjadi pertapa, Siddhartha belajar dengan dua orang guru ternama pada waktu itu. Mereka adalah Āḷāra Kālāma dan Uddaka Rāmaputta yang saat itu diyakini telah mencapai tingkat spiritual yang sangat tinggi. Pertapa Siddhartha dengan cepat mampu berada di tingkat spiritual mereka. Āḷāra Kālāma menempatkan pertapa Siddhartha sejajar dengan dirinya dan mempercayakannya untuk mengajar, sedangkan Uddaka Rāmaputta bahkan memintanya untuk menjadi guru bagi semua muridnya dan memimpin mereka (Kusaladhamma, 2015). Siddhartha adalah pangeran dan pertapa yang unggul.  
 
Dari kehidupan Buddha saat masih sebagai pangeran Siddhartha, kita dapat petik hikmah bahwa belajar dan mengembangkan kualitas diri adalah sebuah keharusan. Kelahiran di keluarga kaya memang sebuah keistimewaan, namun bila tidak belajar sehingga menjadi bodoh dan hanya tahu cara menghabiskan kekayaan seperti Mahadhana (Atthakhata Dhp 155) maka kelahiran itu akan sia-sia. Kekayaannya habis, dia dan istrinya yang sama-sama bodoh akhirnya terlunta-lunta menjadi pengemis. Dari kehidupannya saat menjadi petapa, kita belajar tentang kerendahan hati dan sopan kepada guru. Selain itu, kita juga dapat meniru petapa Siddhartha yang gigih. Dia tidak mudah puas diri hingga mencapai tujuannya. Kita harus punya tekad yang kuat sehingga tujuan dan cita-cita mulia yang kita telah tetapkan dapat kita raih.
 
Buddha mendapatkan dukungan dan sokongan yang berlimpah dari para bangsawan dan hartawan. Banyak kaum elite di India pada waktu itu tertarik kepada Buddha dan ajarannya. Mereka sangat kagum dengan kepiawaian Buddha mengajar. Dharma yang dijelaskan oleh Buddha menyentuh hati mereka, mencerahkan serta mengubah pola pikir mereka. Berbagai persembahan dan pemberian mereka dermakan kepada Buddha dan murid-muridnya untuk menyokong kehidupan mereka dan mendukung pemutaran roda Dharma. Hartawan murid Buddha yang terkenal antara lain adalah Anāthapiṇḍika yang mendermakan Wihara Jetavana yang dibangun di atas lahan yang dibeli dari pangeran Jeta dengan cara menutupi lahan tersebut dari ujung ke ujung dengan keping-keping emas (Sudatta Sutta/SN 10). Selain Anāthapiṇḍika, ada Visākhā yang mendermakan wihara Pubbārāma (Atthakatha Dhp. 53). Dia juga dikenal karena melakukan pemberian dengan cara yang unik yaitu memberikan perhiasan miliknya untuk dijual. Karena tidak ada yang sanggup membelinya, perhiasan tersebut dia beli kembali sendiri. Selain Anāthapiṇḍika dan Visākhā, hartawan-hartawan lain yang dicatat di Tripitaka antara lain adalah Citta, Ugga, Hathaka, Uggata, tabib Jivaka, pasangan suami-istri Nakulapitu dan Nakulamata. Selain para hartawan, Buddha juga didukung oleh kaum bangsawan.  Yang terkenal adalah raja Bimbisāra dari kerajaan Magadha, yang bahkan telah mendukung Buddha sejak masih menjadi pertapa. Selain itu, ada Raja Pasenadi dari kerajaan Kosala Murid-murid Buddha banyak yang merupakan kaum elite, yaitu orang-orang kaya dan kaum ningrat.
 
Belajar dari kehidupan Buddha yang didukung oleh kaum bangsawan, kita juga perlu terampil dalam membangun relasi yang baik dengan orang-orang penting yang memiliki potensi untuk berkontribusi kepada keberhasilan Anda. Tingkatkan kualitas diri dalam banyak hal; kompetensi, kepercayaan, komunikasi, kebaikan hati dan lain sebagainya agar hubungan tersebut menjadi baik. Pergaulan dengan orang-orang yang berkontribusi secara positif penting khususnya bila dalam pergaulan tersebut hal-hal yang tidak bermanfaat dalam diri berkurang dan kualitas diri yang bermanfaat bertambah. Hubungan dan pergaulan seperti itu harus dipertahankan (Sevanāsutta/AN 9.6). Bangun dan pertahankan hubungan dan pergaulan dengan orang-orang penting dan baik.
 
Buddha piawai dalam mengajar. Buddha mampu membimbing murid-muridnya, baik yang petapa maupun perumahtangga, untuk bebas dari dukkha; mencapai pantai seberang (nirwana). Lima biksu pertama yang semuanya menjadi arahat[LA13] tidak lama setelah Buddha memutar roda Dharma untuk pertama kalinya dengan membabarkan Empat Kebenaran Arya, enam-puluh biksu arahat dan 1250 biksu arahat pada peristiwa Magha Puja adalah bukti kecakapan Buddha. Selain mereka, masih banyak siswa yang mampu mencapai tingkat kesucian arahat. Jumlah mereka tidak terhitung. Buddha mengajar seumur hidupnya,  sejak memutar roda Dharma pertamakali ketika mengajar lima orang pertapa hingga momen menjelang parinirwana. Empat-puluh lima tahun lamanya Buddha mengajarkan Dharma kepada berbagai kalangan. Sebagian dari mereka langsung mencapai arahat dan sebagian lagi secara bertahap yaitu dari tingkat sotapanna, ke sakadagami, lalu anagami baru mencapai arahat sebagai tingkat kesucian tertinggi. Buddha Gotama adalah arahat yang pertama dan Samma Sambuddha, yaitu seseorang yang  menjadi Buddha tanpa bimbingan seorang guru. Para siswa arahat juga Buddha, disebut Savaka Buddha. Savaka artinya siswa, sehingga Savaka Buddha artinya Buddha berkat bimbingan seorang guru, seorang Samma Sambuddha. Ini membuktikan kecakapan Buddha dalam mengajar karena guru yang sukses dapat dilihat dari kemampuan yang mampu dicapai oleh murid-muridnya. 
 
Murid-murid Buddha bukan hanya manusia, melainkan juga para dewa. Mereka sering datang berkunjung ke Buddha untuk memohon penjelasan Dharma. Misalnya, Buddha menjelaskan kepada Sakka, raja para dewa, tentang dua jenis kesenangan yaitu yang meningkatkan dan menurun kualitas mental yang terampil (Sakka-pañha Sutta/DN 21). Penjelasan tentang berkat yang merupakan keinginan banyak manusia dan juga dewa disampaikan oleh Buddha kepada sesosok dewa di hutan Jeta di wihara Anathapindika (Maha-mangala Sutta/Sn 2.4).
 
Kesempatan untuk mendengarkan Dharma itu sangat sulit, demikian juga dengan munculnya Samma Sambuddha (Dhp.182). Di kehidupan yang sekarang kita sangat beruntung karena ada Samma Sambuddha yang pernah muncul dan ajarannya masih bertahan hingga sekarang. Keberuntungan ini belum tentu akan kita peroleh lagi di kehidupan-kehidupan mendatang. Meskipun yang ada sekarang hanyalah ajaran dalam bentuk teks, mereka tetap bermanfaat bila dipelajari dan dipraktikkan karena akan menjadi benih-benih kebijaksanaan yang akan matang saat ada kesempatan untuk mendengarkan ajaran secara langsung dari Buddha. Bila waktunya sudah pas, kepiawaian Buddha dalam mengajar dan kebijaksanaan yang kita telah pupuk akan membuahkan pembebasan sejati.
 
Buddhis harus mengetahui bahwa Buddha memiliki berbagai kualitas istimewa sehingga nama Buddha bergema hingga hari ini. Beliau adalah salah satu tokoh agung dalam sejarah yang telah mengubah hidup banyak orang. Makhluk-makhluk yang tak terhingga jumlahnya telah Buddha tolong supaya mereka memahami dan mempraktikkan[LA14] Dharma hingga akhirnya mampu mencapai pembebasan sejati. Mereka selamat dari samsara, roda kelahiran berulang yang terus berputar dan hanya berhenti hingga seseorang telah mencapai Nirwana.  
 
Umat Buddha perlu menjawab dengan tegas dan meyakinkan bila ditanya alasan mereka memilih agama Buddha. Terangkan dengan tenang dan penuh kepercayaan diri kualitas-kualitas istimewa di atas. Lakukan semata-mata untuk menunjukkan bahwa pendiri agama Buddha bukan orang biasa yang tidak jelas asal-usulnya, melainkan seseorang yang luar biasa dengan kisah hidup yang menakjubkan. Bila kita mampu menjelaskan dengan lancar maka orang yang mendengar akan sadar dan mengerti bahwa keyakinan kita sangat kokoh dan tidak mudah untuk digoyahkan.
 
 
 
Sumber pustaka
 
Kutipan Tripitaka diambil dari https://www.accesstoinsight.org dan https://www.suttacentral.net.
Kusaladhamma. (2015). Kronologi Hidup Buddha. Jakarta: Ehipasiko Foundation.

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS