Tidur Sehat, Masa Depan Sehat
U.P. Sutta Vijaya Henry Gunawan Chandra
Senin, 18 Maret 2024
MBI
Apa yang menyebabkan orang menjadi sulit untuk tidur? Banyak faktor tentunya, diantaranya adalah faktor stres. Stres karena tekanan pekerjaan yang menumpuk, atau faktor kesulitan finansial, atau faktor emosional, hubungan pertemanan atau keluarga yang tidak harmonis, dan sebagainya. Tapi ada faktor lain juga yang menurut penulis sering dilakukan manusia modern, yakni menghabiskan waktunya untuk bersosial-media. Menonton atau membuka tayangan yang ada seperti tiktok, youtube, facebook, Instagram, Telegram, dan lain sebagainya. Awalnya mungkin hanya untuk menghabiskan waktu dan mengisi kekosongan atau kejenuhan, menjadi sebuah kebiasaan baru yang sifatnya “melekat”.
Judul di atas adalah tema Hari Tidur Sedunia / World Sleep Day 2024, yang jatuh pada tanggal 15 Maret. Teman-teman pencinta Artikel Dharma, pernahkah kalian mendengar Hari Tidur Sedunia? Ya, anda tidak salah baca, hari tidur sedunia. Penulispun baru tahu ada hari khusus yang disebut hari tidur sedunia. Apakah itu berarti satu hari itu kita tidur saja? Tentu tidak. Tetapi fakta bahwa manusia modern kekurangan waktu untuk istirahat dan tidur adalah sesuatu yang nyata dan mengkhawatirkan.
Hari Tidur Sedunia pertama kali diresmikan pada tahun 2008. World Sleep Day muncul sebagai hasil kolaborasi antara sekelompok penyedia layanan kesehatan, dan profesional medis yang menaruh perhatian khusus pada isu-isu seputar tidur. Inisiatif ini muncul sebagai respons terhadap ketidaksepakatan di kalangan peneliti, tentang pentingnya tidur sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan individu.
Tujuan utama Hari Tidur Sedunia adalah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pola tidur yang sehat dan menciptakan panggung bagi dialog global tentang topik ini. Organisasi nirlaba World Sleep Society (WSS), berbasis di Amerika Serikat memainkan peran sentral dalam menyelenggarakan peringatan tahunan ini. Dengan keanggotaan global yang melibatkan lebih dari 80 negara, WSS berkomitmen untuk menjangkau dan mendidik masyarakat secara luas tentang pentingnya tidur yang memadai.
Tidak seperti beberapa perayaan lain yang memiliki tanggal tetap, Hari Tidur Sedunia sering kali dirayakan pada hari Jumat sebelum jatuhnya equinox musim semi. Equinox musim semi yang terjadi ketika matahari tepat di atas garis ekuator, menandai awal musim semi di belahan bumi utara. Keputusan untuk memilih hari ini tanggal 15 Maret 2024, mencerminkan upaya untuk menghubungkan perayaan dengan perubahan alam dan siklus hidup.
Apa yang menyebabkan orang menjadi sulit untuk tidur? Banyak faktor tentunya, diantaranya adalah faktor stres. Stres karena tekanan pekerjaan yang menumpuk, atau faktor kesulitan finansial, atau faktor emosional, hubungan pertemanan atau keluarga yang tidak harmonis, dan sebagainya. Tapi ada faktor lain juga yang menurut penulis sering dilakukan manusia modern, yakni menghabiskan waktunya untuk bersosial-media. Menonton atau membuka tayangan yang ada seperti tiktok, youtube, facebook, Instagram, Telegram, dan lain sebagainya. Awalnya mungkin hanya untuk menghabiskan waktu dan mengisi kekosongan atau kejenuhan, menjadi sebuah kebiasaan baru yang sifatnya “melekat”.
Tidur merupakan bagian penting dari hidup manusia. Sepertiga hidup manusia (delapan jam sehari) pada umumnya diisi dengan tidur atau beristrahat. Namun, tidur melebihi jumlah yang diperlukan, tidur yang tidak cukup atau tidak teratur dapat secara serius mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis seseorang, sebuah fakta yang sepenuhnya disadari oleh Guru Buddha.
Buddha mengatakan kepada siswa perumahtangga, bahwa tidur setelah fajar menyingsing dan terjaga sepanjang malam akan berdampak negatif pada kehidupan mereka (D.III,185).
Tidur dan Meditasi
Mereka yang berlatih meditasi kadang-kadang menemukan bahwa mereka menjadi mengantuk setelah makan, mulai mengangguk (reaksi mengantuk) dan harus berjuang untuk tetap terjaga meskipun telah cukup tidur. Ini adalah salah satu hambatan yang diakui untuk meditasi dan Buddha memberikan nasihat praktis ini untuk membantu mengatasinya. "Ketika pikiran yang mendorong kantuk muncul, Anda seharusnya tidak memperhatikannya. Jika setelah melakukan hal ini rasa kantuk tidak hilang, anda harus merenungkan Dharma seperti yang telah anda pelajari, anda harus memeriksanya dan memikirkannya. Jika rasa kantuk tidak hilang, anda harus mendaraskan Dharma seperti yang telah anda pelajari. Jika setelah melakukan ini, rasa kantuk tidak hilang, Anda harus menarik kedua cuping telinga dan menggosok anggota badan dengan tangan Anda. Jika setelah melakukan ini, rasa kantuk tidak hilang, Anda harus bangun dan setelah mencuci muka, melihat sekeliling dan menatap ke atas ke rasi bintang berbintang. Jika setelah melakukannya, rasa kantuk tidak hilang, Anda harus membayangkan cahaya dan fokus padanya, apakah itu siang atau malam hari. Dengan demikian pikiran yang terbuka dan jernih akan menjadi terang. Jika setelah melakukannya, rasa kantuk tidak hilang, Anda harus mengubah indra Anda ke dalam dan berjalan bolak-balik dengan kesadaran penuh. Jika setelah melakukan semua ini, rasa kantuk masih belum hilang, Anda harus dengan penuh perhatian berbaring di sisi kanan Anda, menempatkan satu kaki di sisi lain dan berpikir: Saya tidak boleh menikmati kesenangan tidur, berbaring dan tidur (untuk tujuan bermalas-malasan)'. (A.IV,86-7).
Tetapi, tidak selamanya tidur itu selalu buruk bagi seseorang. Tubuh fisik kita kadang memberikan signal bahwa butuh istirahat, dengan mengantuk dan menginginkan istirahat. Maka di dalam tradisi Zen, ada sebuah metode yang menggunakan kondisi ini sebagai bagian dari latihan.
“Kita sering berpikir bahwa dengan tidak melakukan sesuatu kita membuang-buang waktu kita. Waktu kita paling pertama adalah untuk kita menjadi. Menjadi apa? Menjadi hidup, menjadi damai, menjadi penuh sukacita, menjadi penuh cinta. Dan itulah yang paling dibutuhkan dunia. Jadi kita melatih diri kita untuk menjadi. Dan jika kita tahu seni hidup damai, menjadi solid, maka kita mempunyai landasan untuk semua tindakan, karena landasan dari tindakan adalah untuk menjadi. Dan kualitas dari mahluk hidup adalah kualitas perbuatan. Tindakan harus dilandasi oleh sesuatu yang bukan tindakan.” (Mahabiksu Zen Thich Nhat Hanh)
Dalam tradisi Buddhis kita mengenal istilah menyadari tubuh yang ada di dalam tubuh (kāyānupassanā). Artinya kita menjadi sadar tentang tubuh kita dari dalam tubuh kita sendiri melalui pengalaman tubuh yang kita rasakan.
Dengan relaksasi mendalam, kita bisa meluangkan waktu untuk bertemu dengan setiap bagian dari tubuh seperti – kepala, rahang, pundak, lengan, jari-jari, perut, dan sebagainya – dengan lembut mengijinkan setiap bagian tubuh kita untuk melepaskan semua tekanan yang ada. Kita bisa secara khusus melakukan kontemplasi terhadap tubuh, seperti belas kasih, perasaan syukur, takjud atau juga ketidakkekalan.
Penulis sendiri bukan praktisi meditasi, dan termasuk memiliki kemalasan untuk bermeditasi (duduk). Untungnya Buddha pernah menyatakan, kita bisa bermeditasi selagi berdiri, berjalan, duduk dan berbaring (selama tiada lelap). Teknik relaksasi total adalah bagian dari meditasi berbaring, dan ini sangat membantu penulis dalam menenangkan pikiran. Dan selalu penulis praktikan setiap kali sebelum tidur dan setiap kali terbangun karena gangguan-gangguan kecil seperti suara yang mengganggu, tuntutan ke kamar kecil, dan lainnya, untuk kembali bisa tidur lagi.
Semoga sedikit tulisan ini bermafaat bagi teman-teman semua untuk mengingat pentingnya tidur bagi kehidupan kita, karena dengan tubuh fisik yang sehat (cukup istirahat), maka akan banyak karya-karya hebat yang bisa kita lakukan di waktu-waktu produktif kita.
Selamat beraktifitas. Jangan lupa tidur yang cukup !
Sumber : World Sleep Day 2024 Diperingati 15 Maret, Penderita Insomnia Dapat Dukungan - Hot Liputan6.com
Komentar (1)
Sudy Halim
Kamis, 25 April 2024 10:00
Terima kasih atas ceramah dhammanya.