Seluruh Indonesia
Ubah Lokasi
  • Artikel

Cari

Tampilkan Artikel

Hidup Singkat Penuh Makna

Oktavia Yunita

Kamis, 11 November 2021

MBI

Sadarkah Anda bahwa kehidupan Anda sekarang sebagai manusia sesungguhnya sangat sulit untuk diperoleh? Buddha menjelaskan bahwa kelahiran sebagai manusia sangat susah untuk didapatkan (Dhp 182). Buddha menguraikan bahwa makhluk-makhluk yang terlahir kembali sebagai manusia sangat sedikit. Ibarat tanah, jumlah manusia hanya secuil tanah di ujung kuku tangan Buddha, sedangkan makhluk yang terlahir di alam lain adalah sebanyak jumlah tanah yang ada di bumi ini (Nakhasikhasutta/SN 20.2). Sulitnya terlahir sebagai manusia sama sulitnya seperti seekor kura-kura buta yang hidup di sebuah samudera untuk memasukkan lehernya ke dalam sebuah cincin yang terombang ambing di permukaan samudera, dimana kura-kura itu pun bahkan hanya seratus tahun sekali muncul ke permukaan untuk bernafas. Seperti itulah Buddha menggambarkan tentang sulitnya bagi makhluk-mahluk alam rendah untuk dapat terlahir sebagai manusia (Paṭhamachiggaḷayugasutta/SN 56.47).


Alam manusia adalah alam yang paling mulia dari seluruh 31 alam kehidupan karena di alam ini para Buddha muncul baik itu, Pacceka Buddha, Savaka Buddha maupun Samma - sambuddha. Di alam manusialah kita akan melihat dengan jelas penderitaan (samsāra) sehingga keinginan untuk dapat membebaskan diri dari penderitaan lebih besar (Nakhasikhasutta/S.N 13.1). Selain itu, alam manusia merupakan alam tempat kita dapat melakukan beragam kebajikan seperti berdana, mengembangkan serta berlatih sīla, samādhi & pañña. Kelahiran sebagai manusia ini dapat diperoleh berkat kualitas karma baik melalui moralitas (sīla) yang sangat baik. Sebaliknya, makhluk-makhluk yang lahir di alam rendah tidak berperilaku baik, tidak melakukan perbuatan yang bermanfaat, tidak melakukan kebajikan, dan perilaku mereka tidak dituntun oleh Dharma (Paṭhamachiggaḷayugasutta/SN 56.47).  

 
Kelahiran mulia sebagai manusia telah kita raih. Kesempatan ini harus digunakan dengan sebaik-baiknya untuk bebas dari samsāra, atau minimal bebas dari kelahiran berikutnya di alam rendah. Untuk itu, kita harus mempraktikkan sīla dengan baik, yakni dengan melatih diri untuk menghindari pembunuhan, pencurian, perbuatan asusila, berbohong dan mengonsumsi makanan dan minuman yang menyebabkan lemahnya kesadaran. Bahkan bila mampu, alih-alih menghindari kita bertekad untuk pantang melakukan semua perbuatan tersebut.
 
Menjalani kehidupan sebagai manusia dengan pelaksanaan sīla yang baik sesungguhnya dapat memberikan rasa aman baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Diri kita sendiri ingin memperoleh kebahagiaan, kesejahteraan dan kedamaian, begitu pula dengan makhluk lain. Oleh sebab itu, gunakan dan manfaatkan kehidupan sekarang dengan selalu menghindari keburukan dan mengutamakan kebajikan agar kita mampu mengatasi konflik dan masalah yang muncul sekaligus mencegah yang baru muncul.
 
 
Tiga Kebaikan untuk Satu Pengalaman Buruk
 
Terdapat teori Psikologi tentang Positivity Ratio 3:1 dimana tiga kebaikan untuk satu pengalaman buruk/kesedihan yang kita alami (Fredrickson, B. L., 2009). Saat ini kita dapat melakukan banyak hal positif yang dapat membuat kita menjadi lebih baik. Berkaitan dengan teori Positivity Ratio 3:1 di atas, saya ingin mengajak kita semua untuk melakukan tiga hal positif agar kelahiran sebagai manusia ini dapat bermakna.
 
1.  Lakukan Kebaikan Sekecil Apa pun Itu
 
Dari Dhammpada 122, kita belajar untuk tidak meremehkan kebaikan walaupun kecil. Hindari menganggap suatu perbuatan baik tidak akan membawa akibat. Ibarat air setetes demi setetes suatu saat akan membuat wadahnya menjadi penuh, jadilah orang bijaksana memenuhi dirinya dengan melakukan kebajikan sedikit demi sedikit, besar maupun kecil. Yakinkan diri untuk melakukan kebajikan setiap kali ada kesempatan. Perkokoh praktik Dharma karena kita pasti akan terlindungi.
 
Hidup ini akan berakhir dan itu adalah pasti, hanya kapan dan caranya yang kita tidak tahu. Saat waktunya tiba, tidak ada keluarga, teman yang menemani. Tidak ada kepemilikan yang kita bawa. Kita hanya membawa tilasan-tilasan perbuatan baik yang kita lakukan, jadi saat kita terlahir kembali nanti hanya benih kebaikan yang kita bawa. Benih yang sebelumnya sudah ada di dalam diri kita. Benih mana yang paling kuat saat menjelang akhir hidup kita, itulah yang akan menentukan di alam mana kita akan terlahir kembali.
 
Terkadang hidup kita terasa sangat monoton, ibarat robot yang setiap hari mengulang program yang sama. Bangun, kerja, makan, pulang, tidur, besoknya diulang lagi, tapi rasanya hampa. Mungkin materi banyak, waktu banyak, relasi juga banyak, tapi kenapa masih terasa hampa? Sebenarnya yang membedakan adalah apakah hidup kita ini memberikan manfaat untuk orang lain atau tidak? Kita dapat mulai melakukan perbuatan baik dari hal-hal yang sederhana, dari kegiatan sehari-hari kita; seperti menjaga kebersihan rumah agar orang yang ada di rumah merasa nyaman. Kita belum bisa banyak membantu, tapi paling tidak kita tidak menyusahkan orang lain. Dari hal-hal sederhana itu saja, jika sudah terbiasa otomatis keselarasan delapan jalan Arya itu akan tumbuh di dalam hidup kita.
 
2.  Bersyukur Dengan Apa yang Kita Miliki Saat Ini
 
Rasa syukur berarti sadar bahwa hal-hal yang kita miliki sekarang sangat berharga. Sehat, hidup dalam keluarga yang harmonis, punya rezeki, dan berteman dengan orang-orang baik adalah sebagian dari berbagai kondisi baik yang kita sudah miliki sekarang. "Kesehatan adalah keuntungan terbesar, kepuasaan adalah kekayaan yang paling berharga" (Dhp 204). Kita bersyukur masih bisa makan, tidur nyenyak dengan nyaman, memiliki tempat tinggal yang layak, karena di luar sana masih banyak orang yang belum memiliki yang kita miliki saat ini. 
 
Kurangi mengeluh perbanyak bersyukur. Hidup ini memang tidak mudah, tapi akan lebih sulit jika diisi dengan keluh kesah. Terima keadaan dengan senyum karena mengeluh tidak ada gunanya. Ada yang bersikap seperti ini: “Ah hujan lagi hujan lagi kan baju jadi basah…Ah panas sekali jadi males mau keluar”. Hujan salah panas kering pun salah. Bagaimana bisa bahagia? Padahal, kadang mungkin kita tidak sadar bahwa ha-hal kecil yang kita sering keluhkan dalam kehidupan sehari-hari ini mungkin adalah hal yang sangat diinginkan banyak orang. Saat kita mengeluh, ada orang yang setiap hari berdoa untuk bisa berada di posisi kita. Secapek-capeknya kita bekerja lebih capek lagi orang-orang yang sedang mencari kerja. Jangan hanya mencari kekurangan tapi carilah hal baik yang selama ini kita tidak pernah sadari. Jadi ingat, kurangi mengeluh perbanyak bersyukur, karena di balik rasa syukur itu lah kita akan menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.
 
"Kalau Kebahagiaan Bisa Dibeli”, pasti orang kaya akan membeli kebahagiaan itu dan kita akan sulit mendapatkan kebahagiaan karena sudah diborong oleh mereka, tapi yang bisa membuat seseorang bahagia itu adalah DIRINYA SENDIRI mampukah ia mau “bersyukur atas semua yang sudah dimilikinya” -Bhante Tejanando-
 
3.  Melimpahkan Jasa Kebajikan Serta Mendoakan Semua Makhluk
 
Setelah mendapatkan kelahiran berharga sebagai manusia, ada tiga hal yang tidak mungkin luput dalam hidup kita yakni; usia tua, sakit dan kematian. Kita harus menyadari ini, tidak melekat kepada kehidupan, selalu berusaha melakukan perbuatan bajik untuk mengisi hidup ini sehingga kita siap menghadapi dan mengalami setiap perubahan. Membantu siapa pun yang membutuhkan, menjaga perilaku dan hidup berkesadaran senantiasa kita lakukan karena kita tidak tahu kapan kita mengalami kematian sebagai konsekuensi ketidakkekalan dalam hidup.
 
Kelahiran sebagai manusia memberikan kita kesempatan untuk dapat melakukan banyak kebajikan. Mulailah perbanyak kebajikan dari hal kecil dalam kegiatan sehari-hari, melalui pikiran, ucapan dan perbuatan. Jika sudah terbiasa, maka kebajikan yang lebih besar dapat kita lakukan secara bertahap.
 
Setiap kebajikan yang kita lakukan untuk membantu orang lain dan semua makhluk adalah kontribusi kita bagi kebahagiaan mereka. Ia tetap berguna karena sesungguhnya setiap kebajikan yang dilakukan akan menjadi manfaat untuk kita juga. Oleh sebab itu, rajin-rajinlah mengumpulkan kebajikan. Akumulasi kebajikan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Yang pertama adalah Dāna atau memberikan bantuan kepada siapa pun yang membutuhkan. Dāna dilakukan sesuai dengan kemampuan, tidak harus berupa materi, bisa juga dengan memaafkan, melepas satwa ke alam bebas, donor darah, memberikan pendidikan, nasihat kebenaran, dan lain sebagainya. Buddha bahkan  bersabda “Sabbadānaṃ Dhammadānaṃ Jinātidari semua pemberian Dharma-lah yang tertinggi.  Dharma Dana menghasilkan kebijaksanaan dan pengetahuan.
 
Selanjutnya dapat dilakukan dengan melaksanakan sīla. Teguhkan tekad untuk mempraktikkan sīla dengan baik, yaitu dengan melatih diri untuk menghindari pembunuhan, pencurian, perbuatan asusila, berbohong dan mengonsumsi makanan dan minuman yang menyebabkan lemahnya kesadaran. Memiliki penghidupan yang benar, mengendalikan indera, dan jujur juga termasuk praktik sīla. Mereka yang menjalakan sīla dengan baik akan terlindungi dan bebas dari kecemasan. Sīla yang dilaksanakan dengan baik juga menjaga makhluk lain dan lingkungan, dan menjauhkan mereka dari penderitaan.
 
Kebajikan yang berikut adalah membersihkan batin melalui meditasi. Batin yang bersih seperti air yang bening, memantulkan bayangan di permukaan dengan jelas. Meditasi untuk membersihkan batin dapat dilakukan dalam keseharian dengan cara menjaga kesadaran saat berpikir, berbicara dan berbuat. Membiasakan diri untuk duduk bermeditasi setiap hari juga sangat baik. Dengan penuh rasa syukur, kita sadari nafas masuk dan nafas keluar dan pancarkan cinta kasih kepada semua makhluk di setiap tarikan dan hembusan nafas. Ini meningkatkan keterjagaan dan kewaspadaan terhadap semua bentuk pemikiran yang muncul. Batin yang bersih menyebabkan hati menjadi tenang dan pikiran menjadi damai, hidup pun penuh dengan kebahagiaan.
 
Kebajikan-kebajikan yang telah dilakukan kemudian dapat kita limpahkan kepada sanak keluarga, para leluhur atau mendiang orang tua kita dan semua makhluk. Kita juga dapat mendoakan agar mereka terbebas dari samsāra. Tujuan terunggul yang dapat dicapai adalah pembebasan sempurna dari samsāra dan juga mencapai pencerahan sempurna (Kebuddhaan) demi menolong semua makhluk untuk keluar dari penderitaan. Mari kita bersama-sama belajar dan berlatih untuk mengembangkan sīla, mempraktikkan Dhamma dan melimpahkan jasa-jasa kebajikan yang telah kita lakukan kepada semua makhluk agar terbebas dari samsāra dan mencapai pencerahan sempurna.
 
 
 
Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā (Semoga Semua Makhluk Berbahagia)
 
Sādhu…Sādhu…Sādhu
 
 
 
Sumber Pustaka
 
Fredrickson, B. L. 2009. Positivity: Top-Notch Research Reveals the 3-to-1 Ration That will Change Your Life. New York: Three Rivers Press.

Sumber Artikel
www.suttacentral.net

Share:

Komentar (0)

Belum ada Komentar.

Ubah Filter Konten
Informasi

Silakan Masuk dengan menggunakan aplikasi Android/IOS